Respons Aksi 'Adili Jokowi', Jokowi: Ekspresi karena Kalah Pilpres
Jokowi menilai aksi vandalisme 'adili Jokowi' adalah ekspresi kekecewaan karena kekalahan di pilpres.
![Respons Aksi 'Adili Jokowi', Jokowi: Ekspresi karena Kalah Pilpres](https://statik.tempo.co/data/2025/02/09/id_1375906/1375906_720.jpg)
TEMPO.CO, Jakarta - Presiden ke-7 Joko Widodo alias merespons munculnya banyak aksi “Adili Jokowi” di sejumlah kota. Jokowi menilai aksi itu merupakan bentuk ungkapan ekspresi kekecewaan. Salah satu dugaan Jokowi, aksi itu adalah ekspresi karena kalah di pemilihan presiden. Namun Jokowi tidak menyebut periode pilpres yang dimaksud.
"Itu ekspresi bisa macam-macam. Ekspresi karena kekalahan di pilpres bisa," kata Jokowi dalam wawancara khusus dengan jurnalis sekaligus pemilik Narasi TV, yang ditayangkan di akun YouTube Najwa Shihab dengan judul "(Ekslusif) Jokowi soal IKN, Gibran, dan Adili Jokowi | Mata Najwa" pada Selasa, 11 Februari 2025. Najwa sudah mengizinkan Tempo mengutip tayangan dalam video tersebut, Rabu, 12 Februari 2025.
Selain ungkapan kekecewaan kalah pilpres, Jokowi menilai, aksi itu karena perasaan kesal terhadap sesuatu. Jokowi mengaku tidak terlalu mempersoalkan hal tersebut. "Saya kira ini negara demokratis. Biasa-biasa saja menanggapinya," kata dia.
Saat ditanya apakah aksi tersebut adalah bentuk operasi politik, Jokowi tidak menutup kemungkinan. Ia kembali menyebut masih ada pihak yang belum berdamai dengan hasil pilpres. Jokowi menuduh ada pihak yang ingin menjatuhkan dirinya.
"Masih ada yang belum move on sehingga berusaha untuk men-downgrade. Kalau saya biasa," kata Jokowi.
Tulisan “Adili Jokowi” muncul di sejumlah kota. Aksi vandalisme terjadi di Yogyakarta, Surabaya, Malang, hingga di kota tempat tinggal Jokowi di Solo. Di Surabaya, Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) menutup tulisan “Adili Jokowi” dengan mengecat ulang tembok atau bidang yang terdapat tulisan tersebut. Tulisan itu muncul di 24 lokasi di sembilan kecamatan di Surabaya. Polisi langsung memburu pelaku vandalisme tersebut.
Di Malang, tulisan tersebut kali pertama diketahui muncul di area Tugu Perbatasan arah masuk wilayah Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang, di Jalan Raya Mojosari, Dusun Dawuhan, Desa Jatirejoyoso. Tulisan tersebut juga muncul di dinding gang menuju jalan masuk Dusun Segenggeng, Desa Pakisaji, Kecamatan Pakisaji, Kabupaten Malang. Belakangan aksi vandalisme juga menyasar sejumlah kantor partai politik di Jalan Raya Sukoharjo, Kecamatan Kepanjen.
Presiden ke-7 Joko Widodo atau Jokowi sebelumnya dinobatkan sebagai finalis tokoh terkorupsi 2024 oleh Organized Crime and Corruption Reporting Project disingkat OCCRP. Jokowi berada di urutan ketiga nominasi tokoh terkorup 2024 versi OCCRP setelah Presiden Suriah terguling Bashar al-Assad dan Presiden Kenya William Ruto.
OCCRP mengakui tidak memiliki bukti Jokowi terlibat dalam korupsi untuk keuntungan finansial pribadi selama masa jabatannya. Namun, OCCRP mendasarkan pada penilaian kelompok masyarakat sipil dan para ahli yang mengatakan pemerintahan Jokowi secara signifikan melemahkan upaya pemberantasan korupsi.
Selain itu, OCCRP juga menyoroti Jokowi yang dikritik secara luas karena merusak lembaga pemilihan umum dan peradilan Indonesia. Salah satunya adalah upaya ikut mendorong ambisi politik putranya, Gibran Rakabuming Raka, yang mini menjadi wakil presiden mendampingi Presiden Prabowo Subianto.
“Para juri menghargai nominasi warga negara, tetapi dalam beberapa kasus, tidak ada cukup bukti langsung tentang korupsi yang signifikan atau pola pelanggaran yang sudah berlangsung lama," ujar Penerbit OCCRP Drew Sullivan.
Antara berkontribusi terhadap tulisan ini.