Menempa Gen Z menuju Indonesia Emas

Generasi Z atau yang disingkat Gen Z disebut-sebut sebagai generasi yang menjanjikan baik dari sisi politik, ...

Menempa Gen Z menuju Indonesia Emas

Jakarta (ANTARA) - Generasi Z atau yang disingkat Gen Z disebut-sebut sebagai generasi yang menjanjikan baik dari sisi politik, pendidikan, ekonomi, dan teknologi. Mereka juga diproyeksikan sebagai kekuatan besar menuju Indonesia Emas 2045.

Secara politik, Gen Z tak bisa dipandang sebelah mata. Berdasarkan data Komisi Pemilihan Umum bahwa pemilih dari kalangan Gen Z ada sekitar 23,08 persen suara. Dengan potensi suara yang besar tersebut, pemerintah harus mampu mengakomodasi aspirasi Gen Z.

Asa cita generasi Z bisa sejalan linear dengan program Astacita Pemerintah Prabowo-Gibran, salah satunya memperkuat pembangunan sumber daya manusia. Ini bisa dilakukan dengan pemerataan kualitas pendidikan, dana abadi beasiswa, pengembangan karakter dan budi pekerti, serta pendidikan yang mengarusutamakan teknologi dan inovasi.

Baru-baru ini ramai menjadi perbincangan publik terkait program Makan Bergizi Gratis (MBG). Distribusi makan bergizi gratis juga menyasar kalangan Gen Z yang masih duduk di bangku SMP maupun SMA.

Menurut Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Abdul Mu’ti, MBG bukan sekadar pemenuhan kebutuhan dasar fisiologis, tapi juga mengajarkan siswa untuk makan secukupnya, tidak membuang makanan, melatih tanggung jawab dan toleransi, mandiri, serta berkarakter.

Upaya lain yang dilakukan pemerintah adalah membangun Sekolah Garuda dan Sekolah Rakyat. Kedua program tersebut dijalankan oleh kementerian yang berbeda. Sekolah Garuda dibangun oleh Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi, sedangkan Sekolah Rakyat oleh Kementerian Sosial.

Dua program ini menuai pro kontra. Pihak yang mendukung menilai hal ini akan menjadi akselerasi pendidikan dalam menyiapkan siswa untuk bisa kuliah di kampus ternama di dunia. Sedangkan pihak yang tidak setuju berpandangan justru ini bertentangan dengan prinsip pemerataan pendidikan yang berkualitas.

Generasi Z dalam dunia usaha

Pemerintah dalam Astacita juga berkomitmen menciptakan lapangan kerja seluas-luasnya bagi Gen Z, mempermudah izin dan memberi insentif dalam membangun UMKM serta industri kreatif, pengembangan usaha berbasis teknologi, inovasi, dan digitalisasi, dan kartu usaha startup.

Hal ini bisa menjawab persoalan yang kerap dikeluhkan generasi tersebut yaitu kekhawatiran mereka mengenai pekerjaan yang semakin sulit didapatkan, ancaman pengangguran, serta mimpi bekerja di perusahaan bergengsi dan stabil seperti Badan Usaha Milik Negara yang semakin jauh dari kenyataan.

Belum lagi stigma yang melekat pada Gen Z sebagai generasi strawberry, memiliki kecakapan dan menarik, tapi rapuh ketika dihadapkan dengan tantangan dan hambatan. Kerapuhan tersebut juga punya konsekuensi rentan terhadap masalah mental.

Salah satu asosiasi psikologi terkemuka di dunia American Psychological Association (APA) menyebut bahwa Gen Z merupakan kelompok yang banyak melaporkan masalah mental dibanding generasi sebelumnya. Mereka juga banyak mencari bantuan profesional seperti psikolog dan psikiater, serta mempercakapkan masalah mental dengan orang-orang sekitar melalui tatap muka dan media sosial.

Masalah mental yang dihadapi Gen Z berdasarkan survei Healthcare IT terhadap 1.000 responden yang berusia 18 sampai 26 tahun, hasilnya menunjukkan sekitar 54 persen responden mengaku mengalami kecemasan.

Penyebab kecemasan yang dialami Gen Z dalam riset tersebut juga cukup beragam, mulai dari kekhawatiran akan masa depan, masalah keuangan, pekerjaan, aktivitas sosial, hingga persoalan keluarga dan percintaan.

Tak hanya kecemasan, Gen Z juga rentan mengalami keterasingan dan kesepian, krisis identitas dan terjebak dalam pergaulan yang merusak hidup mereka, distres yang berkepanjangan, depresi, gangguan kepribadian ambang, melukai diri, hingga percobaan bunuh diri.

Keunggulan Gen Z

Sebagai pengajar yang sehari-hari berhadapan dengan Gen Z saya tak ingin menciutkan nyali Gen Z. Justru kita harus optimistis memandang keunggulan Gen Z, salah satunya fasih dalam teknologi digital.

Hal ini membuat mereka lebih mudah beradaptasi dengan kemajuan teknologi. Disamping itu, mereka bisa belajar mandiri dengan aplikasi digital dan mewujudkan pekerjaan “Gig economy” sebagai konten kreator, freelance, dan e-commerce.

Marc Prensky dalam buku “"The Art of Being Human in a Digital World" menulis bahwa teknologi digital sebagai alat untuk mengembangkan potensi manusia dalam berpikir, berkreasi, dan berinteraksi. Teknologi akan semakin baik ketika dikombinasi dengan nilai-nilai kemanusiaan seperti empati, kreativitas, dan moral.

Lebih jauh Marc Prensky menjelaskan manfaat teknologi ketika diintegrasi dengan prinsip kemanusiaan yaitu meningkatkan peluang karir baru yang sebelumnya tidak ada, menciptakan kreativitas dan inovasi yang berdampak luas, menghubungkan individu dengan tujuan yang lebih besar, dan meningkatkan kesadaran global tentang sosial, politik, dan lingkungan.

Dengan keunggulan tersebut, Gen Z diharapkan mampu menciptakan inovasi teknologi yang dibutuhkan dalam dunia industri, merancang proses produksi hingga pemasaran serba digital, dan menciptakan ekosistem digital yang terintegrasi.

Gen Z juga harus menempa diri dan belajar sampai ke tingkat global. Pemerintah Prabowo-Gibran terus berkomitmen menjalin kerja sama dengan negara-negara maju dan kampus ternama, mereformasi tata kelola LPDP, serta menyiapkan SDM unggul yang mampu bersaing secara internasional dan peduli terhadap negara Indonesia baik ketika berkiprah dalam negeri maupun luar negeri.

Selain itu, Gen Z harus berjejaring membangun kolaborasi, memiliki etos kerja yang bisa diandalkan, jauh dari sikap manja dan mental yang ambyar, serta membuka diri untuk selalu terhubung dengan kemajuan.

*) Agung Iranda adalah Dosen Universitas Jambi dan Koordinator Rumah Progresif

Copyright © ANTARA 2025