Lawan Krisis Literasi : Wajib Membaca Sebelum Kelas, Setuju?
orang tua mendampingi anak membaca (sumber : freepik) Literasi merupakan proses berkaitan dengan baca dan tulis. Bahkan sering dianalogikan dengan kegemaran membaca. Menurut data UNESCO, minat baca masyarakat Indonesia sangat...
Literasi merupakan proses berkaitan dengan baca dan tulis. Bahkan sering dianalogikan dengan kegemaran membaca. Menurut data UNESCO, minat baca masyarakat Indonesia sangat memprihatinkan yakni hanya 0,001%. Hal ini berarti, dari 1.000 orang Indonesia, cuma 1 orang yang rajin membaca. Rendahnya tingkat literasi di Indonesia ini terus menjadi perhatian dari berbagai pihak, termasuk Anggota Komisi X DPR RI, Gamal Albinsaid. Dalam pernyataan terbarunya, Gamal mengusulkan agar pemerintah dan sekolah-sekolah memulai gerakan literasi sederhana dengan mewajibkan siswa membaca 15-30 menit sebelum memulai kegiatan belajar-mengajar. Menurutnya, kebijakan ini dapat meningkatkan kebiasaaan membaca di kalangan pelajar, yang pada akhirnya akan memberi kontribusi nyata pada kemajuan prestasi akademik mereka.
“Kita harus melakukan percepatan yang akseleratif dalam mengembangkan literasi Indonesia,” ucap Gamal diambil dari Antaranews, Kamis (14/11/2024)
Bukan tanpa alasan, Gamal beranggapan upaya tersebut lebih efektif daripada sibuk menggalakkan festival-festival literasi yang bersifat seremonial. Beliau memiliki pandangan bahwa upaya mengatasi rendahnya literasi tidak hanya sebatas acara-acara besar melainkan cara untuk menanamkan kebiasaan pada pelajar yang terintegrasi dalam sistem pendidikan yang diharap bisa menjadi budaya yang mengakar bagi para pelajar.
Gamal berpendapat bahwa rendahnya literasi dan minat baca anak-anak Indonesia disebabkan oleh beberapa hal, antara lain aksesibilitas, penggunaan teknologi yang berlebihan, dan persoalan terkait budaya literasi.
Untuk membangun budaya membaca, menurut Gamal, Indonesia harus membangun alasan yang mendorong anak-anak memiliki gairah membaca dan membuat mereka merasa “haus” atau membutuhkan pengetahuan.
Manfaat Membaca Sebelum Pembelajaran
Membaca sebelum memulai pembelajaran dapat memberikan banyak manfaat kepada siswa.
1.Mempersiapkan Otak untuk Bekerja Lebih Optimal
Ketika siswa membaca, mereka tidak hanya memperoleh informasi, tetapi juga melatih kemampuan konsentrasi dan daya ingat. Tidak hanya itu, dengan membaca otak akan lebih fokus dan siap memperoleh informasi baru.
2.Meningkatkan Pemahaman Materi dan Retensi Informasi
Dengan membaca materi sebelum sesi pembelajaran dapat memberikan gambaran umum tentang topik yang akan dipelajari. Hal ini dapat membuat pelajar lebih memahami materi secara mendalam setelah diberi penjelasan oleh guru. Selain itu membaca sebelum belajar membuat otak lebih siap dalam menyimpan materi yang akan dipelajari, otak dapat lebih mudah mengorganisir dan mengingat informasi tersebut dalam jangka panjang.
3.Meningkatkan Fokus dan Keterlibatan
Ketika seseorang sudah familiar dengan materi karena sebelumnya telah membaca, mereka akan lebih aktif bertanya dan berpartisipasi di kelas, hal ini dapat menciptakan proses pembelajaran lebih efektif.
4.Meningkatkan Kosakata dan Pemahaman Membaca
Membaca dapat memperkaya pengetahuan mereka tentang berbagai topik. Terutama bagi siswa yang masih dalam tahap perkembangan, membaca dapat membantu memperkaya kosakata tertentu yang dapat mempermudah pemahaman mengenai suatu materi baru secara luas.
5.MerangsangMinat Siswa terhadap Buku dan Literasi Secara Umum
Di tengah pesatnya perkembangan teknologi dan kemudahan akses terhadap hiburan digital, kebiasaan membaca buku semakin tergerus. Oleh karena itu, kebiasaan membaca yang di tanamkan sebelum memulai proses pembelajaran dapat menjadi cara efektif untuk mendorong generasi Indonesia mencintai buku sehingga dapat memperluas wawasannya.
Tantangan dalam Implementasi
Meskipun memiliki banyak manfaat, dalam implementasinya program ini tetap mempunyai banyak tantangan. Tantangan yang dihadapi ialah kurang akses terhadap bahan bacaan yang berkualitas dan menarik bagi pelajar bahkan guru, kurangnya contoh atau kebiasaan membaca yang seru dan menyenangkan dari guru atau orang tua, peserta didik yang lebih asyik dengan dunia gadget-nya. Oleh karena itu, agar gagasan ini dapat berjalan dengan efektif, dibutuhkan dukungan dari berbagai pihak, mulai dari pemerintah, guru, hingga orang tua, untuk menciptakan lingkungan membaca yang kondusif.
Pemerintah perlu memastikan ketersediaan bahan bacaan yang menarik dan sesuai dengan usia dan kemampuan membaca para siswa. Solusi yang dapat dilakukan untuk hal ini selain yang disampaikan oleh anggota Komisi X DPR RI adalah dengan menyediakan buku-buku digital yang dapat diaksesdengan mudah oleh siswa. Selain itu, sekolah dapat melakukan banyak upaya untuk menyukseskan program ini yakni dengan membuat tim literasi yang bertugas untuk menyusun, menyebarkan, memantau, dan mengevaluasi program penggalakkan literasi serta pemberian pelatihan kepada guru disekolah mengenai cara-cara menyenangkan dalam mengajarkan literasi kepada siswa, sehingga mereka lebih antusias dalam membaca.
Peran Orang Tua untuk Menyukseskan Program Gerakan Literasi
Sebagai pihak yang paling dekat dan memiliki intensitas waktu lebih lama dengan anak, orang tua memiliki peran yang kompleks dalam menanamkan budaya membaca. Orang tua harus menjadi contoh dan menjadi pihak yang mengajak anak aktif dalam kegiatan membaca. Hal ini dapat dilakukan dengan sering membaca di depan anak-anak, mengajak anak untuk membaca bersama, dan menyediakan buku bacaan yang menarik. Tidak hanya itu, orang tua juga dapat mendampingi anak-anak untuk membaca buku pada malam hari sebelum sekolah atau menanamkan rutinitas membaca sebagai kegiatan harian anak-anak. Hal-hal ini dapat memberikan pengaruh positif pada perkembangan minat baca anak yang nantinya diharapkan dapat meningkatkan kualitas pendidikan mereka.
Usulan untuk mewajibkan siswa membaca selama 15 hingga 30 menit sebelum pembelajaran adalah langkah positif untuk meningkatkan budaya literasi di Indonesia. Terlepas ada tantangan dalam implementasinya, upaya menggalakkanliterasi ini memiliki banyak dampak yang signifikan terhadap perkembangan intelektual dan karakter para siswa. Dengan dukungan dari segala pihak, diharapkan upaya membaca sebelum belajar dapat menjadi budaya yang mengakar dalam pendidikan Indonesia sehingga dapat mencetak generasi emas penerus bangsa.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.