Kebut Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen, Rosan Mobilisasi Investasi Luar Negeri
REPUBLIKA.CO.ID, DAVOS -- Menteri Investasi dan Hilirisasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Rosan Roeslani menegaskan Indonesia mentargetkan pertumbuhan ekonomi delapan persen pada acara World Economic Forum (WEF). Untuk bisa mencapai...
Aktivis Greenpeace menggelar aksi protes di gelaran World Economic Forum di Davos, Swiss, Selasa (21/1/2025).
REPUBLIKA.CO.ID, DAVOS -- Menteri Investasi dan Hilirisasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Rosan Roeslani menegaskan Indonesia mentargetkan pertumbuhan ekonomi delapan persen pada acara World Economic Forum (WEF). Untuk bisa mencapai hal tersebut perlu adanya mobilisasi pendanaan dari seluruh dunia.
Rosan menjelaskan pertumbuhan ekonomi Indonesia, di kisaran 5 persen. Pada 2025, pemerintah berupaya mencapai 5,2 hingga 5,3 persen.
Lalu pada 2045, Indonesia siap memasuki masa emas. Menurut Rosan, jika itu tercapai, Indonesia akan berada di urutan keenam atau ketujuh sebagai negara dengan ekonomi terbesar di dunia.
"Bukan target mudah. Karena itu, kolaborasi menjadi kunci. Indonesia membuka diri untuk bekerja sama dengan semua pihak. Dengan semua negara," ujar Rosan.
Rosan mengatakan Indonesia memiliki energi baru terbarukan, dalam hal sumber daya alam. Itu salah satu magnet investasi. Sehingga memperbesar peluang untuk membangun kemitraan dengan siapa saja.
"Namun pada saat yang sama, kami perlu memiliki pendanaan yang komprehensif dan teknologi, juga aksesibilitas ke banyak akses di dunia," ujar Rosan.
Ia menillai saat ini, Indonesia memiliki modal cukup untuk berada di level atas. Rosan menerangkan, jika berbicara tentang ekonomi Asia Tenggara atau negara-negara ASEAN, sekitar 40 persennya, Indonesia. Pun demikian dengan populasinya.
Lalu dari segi daratan atau luas wilayah, Indonesia negara terbesar di ASEAN. Modal lainnya, bonus demograsi. Usia rata-rata penduduk Sabang-Merauke banyak sekitar 30 tahun. Lalu negara ini juga didominasi kelompok kelas menengah.