Kemenag Bahas Isu-Isu Keagamaan dengan NU dan Muhammadiyah
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --Kementerian Agama (Kemenag) menggelar pertemuan dengan Lembaga Falakiyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LF PBNU) serta Majelis Tarjih dan Tajdid Muhammadiyah membahas sinergi program keagamaan. "Kami ingin memperkuat kolaborasi...
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --Kementerian Agama (Kemenag) menggelar pertemuan dengan Lembaga Falakiyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LF PBNU) serta Majelis Tarjih dan Tajdid membahas sinergi program keagamaan.
"Kami ingin memperkuat kolaborasi dengan agar dapat merespons isu-isu keagamaan secara efektif, terutama terkait penetapan awal bulan hijriah yang menjadi perhatian besar umat," ujar Direktur Urusan Agama Islam dan Bina Syariah Arsad Hidayat di Jakarta, Kamis.
Pertemuan pertama berlangsung dalam kunjungan Dit Urais-Binsyar ke kantor Majelis Tarjih dan Tajdid Muhammadiyah pada 15 Januari 2025. Sepekan berikutnya Dit Urais-Binsyar berkunjung ke kantor LF PBNU
Arsad memaparkan empat program prioritas yang akan dikembangkan bersama ormas Islam. Pertama, penguatan peran masjid dalam isu lingkungan dan kemanusiaan melalui kelanjutan Deklarasi Istiqlal.
"Program ini bertujuan menjadikan masjid sebagai pusat kepedulian sosial dan lingkungan dengan mendorong kegiatan dakwah dan edukasi yang berwawasan lingkungan," kata dia.
Kedua, penanganan paham keagamaan dengan memperkuat moderasi beragama untuk menjaga harmoni kehidupan beragama di tengah dinamika sosial.
Ketiga, penetapan awal bulan hijriah yang mengacu pada kriteria Menteri-Menteri Agama Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, dan Singapura (MABIMS).
"Ini kami diskusikan guna mengikhtiarkan adanya kesepahaman dalam proses penentuan awal bulan hijriah, utamanya Ramadhan, Idul Fitri, dan Idul Adha," kata dia.
Keempat, pengembangan literasi keislaman melalui platform digital ELIPSKI, yang menyediakan berbagai referensi keagamaan, termasuk naskah khotbah dan buku digital.
"Kami berharap seluruh program ini dapat berjalan dengan sinergi yang kuat antara pemerintah dan ormas Islam," kata Arsad.
Sebelumnya Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid Muhammadiyah Hamim Ilyas menyambut baik kerja sama yang terjalin dengan Bimas Islam.
Ia menggarisbawahi pentingnya sinergi dalam memperkuat pemahaman keagamaan di masyarakat. Ia juga menyoroti peran masjid Muhammadiyah dalam dakwah dan berharap dukungan pemerintah untuk pengembangan fasilitas keagamaan.
"Kami memiliki lebih dari 12.000 masjid aktif, namun masih banyak yang membutuhkan perhatian dalam hal infrastruktur dan program pemberdayaan," ujarnya.
Hamim menambahkan kerja sama ke depan dapat diperluas tidak hanya dalam hal hisab dan rukyat, tetapi juga dalam upaya memperkuat pemahaman keagamaan untuk bersama-sama mengatasi berbagai permasalahan di masyarakat.
Ketua LF Sirril Wafa menekankan pentingnya pemahaman dalam metode hisab dan rukyat.
"NU tidak hanya menggunakan rukyat, tetapi juga hisab dengan tingkat akurasi tinggi sebagai bagian dari metode penetapan awal bulan hijriah," kata dia.
Sirril menjelaskan PBNU telah mengadopsi metode Qath’iyu al-Ruqyah, yang memungkinkan penetapan awal bulan hijriah jika elongasi hilal mencapai 9,9 derajat, menggantikan metode sebelumnya menggunakan rukyat murni.
sumber : Antara