Dari Anda ke Gandasturi

KBBI memuat kata anda dan gandasturi. Apa arti dari kedua kata itu? Begini penjelasan Abdullah Muzi Marpaung. Sumber: priyantono oemar Oleh Abdullah Muzi Marpaung, dosen Teknologi Pangan Universitas Swiss German,...

Dari Anda ke Gandasturi
KBBI memuat kata anda dan gandasturi. Apa arti dari kedua kata itu? Begini penjelasan Abdullah Muzi Marpaung. Sumber: priyantono oemar

Oleh Abdullah Muzi Marpaung, dosen Teknologi Pangan Universitas Swiss German, narasumber Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa untuk penyusunan istilah Ilmu dan Teknologi Pangan.

Kata “Anda” yang berarti kata sapaan kepada orang yang diajak berbicara atau berkomunikasi tidaklah dikenal dalam bahasa Melayu lama. Kata ini pertama kali diperkenalkan pada tahun 1957 dan pertama kali tercantum pada kamus di tahun 1960, yakni pada Kamus Umum Bahasa Indonesia cetakan ketiga susunan Poerwadarminta.

Paparan lebih rinci terkait asal mula kata “Anda” telah diuraikan oleh Holy Adib (2023). Saya lantas bertanya-tanya, tidak adakah sama sekali jejak kata “anda” pada bahasa Melayu lama? Ternyata eksplorasi kata “anda” pada pustaka-pustaka tua menghasilkan cerita yang tak saya sangka-sangka.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Pertama, menurut kamus-kamus lama kata “anda” berasal dari bahasa Sansekerta dan digunakan dalam bentuk gabungan dengan kata lain. Salah satunya ialah “anda musang”, yang berarti kelenjar atau kantung pada musang tempat kesturi (zat beraroma harum) disimpan. Kesturi sering pula disebut dengan jebat.

Istilah “anda musang” dijumpai pada kamus Pijnappel (1875), Wilkinson (1901), Klinkert (1902), Van Ronkel (1926), dan Ridderhof (1936). Menurut Klinkert, ada dua sinonim dari istilah ini, yakni “anda kesturi” dan “anda jebat”. “Anda musang” masih dijumpai pada kamus Poerwadarminta (1954), tetapi sudah menghilang pada Kamus Besar Bahasa Indonesia tahun 2008.

Kedua, kata “anda” juga ditemukan dalam kata gabungan “anda seturi” yang berarti sejenis penganan manis, tetapi dengan deskripsi yang berbeda antara satu kamus dan kamus yang lain. Menurut Wilkinson, yang menulisnya sebagai “andaseturi”, “anda seturi” merupakan nama sejenis penganan manis yang dibuat dengan membungkus parutan kelapa yang dicampur dengan gula, kemudian digoreng dalam wajan.

Ia juga menyebutkan bahwa istilah ini di Kedah, Malaysia, disebut dengan “gandaseturi”. Menurut Ridderhof, “anda seturi” merupakan penganan berbentuk bola-bola yang terbuat dari tepung dan kelapa parut, diisi dengan gula merah, dan di Jawa dikenal sebagai “onde-onde”.

Penyebutan “gandaseturi” oleh Wilkinson segera menarik perhatian saya, sebab mengingatkan saya pada gandasturi, yang sekarang dikenal luas sebagai kue khas dari Betawi. Sayangnya, sangat sedikit keterangan yang diperoleh terkait sejarah gandasturi. Satu-satunya pustaka tua, selain kamus Wilkinson, yang memuat “gandaseturi” hanyalah kamus Pijnappel yang menyebutnya sebagai sejenis kue, tanpa keterangan tambahan.

Gandasturi bahkan tidak ada pada kamus Poerwadarminta (1954) yang merupakan rujukan utama kamus bahasa Indonesia modern. Penganan ini baru disebutkan lagi oleh Mahbub Dujanaidi, sastrawan Betawi, pada cerpen “Kemarau” di tahun 1974. Dalam cerpen tersebut “gandasturi” disebutkan dua kali.

Salah satunya pada: “Ibu kanjeng yang baik hati itu dengan ramahnya menyapa anak-anak, menyodorkan kue gandasturi dan kerupuk kulit ganti-berganti, hampir tak henti-hentinya. Lewat makanan saja aku sudah bergirang hati, konon pula ditunjang perangai yang enak.”

Penasaran dengan sejarah gandasturi, saya memperluas pencarian yang kemudian malah membawa saya kepada “rendang setoeri” yang telah lebih dahulu dimuat dalam kamus, mendahului “anda seturi” atau “gandasturi”, yaitu pada kamus Klinkert (1869). Di sana disebutkan bahwa “rendang seturi” adalah sejenis kue yang diisi dengan kacang hijau yang ditumbuk. Definisi ini lebih dekat dengan definisi gandasturi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), ketimbang definisi gandaseturi versi Wilkinson.

Kamus Pijnappel (1884) merupakan salah satu referensi yang memuat “anda seturi” dan “rendang seturi”. Pada kamus ini “anda seturi” diterangkan sebagai sejenis makanan ringan, sedangkan “rendang seturi” didefinisikan serupa dengan definisi dari Klinkert (1869). Menarik, pada edisi kamusnya yang lebih baru (1916), Klinkert memperluas cakupan makna “rendang seturi” menjadi sejenis kue dengan isian.

Baik “anda seturi” maupun “rendang seturi” telah menghilang dari kamus bahasa Indonesia modern. Sementara itu “gandasturi” – yang sempat menghilang – kini didefinisikan sebagai kue yang terbuat dari kacang hijau dan gula merah, dibentuk bundar pipih, dilapisi terigu kemudian digoreng.

Bagaimana perjalanan gandasturi hingga sekarang dikenal sebagai makanan khas Betawi, masih perlu untuk diteliti. Adakah “anda seturi”, “gandaseturi”, dan “rendang seturi” sesungguhnya adalah penganan yang sama dan kemudian berevolusi menjadi gandasturi yang sekarang, juga masih tanda tanya.