Orang Tua Perokok Bisa Jadi Pemicu Anak Stunting

Seorang ayah yang merokok dapat menyebabkan anaknya stunting.

Orang Tua Perokok Bisa Jadi Pemicu Anak Stunting

TEMPO.CO, Jakarta - Seorang ayah yang merokok dapat menyebabkan anaknya stunting. Sebuah penelitian di Indonesia yang dipublikasikan di Jurnal Internasional Springer Nature 2022 menyebutkan, merokok menimbulkan beban ganda kekurangan gizi pada anak yang lahir dan tumbuh di tengah keluarga .

"Dengan menggunakan data panel seimbang dari survei kehidupan keluarga Indonesia, kami menganalisis sejauh mana dampak merokok ayah terhadap kemungkinan terhambatnya pertumbuhan, kurus, dan kelebihan berat badan pada anak-anak," tulis tim peneliti seperti yang dikutip Tempo, Sabtu, 18 Januari 2025.

Penelitian ini menggunakan model efek acak probit dengan koreksi mundlak atau model statistik yang menggunakan variabel dependen biner dan memiliki struktur data yang mengandung efek acak. Misalnya, ya/tidak atau 0/1. Model ini sering digunakan dalam konteks data panel atau data berulang di mana pengamatan dari individu yang sama tercatat dilakukan lebih dari sekali.

Temuan menunjukkan bahwa anak yang ayahnya memiliki intensitas merokok sedang atau tinggi cenderung lebih kurus dan mengalami pertumbuhan yang terhambat, masing-masing sebesar 2,93 dan 3,47 poin persentase.

Kondisi ini terjadi lantaran merokok dapat memberikan beban ganda pada perekonomian keluarga, terutama pada keluarga di negara berkembang. Individu yang paling menderita atas beban ganda ekonomi ini adalah anak yang lahir dan tumbuh di tengah keluarga perokok. Hal ini sejalan dengan banyaknya penelitian internasional bahkan UNICEF yang membuktikan bahwa rokok merupakan salah satu penyebab tingginya angka stunting di negara berkembang.

Tidak hanya menyebabkan beban ganda ekonomi keluarga yang dapat mengurangi potensi gizi anak, jurnal kesehatan BMC menyebutkan, anak yang lahir dan tumbuh di tengah keluarga perokok dapat mengalami penurunan fungsi paru. Kondisi ini menunjukkan fungsi paru-paru yang rendah dan terhambatnya pertumbuhan memiliki korelasi antropometrik, lingkungan, dan nutrisi. 

"Korelasi antropometrik yang serupa memiliki jalur peradangan kronis yang sama, yang menunjukkan bahwa kedua kondisi tersebut bersifat analog," tulis peneliti dari Public Health of India di New Delhi, Tanica Lyngdoh, seperti yang dikutip dari BMC.

Faktor stunting merupakan pertumbuhan yang terhambat akibat fungsi paru-paru yang buruk, dalam penelitian ini diperiksa sebagai proses yang analog. Berdasarkan hipotesis, kedua kondisi tersebut memiliki asal usul yang sama. Menurunnya fungsi paru anak kemudian menjadikannya stunting akibat keluarga perokok memiliki indikator antara yang serupa, dan berujung pada peningkatan risiko hasil yang serupa.

Jalur yang berpotongan yang berpuncak pada pertumbuhan yang terhambat dan fungsi paru yang buruk menandakan asal patologis dari fungsi paru yang buruk. "Referensi yang sehat merupakan hal penting dalam menghasilkan nilai spirometri ‘normal’ untuk populasi tertentu. Asumsi ini dilanggar pada populasi (anak dalam keluarga perokok) yang mengalami kondisi perkembangan yang menyebabkan pertumbuhan terhambat dan penyakit kardiometabolik asimtomatik tak terdiagnosis," tulis Tanyca.

Springer Science+Business Media, LLC,BMC