Shin Bet Saring Warga Palestina dan Anggota Hamas yang Butuh Berobat ke Mesir

Israel menyetujui kesepakatan dengan Palestina yang memungkinkan ribuan warga Palestina, termasuk anggota Hamas yang terluka berobat ke Mesir.

Shin Bet Saring Warga Palestina dan Anggota Hamas yang Butuh Berobat ke Mesir

TRIBUNNEWS.COM - Israel menyetujui kesepakatan dengan yang memungkinkan ribuan warga , termasuk anggota yang terluka, untuk meninggalkan Jalur Gaza dan menuju Mesir, Haaretz melaporkan.

Keputusan ini adalah bagian dari gencatan senjata yang baru disepakati antara dan , yang dimulai pada hari ke-14 gencatan senjata dan berlanjut selama 28 hari pertama.

Menurut laporan Haaretz, warga yang termasuk dalam kesepakatan ini akan menyeberang ke Mesir melalui pos perbatasan Rafah, satu-satunya titik keluar Gaza menuju Mesir.

Setiap hari, sekitar 200 orang akan diizinkan untuk bepergian, Middle East Eye melaporkan.

Angka ini termasuk 50 anggota yang terluka, yang akan ditemani hingga tiga orang pendamping.

Total sekitar 5.600 orang yang diperkirakan akan meninggalkan Gaza menuju Mesir pada akhir tahap pertama gencatan senjata ini.

Al Jazeera melaporkan, berdasarkan perjanjian, badan intelijen , , memiliki kewenangan untuk memeriksa dan menyetujui siapa saja yang diperbolehkan meninggalkan Gaza.

Hal ini berarti mereka yang ingin meninggalkan Gaza, baik itu anggota Hamas atau warga Palestina lainnya, akan disaring terlebih dahulu.

Baca juga:

Meskipun ada proses penyaringan, pengawasan atas penyeberangan tersebut akan dilakukan oleh pihak-pihak di dalam Gaza, khususnya oleh anggota Fatah yang telah disetujui oleh pihak keamanan.

Keputusan ini diambil sebagai bagian dari upaya untuk memberikan bantuan medis kepada mereka yang terluka dalam konflik yang berkepanjangan di Gaza.

Badan-badan internasional, termasuk PBB, telah menyuarakan kekhawatiran terkait kebutuhan mendesak untuk evakuasi medis di Gaza, dengan laporan menyebutkan lebih dari 12.000 pasien yang membutuhkan perawatan medis segera.

Sejak penutupan perlintasan Rafah beberapa bulan lalu, hanya sedikit pasien yang berhasil dievakuasi, dengan jumlah sekitar 436 pasien, termasuk 257 anak-anak, yang telah dievakuasi ke luar Gaza.

Keputusan untuk mengizinkan warga yang terluka keluar Gaza, termasuk anggota , diharapkan dapat membantu meringankan krisis medis yang terjadi.

Pengawasan dan Keamanan dalam Proses Ini

Keputusan ini juga membawa tantangan terkait dengan pengawasan dan kontrol terhadap siapa yang benar-benar diizinkan untuk meninggalkan Gaza.

Meski ada upaya untuk memberikan bantuan medis, tetap akan memantau siapa yang dapat melintasi perbatasan.

Kontrol ini memberi kekhawatiran bahwa proses tersebut bisa dimanfaatkan untuk tujuan yang lebih luas, seperti pemindahan anggota yang lebih banyak.

Secara keseluruhan, perjanjian ini menandai langkah penting dalam upaya untuk mengurangi dampak konflik di Gaza, meskipun ada perhatian terhadap pengawasan dan proses seleksi yang dapat memengaruhi kelancaran eksekusi kesepakatan tersebut.

(Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)