OJK: Perekonomian dan SJK tunjukkan resiliensi serta tetap tumbuh baik

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyampaikan perekonomian serta sektor jasa keuangan (SJK) Indonesia menunjukkan ...

OJK: Perekonomian dan SJK tunjukkan resiliensi serta tetap tumbuh baik
Kondisi ini tentunya merupakan modalitas bagi sektor jasa keuangan untuk tetap berdaya tahan dalam menghadapi kerentanan dan goncangan eksternal

Jakarta (ANTARA) - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyampaikan perekonomian serta sektor jasa keuangan (SJK) Indonesia menunjukkan resiliensi dan tetap tumbuh baik di tengah berbagai dinamika dan isu sentral global.

Dinamika tersebut mulai dari tingginya tensi geopolitik, divergensi pemulihan ekonomi, dan fragmentasi perdagangan global, serta pelaksanaan pemilihan umum di berbagai negara besar, termasuk Indonesia.

"Pertumbuhan ekonomi sepanjang 2024 tercatat 5,03 persen dengan indikator kinerja sektor jasa keuangan yang positif dan didukung oleh fondasi permodalan yang solid, likuiditas yang mencukupi, dan profil risiko yang terkelola dengan baik," kata Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar dalam acara Pertemuan Tahunan Industri Jasa Keuangan (PITJK) 2025 di Jakarta, Selasa.

Dari aspek intermediasi, Mahendra menyampaikan bahwa perbankan telah menyalurkan kredit dan pembiayaan sebesar Rp7.827 triliun, tumbuh double digit sesuai target dan mencapai 10,39 persen dengan disertai risiko kredit yang terjaga. Sementara itu, piutang pembiayaan perusahaan pembiayaan tumbuh 6,92 persen menjadi Rp503,43 triliun.

Di sisi lain, intermediasi nonkonvensional seperti outstanding pembiayaan pinjaman dalam jaringan (daring) atau fintech peer-to-peer (P2P) lending tercatat Rp77,02 triliun, tumbuh Rp29,14 persen.

Pembiayaan produk buy now pay later (BNPL) yang dilakukan oleh perbankan dan perusahaan pembiayaan masing-masing tercatat Rp22,12 triliun dan Rp6,82 triliun, atau tumbuh masing-masing 43,76 persen dan 37,6 persen.

Sementara itu, industri pergadaian tercatat sebesar Rp88,05 triliun atau tumbuh Rp26,9 persen.

Di pasar modal, penghimpunan dana berhasil melampaui target di atas Rp200 triliun mencapai Rp259,24 triliun dari 199 penawaran umum yang secara nominal didominasi oleh penawaran umum sektor keuangan sebesar 36 persen.

Di sisi permintaan, jumlah investor pasar modal tumbuh enam kali lipat dalam lima tahun terakhir menjadi 14,87 juta investor per akhir Desember 2024.

Mahendra mengatakan bahwa indikator likuiditas berada di atas threshold dengan solvabilitas industri jasa keuangan terpantau solid. Bahkan, untuk sektor perbankan yang mencatat capital adequacy ratio (CAR) 26,69 persen bisa dikatakan tertinggi di antara negara-negara kawasan.

"Kondisi ini tentunya merupakan modalitas bagi sektor jasa keuangan untuk tetap berdaya tahan dalam menghadapi kerentanan dan goncangan eksternal," kata Mahendra.

Dukungan sinergi yang baik dengan kementerian dan lembaga pemerintah dan nonpemerintah, khususnya Kementerian Keuangan (Kemenkeu), Bank Indonesia (BI), dan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) sebagai lembaga-lembaga otoritas keuangan dalam Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK), serta industri jasa keuangan secara keseluruhan telah berkontribusi signifikan terhadap pencapaian tersebut.

Baca juga:

Baca juga:

Baca juga:

Pewarta: Rizka Khaerunnisa
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2025