Pencari Belut di Ngawi Tewas Tersengat Listrik Jebakan Tikus

Pencari Belut di Ngawi Tewas Tersengat Listrik Jebakan Tikus. ????Seorang pria di Ngawi ditemukan tewas di sawah akibat jebakan tikus listrik. Polisi mengingatkan bahaya penggunaan alat ini yang bisa berakibat fatal dan melanggar hukum -- Ikuti kami di ????https://bit.ly/392voLE #beritaviral #jawatimur #viral berita #beritaterkini #terpopuler #news #beritajatim #infojatim #newsupdate #FYI #fyp

Pencari Belut di Ngawi Tewas Tersengat Listrik Jebakan Tikus

Ngawi (beritajatim.com) – Seorang pria bernama Saljum (41), warga Desa Klitik, Kecamatan Geneng, Kabupaten Ngawi, ditemukan tewas di area persawahan pada Minggu pagi, (19/1/2025). Saljum diduga meninggal akibat tersengat listrik dari jebakan tikus yang terpasang di sawah tersebut.

Penemuan jasad korban pertama kali dilaporkan oleh Muh Badrudin (60), warga Desa Beran, Kecamatan Ngawi Kota, yang merupakan pengelola sawah milik Badrul Munir, seorang warga Jakarta.

Muh Badrudin mengaku menemukan korban saat hendak memeriksa bibit padi dan mematikan aliran listrik jebakan tikus yang dipasang di sawahnya. “Saya pagi mau melihat benih, ternyata korban sudah tergeletak di sawah saya. Langsung saya lapor polisi,” kata Muh Badrudin.

Saat ditemukan, seluruh peralatan yang digunakan korban untuk mencari belut, termasuk senter kepala, masih melekat di tubuhnya. Polisi yang tiba di lokasi segera melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP) untuk mengumpulkan bukti-bukti.

Kapolsek Geneng AKP Haris Sunarto menyatakan bahwa pihaknya telah membawa jenazah korban ke RSUD Dr. Soeroto Ngawi untuk dilakukan visum. “Pemilik sawah menemukan korban tewas. Penyebabnya masih kami selidiki. Jenazah telah kami bawa ke RSUD untuk visum,” ujar AKP Haris Sunarto.

Dari lokasi kejadian, polisi mengamankan beberapa barang bukti, termasuk kawat yang digunakan untuk aliran listrik jebakan tikus, peralatan mencari belut, dan senter kepala milik korban. Kasus ini kini dalam penanganan intensif Polsek Geneng.

Menurut AKP Haris, kejadian ini menjadi peringatan serius bagi masyarakat, terutama petani, terkait bahaya penggunaan jebakan tikus yang menggunakan aliran listrik.

“Selain dapat membahayakan manusia, praktik ini juga melanggar hukum dan dapat menimbulkan risiko besar,” kata Haris mengingatkan.

Kasus kematian akibat jebakan tikus listrik bukan pertama kali terjadi di Indonesia. Banyak petani yang masih menggunakan metode ini karena dianggap lebih efektif dalam membasmi hama.

Namun, risikonya sangat besar karena dapat membahayakan nyawa manusia. Pemerintah dan pihak berwenang terus mengimbau petani untuk menggunakan metode yang lebih aman dan tidak berisiko fatal.

Hingga kini, polisi masih melakukan penyelidikan lebih lanjut terkait kasus ini, termasuk menelusuri pihak yang bertanggung jawab atas pemasangan jebakan listrik tersebut. [fiq/suf]