Serba-serbi MBG: Dari Kemdiktisaintek Rancang Riset Pendukung hingga Saran KPAI Soal Evaluasi
KPAI menyatakan pemerintah perlu mengevaluasi MBG agar tepat sasaran. Perlu melibatkan anak-anak beserta orang tua dalam evaluasi tersebut.
![Serba-serbi MBG: Dari Kemdiktisaintek Rancang Riset Pendukung hingga Saran KPAI Soal Evaluasi](https://statik.tempo.co/data/2025/01/06/id_1367293/1367293_720.jpg)
TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemdiktisaintek) sedang merancang berbagai upaya riset perihal hal-hal pendukung program Makan Bergizi Gratis atau yang menjadi program prioritas Presiden Subianto.
Direktur Jenderal Riset dan Pengembangan (Dirjen Risbang) Kemdiktisaintek Fauzan Adziman mengatakan pendukung MBG, seperti bahan pangan, alat-alat penyimpanan dan pengolahan makanan, menjadi sorotan dalam program riset ini. “Biasanya alat-alat ini kita suplai dari luar negeri. Nah ini komponen-komponen untuk mesin-mesin atau juga alat-alat di dapur ini mulai kita identifikasi,” kata dia di kantor Kemdiktisaintek, Jakarta, Selasa, 11 Februari 2025.
Fauzan menyebutkan program riset ini nantinya tidak hanya dilakukan di perguruan tinggi reguler, tetapi juga perguruan tinggi vokasi hingga masyarakat desa dalam rangka penguatan UMKM dan upaya industrialisasi desa. “Jadi UMKM kita tingkatkan nilai tambahnya supaya nanti bisa menghasilkan alat-alat yang sesuai dengan standar yang dibutuhkan,” ujarnya.
Dalam hal logistik bahan pangan yang diperlukan dalam MBG, Fauzan memaparkan pihaknya juga mengembangkan sistem pertanian klaster, yang diterapkan dengan menyesuaikan kebutuhan dari suatu wilayah. Dalam implementasinya, pihaknya mengarahkan sejumlah perguruan tinggi di Indonesia dalam melakukan pendampingan terhadap masyarakat.
“Jadi fungsi dari kampus adalah meningkatkan pendampingan dengan baik itu pertanian dan juga perkebunan. Sehingga solusi yang dibuat secara lokal itu bisa mengatasi masalah-masalah atau distribusi di desa-desa tersebut,” kata dia.
Fauzan menyebutkan salah satu yang menjadi pembahasan adalah penyediaan susu kemasan, yang dinilai menjadi salah satu bagian termahal pada satu porsi MBG. “Kita lagi mencari jalan supaya di setiap desa ada yang bisa memproses susu dengan alat-alat yang kita kembangkan di desa itu,” tuturnya.
Berkaitan dengan hal tersebut, Direktur Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Kemdiktisaintek I Ketut Adnyana menuturkan pihaknya juga memperkuat riset bibit unggul. “Tentu kita akan mengajak teman-teman di perguruan tinggi untuk meneliti dan menemukan bibit-bibit unggul dengan menerapkan salah satunya ilmu bioteknologi termasuk biogenomik untuk mendapatkan bibit-bibit unggul,” ucapnya.
KPAI: Evaluasi MBG Harus Libatkan Anak dan Orang Tua
Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menegaskan evaluasi program MBG perlu dilakukan dan juga melibatkan anak-anak beserta orang tua agar pelaksanaannya lebih maksimal. “Pemerintah tidak perlu ragu untuk mengevaluasi kebijakan agar program MBG benar-benar tepat sasaran. Libatkan anak beserta orang tuanya dalam evaluasi,” kata Wakil Ketua KPAI Jasra Putra di Jakarta, Selasa, seperti dikutip dari Antara.
Jasra menekankan isu stunting masih menjadi persoalan serius dalam lima tahun terakhir di mana target penurunan hingga 14 persen belum tercapai, sehingga evaluasi program MBG menjadi sangat penting.
KPAI berkomitmen mengawasi pelaksanaan program yang menjadi bagian dari upaya mewujudkan Indonesia Emas 2045 itu. Dengan jumlah anak Indonesia mencapai 30,2 juta jiwa atau sepertiga dari total penduduk, kualitas generasi muda saat ini akan sangat menentukan masa depan bangsa.
Dia menuturkan, berdasarkan hasil pengawasan yang dilakukan KPAI ke berbagai sekolah termasuk PAUD, SMP, SMA, Madrasah, dan Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG), ditemukan beberapa kendala dalam implementasi MBG.
Di Kota Jakarta Timur, misalnya, dia mengatakan terdapat keterlambatan distribusi makanan dari SPPG yang tidak sesuai dengan jadwal sekolah. Selain itu, belum ada identifikasi anak-anak yang memiliki alergi makanan tertentu, yang dapat berisiko bagi kesehatan mereka.
Sementara itu, di Kota Jakarta Selatan, pelaksanaan program sudah lebih baik karena adanya peran ahli gizi dalam penyusunan menu. Anak-anak di wilayah ini mulai mendapatkan edukasi mengenai gizi, termasuk jumlah kalori yang terkandung dalam sayuran yang mereka konsumsi.
Menurut dia, KPAI menyayangkan kalau suara anak-anak belum sepenuhnya didengar dalam evaluasi program ini, terutama di Jakarta Timur. Padahal, berdasarkan hasil survei Kementerian Kesehatan 2023, konsumsi sayur dan buah masih menjadi tantangan bagi anak-anak Indonesia.
Kepala Bappenas: MBG Tingkatkan Partisipasi Pendidikan
Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Rachmat Pambudy menyebutkan MBG meningkatkan angka partisipasi pendidikan di Indonesia.
“Hasilnya sudah jelas, dia (MBG) bisa meningkatkan partisipasi pendidikan, kehadiran anak sekolah, dengan ada MBG mereka jadi lebih rajin," katanya dalam acara peluncuran Center of Excellence (CoE) atau Pusat Riset Unggulan di kawasan Agribusiness and Technology Park (ATP) IPB University, Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Selasa.
Dia menyebutkan cakupan MBG yang dijalankan di Indonesia lebih luas, yakni hingga tingkat sekolah menengah atas (SMA) dan sekolah luar biasa (SLB), jika dibandingkan dengan 139 negara lain yang sudah melaksanakan program serupa. “Tantangannya, jumlah sasaran yang luar biasa banyak 92,78 juta dengan kebutuhan 26.508 SPPG,” ujarnya.
Rachmat menekankan pentingnya pemantauan, evaluasi, studi dampak, serta integrasi data secara rutin dalam pengembangan program. Karena itu, dia berharap CoE bisa menjadi bagian integral dari upaya tersebut. “Karena itu, Pak Rektor, kami sangat mengharapkan CoE ini dapat berdiri dan menjadi elemen yang tak terpisahkan dalam pengembangan program ke depan,” ujarnya.
Rektor IPB University Arif Satria menjelaskan Pusat Riset Unggulan ini menjadi wadah khusus untuk mengembangkan dan mengujicobakan protokol inovatif guna mengatasi berbagai tantangan dan kebutuhan baru MBG. “Karena kami memandang bahwa program ini sangat strategis untuk peningkatan kualitas gizi anak dan ibu hamil Indonesia,” kata dia.
Menteri UMKM Siapkan Tiga Skema bagi Pelaku Usaha yang Terlibat MBG
Menteri Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) Maman Abdurrahman menyiapkan tiga skema utama bagi pelaku UMKM yang terlibat dalam program MBG agar dapat berjalan efektif dan berkelanjutan.
Skema pertama adalah penguatan manajemen dan kualitas produksi bagi pengusaha UMKM yang terlibat MBG. “Ini akan menjadi objek monitoring dan evaluasi dari kementerian UMKM, untuk menjaga dari sisi keorganisasian dan manajemen operasionalnya,” kata Maman melalui keterangan resmi pada Selasa.
Lebih lanjut, skema kedua adalah dari sisi pembiayaan. Sejalan dengan mekanisme anggaran yang telah disiapkan oleh Badan Gizi Nasional (BGN), Kementerian UMKM juga mengantisipasi tantangan yang mungkin muncul dalam proses realisasi anggaran.
“Kami memahami bahwa ada tahapan-tahapan administratif yang harus dilalui, termasuk audit, yang dapat mempengaruhi kelancaran modal kerja UMKM. Oleh karena itu, kami telah berkoordinasi dengan bank Himbara untuk menyiapkan skema pembiayaan bridging bagi UMKM,” ujar dia.
Ketiga, membangun ekosistem usaha berkelanjutan. Maman menekankan program ini tidak hanya menciptakan peluang ekonomi jangka pendek, tetapi juga akan melahirkan salah satu ekosistem usaha terbesar di sektor UMKM. “Selain subsektor industri, kerajinan tangan, dan fesyen, subsektor makanan kini menjadi salah satu unggulan yang berpotensi membangun ekosistem usaha yang luas dan berkelanjutan,” kata Maman.
Dia juga menilai program MBG memiliki efek berganda bagi perekonomian nasional, terutama dalam mendorong pertumbuhan UMKM di sektor pangan dan makanan. “Dengan adanya pergerakan ekonomi dan peluang usaha baru, kita sedang membangun ekosistem usaha baru di sektor pangan. Hampir semua aspek dalam rantai pasok program ini melibatkan UMKM, baik dari hulu hingga hilir,” ujarnya.
Hanin Marwah dan Antara berkontribusi dalam penulisan artikel ini.
Pilihan editor: