Heboh! Bocah Yatim Kelas 6 SD di Jember Kelenger Setelah Minum Es Teh

Heboh! Bocah Yatim Kelas 6 SD di Jember Kelenger Setelah Minum Es Teh. ????Seorang bocah yatim kelas 6 sekolah dasar berinisial J di Kecamatan Semboro, Kabupaten Jember, Jawa Timur, mendadak pingsan setelah meminum es teh. Kehebohan terjadi, dipicu informasi di media sosial yang menyebut J menjadi korban perundungan. -- Ikuti kami di ????https://bit.ly/392voLE #beritaviral #jawatimur #viral berita #beritaterkini #terpopuler #news #beritajatim #infojatim #newsupdate #FYI #fyp

Heboh! Bocah Yatim Kelas 6 SD di Jember Kelenger Setelah Minum Es Teh

Jember (beritajatim.com) – Seorang bocah yatim kelas 6 sekolah dasar berinisial J di Kecamatan Semboro, Kabupaten Jember, Jawa Timur, mendadak pingsan setelah meminum es teh. Kehebohan terjadi, dipicu informasi di media sosial yang menyebut J menjadi korban perundungan.

Informasi di Facebook yang diunggah seorang kerabat J menyebutkan, minuman yang dibeli J diberi obat yang membuat si bocah teler. Tak kunjung sadar, J direndam di sungai dan ditidurkan di lapangan. Cuplikan video yang beredar di media sosial mempertontonkan adegan seorang bocah lelaki seperti sedang menginjak perut J yang pingsan di lapangan.

J ditemukan sang ibu dalam keadaan tak sadar pada pukul tiga sore, Minggu (19/1/2025) dan dilarikan ke puskesmas terdekat.

Tak butuh waktu lama. Peristiwa ini memantik perhatian pemerintah daerah dan kepolisian. Apalagi informasi dengan berbagai versi berseliweran.

Kakak sepupu perempuan J berinisial D mengatakan, J memang suka berteman dengan remaja yang lebih tua. “Dia tidak mau berteman dengan yang sebaya. Maunya yang lebih besar,” katanya, Selasa (21/1/2025).

Minggu pagi, J minta izin ke pemandian dan sempat minta uang untuk membeli es teh. “Sampai jam tiga sore kok tidak pulang,” kata D

Ibu J pun mencari bersama seorang kerabat dan menemukan anaknya terendam di sungai kecil di daerah persawahan. Sungai itu tidak terlalu dalam. “Tapi kebetulan pas kejadian sedang hujan, sehingga air naik,” kata D.

D menduga es teh J ini dicampur pil koplo oleh seseorang. Es teh tersebut sempat ditinggalkan J di tempat mereka bermain saat hendak buang air. “Lalu es teh itu diminum lagi, dan tidak sadar,” kata D.

Dua orang remaja lelaki SMP dan SMA kemudian meletakkan J ke sungai kecil dekat rumah supaya sadar. Namun J tidak juga sadar, saat ditemukan sang ibu dan dibawa ke puskesmas. J sadar pada Senin subuh keesokan harinya.

Kejadian ini membuat warga desa heboh. Polisi memeriksa dua orang remaja pria yang saat itu bersama J.

Sementara itu, Camat Semboro ‘Ading’ Abdul Kadir mendatangi rumah J bersama Sekretaris Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana (PPPAKB) Jember Poerwahjoedi, Selasa (21/1/2025).

Dari keterangan J, Ading tidak menemukan adanya perundungan. “Ini bukan bullying. Tidak ada luka dan sakit. Dia malah senyum-senyum,” katanya.

J juga menyebut tidak ada perundungan apapun. “Nggak kok, Ma. Aku gak sakit, gak apa-apa,” katanya kepada sang ibu sebagaimana ditirukan Ading.

Sebelum pergi bermain, J meminta uang Rp 15 ribu kepada ibunya dan Rp 14 ribu kepada sang nenek untuk membeli tiga bungkus plastik es teh dan cemilan.

J sempat bermain dan berenang di sungai. Dia juga sempat buang air. Saat kembali meneguk es tehnya, mendadak dia tidak sadarkan diri sekitar pukul sebelas siang. “Dugaan kami, teman-temannya bingung karena dia mendadak tidak sadar di gardu tempat bermain. Akhirnya dia digerojok air dan dibawa ke lapangan,” kata Ading.

Sebelum ditemukan sang ibu, J sempat dibawa ke sana kemari oleh dua orang temannya dengan bersepeda motor. “Tapi tidak dibawa pulang. Mungkin mereka takut kok dia pingsan,” kata Ading.

Polisi sedang mendalami peristiwa ini. “Ini jadi viral kan karena ibu si anak marah-marah karena panik melihat kondisi sang anak, dan keponakannya di Jember menarasikan itu (di media sosial),” tambah Ading.

Sementara itu Kepala Kepolisian Sektor Semboro Inspektur Satu Andrias Suryo Rubedo belum bisa memgambil kesimpulan soal ada tidaknya dugaan perundungan terhadap J. “Namun hasil olah TKP di lapangan dan keterangan saksi-saksi, itu baru asumsi,” katanya.

Menurut Rubedo, J belum belum ingat kejadian yang menimpa. Namun berdasarkan keterangan sejumlah saksi, remaja lelaki yang terlihat menginjak perut J sebenarnya justru yang menolong saat J pingsan mendadak.

“Hanya dia tidak mau menyentuh dengan tangan, tapi dengan kaki. Ini yang memunculkan persepsi di masyarakat bahwa apa yang dilakukannya tidak layak,” kata Rubedo. [wir]