Prabowo Ingin Bawa Indonesia Gabung BRICS, Ini Manfaat Sekaligus Risikonya
Indonesia tengah mengajukan diri menjadi anggota BRICS. Bisa memberikan akses pembiayaan lebih luas, namun berpotensi secara geopolitik
Pengamat militer Connie Rahakundini Bakrie mendukung langkah Presiden Prabowo Subianto untuk mengupayakan Indonesia menjadi salah satu negara anggota . Lembaga tersebut merupakan organisasi negara berkembang yang beranggotakan Brazil, Rusia, India, Cina dan Afrika Selatan.
Connie mengatakan sejumlah manfaat yang bakal diperoleh Indonesia apabila bergabung dengan BRICS nantinya. Keuntungan, pertama adalah akses lebih besar kepada pembiayaan melalui new development bank (NDB) tanpa prasyarat ketat seperti bank dunia atau dana moneter internasional (IMF).
Manfaat lainnya adalah Indonesia mampu membuka peluang untuk diversifikasi ekspor sekaligus mengurangi ketergantungan pada negara maju. Connie mengatakan Indonesia dapat mengurangi ketergantungan pada mata uang dolar Amerika Serikat (AS) dan memperkuat kedaulatan moneter.
"Ada dukungan modernisasi untuk mendorong transformasi industri dan digital Indonesia," kata Connie saat menjadi pembicara diskusi bertajuk 'How to Win Geopolitics: Our Nation's Journey to Wealth and Influence' di Park Hyatt Jakarta pada Senin (18/11).
Selain itu, keikutsertaan Indonesia ke dalam keanggotaan BRICS dapat meningkatkan dan memperluas kemitraan energi dan sumber daya alam (SDA), khususnya pada sektor energi terbarukan dan pertambangan.
Di sisi lain, Profesor Sekolah Hubungan Internasional Universitas St. Petersburg, Rusia, itu juga menguraikan tantangan yang bakal dihadapi Indonesia selepas menjadi anggota BRICS.
Hambatan tersebut yakni tumbuhnya ketergantungan risiko ekonomi pada Cina dalam aspek investasi dan perdagangan. Risiko selanjutnya adalah problem geopolitik yang menyebabkan Indonesia sulit membuka hubungan dengan Amerika Serikat (AS) dan Uni Eropa. "Ini mengurangi kedaulatan ekonomi negara," ujar Connie.
Keinginan Prabowo untuk membawa Indonesia menjadi anggota BRICS terucap saat menjadi pemicara dalam Forum Bisnis Indonesia-Brasil yang digelar di Rio de Janeiro, Brasil, pada Ahad (17/11) waktu setempat.
Prabowo mengatakan komitmen untuk membawa Indonesia menjadi anggota BRICS telah muncul sejak dirinya mencalonkan diri sebagai Presiden dalam Pemilihan Presiden 2014.
Prabowo pun telah mengumumkan permintaan Indonesia untuk menjadi anggota blok ekonomi BRICS. Pada kesempatan tersebut, Prabowo turut menjelaskan ketidakhadirannya di KTT BRICS di Kazan, Rusia, pada 24 Oktober lalu.
Kala itu, ia baru saja dilantik secara resmi sebagai presiden pada 20 Oktober 2024. "Saya mengirimkan Menteri Luar Negeri saya langsung ke Kazan untuk KTT BRICS. Yang tidak dapat saya hadiri. Kami ingin bergabung bersama Brasil dan negara-negara anggota BRICS lainnya," kata Prabowo.
Negara-negara anggota BRICS menyumbang lebih dari 40% populasi global dan sekitar seperempat dari produk domestik bruto dunia. Ketertarikan dari negara-negara berkembang atau global south untuk bergabung dengan BRICS karena semakin banyak pemerintah negara yang menjauh dari ketergantungan dolar AS.
Sejumlah negara yang tergabung dalam Liga Arab seperti Aljazair, Arab Saudi, Uni Emirat Arab (UEA), Mesir, Bahrain, dan Iran juga mengajukan diri untuk bergabung dengan BRICS. Hasil analisis Bloomberg menyatakan negara-negara G7 dan BRICS masing-masing berkontribusi seimbang terhadap pertumbuhan ekonomi global pada 2020.
Kinerja blok G7 baru-baru ini menurun. Pada tahun 2028, G7 diproyeksikan hanya berkontribusi terhadap 27,8% dari ekonomi global. Sementara BRICS merangsek menjadi 35%.