Equatorise Dukung Keberlanjutan ASEAN Melalui Pasar Karbon dan Energi Hijau
Selain pengembangan pasar karbon, kerja sama energi hijau lintas batas juga menjadi sorotan utama.
TRIBUNNEWS.COM - ASEAN Climate Forum sukses digelar di Gedung Sekretariat ASEAN, Jakarta, dengan menghadirkan lebih dari 100 pemimpin bisnis, pembuat kebijakan, dan pakar senior di bidang keberlanjutan dan iklim dari berbagai negara di Asia Tenggara. Forum ini diselenggarakan oleh ASEAN Alliance on Carbon Markets (AACM) dan ASEAN Business Advisory Council (ASEAN-BAC) dengan dukungan Equatorise.
Forum kali ini membahas dua tema utama yang menjadi prioritas untuk mewujudkan visi net-zero di kawasan ASEAN, yakni pengembangan pasar karbon dan kerja sama energi hijau lintas negara. Fokus utama adalah memaksimalkan potensi ekonomi sekaligus mengatasi tantangan dekarbonisasi dengan mengedepankan kolaborasi regional.
Steven Marcelino, Wakil Ketua untuk Urusan Internasional di AACM sekaligus Managing Partner dan CEO Equatorise, dalam sambutannya menegaskan pentingnya kolaborasi untuk membuka peluang pertumbuhan melalui pasar karbon. Ia juga menekankan peran kepemimpinan Malaysia dalam ASEAN-BAC untuk mempercepat transisi menuju keberlanjutan.
Sementara itu, Dharsono Hartono, Permanent Chair of AACM sekaligus CEO PT RMU, menggarisbawahi keunikan ASEAN sebagai kawasan yang kaya akan sumber daya alam dan keanekaragaman hayati. Menurutnya, potensi ini dapat dimanfaatkan untuk menciptakan dampak ekonomi yang signifikan sekaligus menghadapi tantangan perubahan iklim.
Baca juga:
Dalam forum ini, Equatorise bekerja sama dengan Abatable dan AACM meluncurkan laporan terbaru mengenai peluang pasar karbon di ASEAN. Laporan ini mengungkapkan potensi ekonomi pasar karbon di wilayah tersebut yang dapat mencapai pendapatan tahunan sebesar $65 miliar pada 2030 dan $267 miliar pada 2050. Secara kumulatif, pasar karbon ASEAN diproyeksikan menghasilkan pendapatan hingga $3 triliun pada 2050 dan menciptakan jutaan lapangan kerja.
Juan Carlos Arredondo Brun, Direktur Pengetahuan, Kebijakan, dan Advokasi Abatable, menekankan pentingnya kebijakan yang jelas untuk menarik investasi dalam mekanisme pasar karbon. Ia juga menggarisbawahi perlunya metodologi lokal yang selaras dengan standar internasional untuk memastikan keberhasilan implementasi.
Di sisi lain, diskusi panel yang dimoderatori oleh Natalia Rialucky, Wakil Ketua untuk Urusan Intra-ASEAN di AACM, menyoroti tantangan utama seperti biaya tinggi solusi berbasis alam (NBS) dan perlunya mempercepat persetujuan proyek. Panelis sepakat bahwa dukungan pemerintah dan kerangka kerja yang harmonis akan menjadi kunci untuk memastikan keberlanjutan proyek pasar karbon di ASEAN.
Selain pengembangan pasar karbon, kerja sama energi hijau lintas batas juga menjadi sorotan utama. Panel kedua yang dipimpin oleh Steven Marcelino mengeksplorasi strategi memperkuat konektivitas energi regional melalui inovasi seperti jaringan pintar dan microgrid. Panelis menyebutkan pentingnya kebijakan yang mendukung dan kolaborasi internasional untuk mewujudkan sistem energi bersih yang saling terhubung.
Dr. Nuki Agya Utama dari ERIA menegaskan perlunya pendekatan kebijakan yang solid untuk mempercepat transisi energi di ASEAN. Sementara itu, Dharma Djojonegoro, CEO Adaro Power, menunjukkan contoh konkret inovasi energi terbarukan seperti proyek tenaga surya terapung di Batam. Proyek ini dianggap sebagai langkah nyata menuju pembangunan energi yang berkelanjutan di kawasan.
Baca juga:
Forum ini juga menyoroti peran sektor swasta dalam mendukung inisiatif keberlanjutan, terutama dalam pengembangan rantai pasokan mineral kritis yang menjadi fondasi energi terbarukan. Dukungan teknis dan finansial dari mitra internasional seperti Uni Eropa menjadi salah satu elemen penting dalam mendorong keberhasilan inisiatif ini.
Melalui diskusi yang berlangsung, para peserta sepakat bahwa ASEAN memiliki peluang besar untuk menjadi pemimpin global dalam keberlanjutan. Dengan memperluas pasar karbon, mendorong inovasi energi terbarukan, dan mempererat kerja sama lintas negara, ASEAN dapat memenuhi target iklimnya sekaligus membuka manfaat ekonomi dan sosial yang signifikan bagi seluruh kawasan.