Starbucks Tegaskan Larangan Pakai Fasilitas Tanpa Beli Tak Berlaku di Indonesia
PT Sari Coffee Indonesia menjamin calon pelanggan bisa menggunakan fasilitas toko meski tidak membeli produk Starbucks.
TEMPO.CO, Jakarta - Indonesia angkat bicara soal ramai penerapan kebijakan larangan pemakaian fasilitas gerai tanpa transaksi dan sekaligus soal isu pemberhentikan hubungan kerja () di perusahaan tersebut.
Sebagai pemegang lisensi resmi Starbucks Indonesia, PT Sari Coffee Indonesia menjamin calon pelanggan bisa menggunakan fasilitas toko meski tidak membeli produk di gerai tersebut.
"Larangan untuk menikmati fasilitas gerai tanpa transaksi dan pemangkasan jumlah karyawan tidak berlaku di Indonesia," tulis Starbucks Indonesia lewat akun Instagram resminya @strarkbucksindonesia pada Rabu, 22 Januari 2025.
Menurut Starbucks Indonesia, kebijakan baru yang berisi pelarangan itu hanya berlaku di Amerika Serikat (AS) dan Kanada.
"Pembaruan operasional mengenai kode etik hanya berlaku di Amerika Seirkat dan Kanada karena banyak penyalahgunaan fungsi gerai yang terjadi akibat isu sosial yang sedang berlangsung di sana," tulis Starbucks Indonesia. "Ini dilakukan untuk memastikan keamanan dan kenyamanan pelanggan dan partner Starbucks."
Sebelumnya, sejumlah media internasioanal sebelumnya memberitakan adanya baru bagi operasional Sturbuck di AS dan Kanada yang mulai berlaku pada 27 Januari 2025.
CEO Starbucks Corporation Brian Niccol mengakhiri kebijakan yang diberlakukan sejak tahun 2018 lalu yang memperbolehkan siapa pun duduk atau mengakses meski tidak membeli produk Sturbucks. Niccol mengklaim pembatasan itu bertujuan untuk menciptakan lingkungan yang lebih aman dan nyaman bagi pelanggan serta pegawai.
Selain mengklarifikasi soal pelarangan penggunaan fasilitas gerai itu, Starbukcs Indonesia juga membantah akan melakukan PHK terhadap karyawannya. "Terkait berita mengenai PHK yang diumumkan oleh CEO Starbucks Corporation hal tersebut tidak belaku untuk PT Sari Coffee Indonesia," ujar Starbucks Indonesia. Sturbucks Indonesia pun memastikan operasional akan berjalan seperti biasa.
Adapun Niccol sebelumnya mengumumkan akan memangkas jumlah pegawai Starbucks untuk memulihkan operasional bisnis yang sedang lesu misalnya di AS dan China. Niccol menyatakan rincian PHK paling lambat akan diumumkan pada awal Maret 2025.
PHK itu, kata Niccol, dilakukan demi meningkatkan efiensi. "Kami menyadari ukuran dan struktur organisasi yang besar dapat memperlambat kinerja. Terlalu banyak lapisan manajer dan tim kecil yang hanya bertugas mengoordinasi pekerjaan," ucap Niccol pada Sabtu, 18 Januari 2025 dikutip dari Reuters. Kendati begitu, Nicool mengklaim PHK tidak akan memengaruhi tim di dalam gerai atau investasi yang diberikan kepada Starbucks.