Pusat Oleh-oleh Populer Wisatawan Yogya, Pasar Beringharjo Catat Transaksi Non Tunai Rp 26 Miliar

Wisatawan yang kerap menyambangi kawasan Malioboro, biasanya cukup familiar dengan Pasar Beringharjo yang ada di ujung jalan itu.

Pusat Oleh-oleh Populer Wisatawan Yogya, Pasar Beringharjo Catat Transaksi Non Tunai Rp 26 Miliar

TEMPO.CO, Yogyakarta - Wisatawan yang kerap menyambangi kawasan Malioboro, biasanya cukup familiar dengan yang ada di ujung jalan itu. Beringharjo menjadi surga pemburu oleh oleh khas Yogyakarta, terutama untuk batik-batik yang dibanderol harga relatif miring.

Meski masih mempertahankan model jual beli yang terbuka pada proses tawar menawar, namun sistem pembayaran transaksi di pasar tradisional tersebut perlahan sudah banyak bergeser dengan cara cashless atau non tunai.

Tren pembayaran non tunai di pasar yang dihuni hampir 6 ribu pedagang itu terpantau selama event Beringharjo Great Sale yang berlangsung dari Oktober 2024 hingga Januari 2025. "Selama tiga bulan event itu, rata-rata transaksi non tunai di Pasar Beringharjo Rp 8,9 miliar per bulan atau diakumulasi Rp 26,8 miliar selama event digelar," kata Kepala Dinas Perdagangan Veronica Ambar Ismuwardani, Selasa 11 Februari 2025.

Ambar menuturkan, dari hampir 6 ribuan pedagang yang menghuni Beringharjo, sekitar 25 persennya sudah menerapkan sistem pembayaran digital bagi pengunjung. Pergeseran sistem pembayaran ini dinilai memudahkan yang sebagian kini sudah mengandalkan pembayaran digital dalam berbagai transaksi. Mulai dari reservasi hotel, masuk area destinasi, hingga kebutuhan belanja oleh oleh.

"Untuk membiasakan pembayaran digital ini memang masih perlu dorongan melalui event, kami targetkan semua pasar tradisional di ke arah itu," kata dia.

Menurutnya, ketika pasar pasar tradisional di Yogyakarta sudah terbiasa dengan transaksi digital, akan lebih mudah bersaing dengan perkembangan pasar modern. Pasar tradisional akan menjadi tempat yang luwes dan memudahkan konsumen membayar sesuai harga yang disepakati antara pembeli dan penjual.

Penjual dan pembeli tak perlu pusing lagi dengan sisa kembalian atau mempersiapkan uang tunai dalam junlah besar ketika belanja yang rawan resiko."Pembayaran digital tentu lebih modern, aman, dan efisien. Selain itu, dari pembayaran digital itu  pembeli bisa berpeluang mendapat manfaat potongan harga atau diskon dan belanja dari perbankan yang bekerjasama," kata dia.

Penjabat Wali Kota Yogyakarta Sugeng Purwanto mengungkapkan gelaran event di pasar tradisional penting untuk mengerek kunjungan. Terutama saat masa libur panjang hari raya keagamaan atau momentum lainnya seperti liburan sekolah.

"Bagaimanapun saat ini pasar tidak sekedar jadi tempat jual beli saja, namun bisa menjadi salah satu destinasi belanja ketika ada produk khas yang ditawarkan, jadi perlu event sebagai pendorongnya," kata Sugeng.

Seorang pedagang batik di Pasar Beringharjo, Sri Maryati, 55 tahun, mengungkapkan pembayaran digital memang dirasakan lebih memudahkannya bertransaksi. "Memudahkan karena biasanya semua (omset dan keuntungan) dihitung manual sekarang tinggal lihat nominalnya di aplikasi selesai," kata dia.