Fenomena Tanah Asem-asem di Ponorogo Akibatkan Panen Padi Terancam Mundur
Fenomena Tanah Asem-asem di Ponorogo Akibatkan Panen Padi Terancam Mundur. ????Puluhan hektare sawah di Ponorogo, saat ini sedang terjadi fenomena tanah asem-asem. Dengan fenomena itu, mengakibatkan panen tanaman padi terancam mundur. -- Ikuti kami di ????https://bit.ly/392voLE #beritaviral #jawatimur #viral berita #beritaterkini #terpopuler #news #beritajatim #infojatim #newsupdate #FYI #fyp
Ponorogo (beritajatim.com) – Puluhan hektare sawah di Kabupaten Ponorogo, saat ini sedang terjadi fenomena tanah asem-asem. Dengan fenomena itu, mengakibatkan panen tanaman padi terancam mundur. Dikatakan tanah asem-asem dikarenakan tingkat keasaman tanah atau pH (potential of Hydrogen) yang rendah. Sehingga menyebabkan pertumbuhan padi melambat, dan berpotensi membuat panen tertunda.
“Di kalangan petani, kondisi ini dikenal dengan istilah tanah asem-asem, yang merujuk pada tanah yang sulit dikeringkan sehingga tingkat keasamannya meningkat,” kata Koordinator Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan (POPT) Dinas Pertanian Ketahanan Pangan (Dispertahankan) Ponorogo, Suwarni, Rabu (05/02/2025).
Data dari Dispertahankan Ponorogo, ada sekitar 50 hektare sawah di Bumi Reog yang saat inj terjadi fenomena tanah asem-asem. Jumlah puluhan hektare itu, tersebar di 5 kecamatan di wilayah Ponorogo. Yakni ada di Kecamatan Sukorejo, Kauman, Sampung, Badegan dan Jambon. “Kurang lebih ya ada 50 hektare, yang tersebar di 5 kecamatan. Yakni Sukorejo, Kauman, Sampung, Badegan dan Jambon,” ungkap Suwarni.
Kondisi ini, kata Suwarni terjadi bukan akibat banjir, melainkan karena pH tanah yang berada di bawah angka 5. Biasanya, tanah yang mengalami fenomena asem-asem itu pH-nya 4 atau malah kurang dari 4. Sementara sawah yang baik untuk ditanami pada, idealnya berada di pH 5,6. “Tanah dengan pH kurang darj 5 memang menyebabkan pertumbuhan tanamannya terhambat, bahkan ada yang stagnan,” katanya.
Tanah asem-asem itu, biasanya sulit untuk dikeringkan. Sehingga tingkat keasamannya meningkat. Dampaknya, panen padi yang seharusnya bisa dilakukan sesuai jadwal menjadi tertunda.
Menurut Suwarni, ada beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk mengembalikan pH tanah ke kondisi ideal. Salah satu solusi efektif adalah dengan menggunakan mikroorganisme yang dapat membantu menyeimbangkan kembali unsur hara di dalam tanah. Bisa juga dilakukan dengan pengapuran untuk meningkatkan pH tanah.
Selain itu, cara sederhana namun tetap efisien adalah dengan membuat saluran drainase kecil-kecilan diantara tanaman padi. Dengan begitu air berlebih dapat mengalir keluar, sehingga tanah tidak terus-menerus tergenang dan menjadi semakin asam. “Petani membuat saluran aliran air, supaya air bisa keluar dari lahan yang asem-asem itu, supaya tanahnya kering,” tutupnya. (end/kun)