Mendag Yakin Ekspor 2025 Naik 7,1 Persen Karena Alasan Berikut

Kemendag menyatakan Kemendag menjalankan tiga program untuk meningkatkan peluang ekspor Indonesia.

Mendag Yakin Ekspor 2025 Naik 7,1 Persen Karena Alasan Berikut

TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Perdagangan Budi Santoso yakin Indonesia pada 2025 bisa naik 7,1 persen. Budi Santoso menyatakan presentase kenaikan itu jauh dari realisasi ekspor tahun 2024 yang hanya 2,29 persen. "Memang agak jauh ya ke 7,1 persen tapi kami harus yakin. Kenapa? Karena kami harus berkolaborasi antara pemerintah dan swasta," ujar Budi Santoso dalam acara peluncuran IFFINA 2025 di Auditorium Kementerian Perdagangan, Jakarta, Kamis, 23 Januari 2025.

Budi mengatakan, pemerintah berwenang membuat instrumen kebijakan, pendukung unit, hingga menghasilkan perjanjian dengan negara lain. Sementara itu, pihak swasta menurut Budi, memiliki instrumen serupa dengan menjadi mitra Kemendag untuk mempromosikan produk-produk ekspor ke pasar mancanegara.

Budi menyebut jumlah pasar potensial dunia atau market size global khusus produk furnitur, mencapai US$ 770,42 miliar pada tahun 2024. Sementara pada 2029 pasar potensial dunia diprediksi meningkat hingga US$ 925,42 miliar. Berdasarkan data tersebut, Budi menyatakan Kemendag menjalankan tiga program untuk meningkatkan peluang ekspor Indonesia.

Program pertama adalah membuat kerja sama dengan para pemasar untuk meningkatkan daya saing produk dalam negeri yang tersingkir akibat membludaknya produk impor. Ia menginginkan produk usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) bisa diserap pasar domestik. "Program yang kedua adalah perluasan pasar ekspor. Kami ingin pasar ekspor tidak terbatas yang selama ini kami miliki. Maka, kami mengejar beberapa perjanjian yang sekarang sedang kita lakukan," kata Budi. Perjanjian bilateral yang dimaksud Budi adalah Indonesia-Europian Union Comprehensice Economic Parthnership Agreement (I-EU CEPA), Peru CEPA dan Eurasia CEPA. 

Kemudian program terakhir untuk meningkatkan ekspor adalah menyiapkan UMKM untuk memasuki pasar luar negeri. Budi Santoso mengklaim Kemendag telah memberikan pelatihan bagi UMKM dan menunjuk penyuluh ekspor. "Penyuluh ekspor ini tugasnya memberikan edukasi kepada UMKM kita agar dia mengerti mengenai ekspor. Selama ini kadang-kadang orang tidak mau ekspor karena bingung bagaimana prosedurnya," ujar Budi merinci. 

Sebelumnya, Budi Santoso mengungkap ekspor nasional saat ini masih didominasi oleh industri pengolahan, yakni sebesar 78 persen. Ia mengatakan, kondisi ini berbeda dari 15 tahun silam. Saat itu, menyebut, sekitar 70 persen dari ekspor merupakan bahan baku.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, kinerja ekspor nasional sepanjang 2024 mencapai US$ 264,70 miliar. Dari capaian itu, US$ 196,54 miliar atau 74,25 persen persen di antaranya merupakan sumbangan kinerja ekspor industri pengolahan nonmigas.

Nilai ekspor industri pengolahan nonmigas pada 2024 naik 5,33 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Dengan kinerja ini, industri pengolahan nonmigas turut berperan dalam capaian nilai surplus pada neraca perdagangan Indonesia sebesar US$ 31,04 miliar pada 2024.

Kinerja ekspor nonmigas pada 2024 didukung oleh ekspor produk-produk manufaktur seperti berbagai produk kimia serta kendaraan dan bagiannya. Adapun negara tujuan utama ekspor nonmigas Indonesia, antara lain ke Cina, Amerika Serikat, dan India.

Han Revandra berkontribusi pada penulisan artikel ini.