Tekan Impor Solar, Implementasi Biodiesel Hemat Devisa Rp 147 Triliun pada 2024

Produksi biodiesel sebesar 13, 15 juta ton pada 2024, berhasil menghemat devisa negara senilai U$ 9, 33 miliar atau Rp 147, 5 triliun.

Tekan Impor Solar, Implementasi Biodiesel Hemat Devisa Rp 147 Triliun pada 2024

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat produksi biodiesel sebesar 13,15 juta ton pada 2024, berhasil menghemat devisa negara senilai U$ 9,33 miliar atau Rp 147,5 triliun. Penghematan devisa tersebut didapat dari impor solar yang berhasil ditekan setelah program biodiesel 35% atau B35 diimplementasikan tahun lalu.

Menteri ESDM Bahlil Lahadalia mengatakan produksi biodiesel pada 2024 lebih tinggi 116% dari target pemerintah sebesar  11,3 juta ton. Produksi tersebut bisa menghasilkan nilai tambah dari pengolahan minyak sawit mentah (CPO) menjadi biodiesel sebesar Rp 20,98 triliun dan bisa menyerap tenaga kerja 1,96 juta orang.

Bahlil menghitung peningkatan produksi Biodiesel telah menghemat impor solar sejumlah 7,9 juta ton. Dia optimistis impor solar bisa semakin ditekan bila pemerintah mengimplementasikan B50. Pada awal 2025, pemerintah baru saja mengimplementasikan biodiesel 40% atau B4o.

"Kalau program B40 pada 2025 berjalan lancar, kami akan dorong program ini menjadi B50 pada 2026. Dengan demikian, mudah-mudahan kami tidak lagi mengimpor solar," kata Bahlil di kantornya, Senin (3/2).

Bahlil memaparkan program Biodiesel telah ditingkatkan dari B30 menjadi B35, kemudian ditingkatkan lagi menjadi B40. Alhasil, produksi biodiesel naik lebih dari delapan kali lipat dari sebesar 3,42 juta ton pada 2017, menjadi menjadi 13,15 juta ton pada tahun lalu.

Berpotensi Tekan Pendapatan Ekspor

Institute for Development of Economic and Finance (Indef) menilai program biodiesel 50% atau B50 berpotensi menekan pendapatan ekspor Indonesia. Pasalnya, program B50 membutuhkan tambahan pasokan CPO yang kemungkinan tidak bisa dipenuhi oleh stok domestik.

Oleh karena itu, pemerintah dinilai perlu memastikan pasokan CPO tersedia sebelum melaksanakan program B50. Jika stok domestik tidak memenuhi kebutuhan, kemungkinan pasokan CPO tersebut didapatkan dari pengurangan kuota ekspor.

Selain itu, pemerintah harus mengkaji lebih lanjut kesiapan dari sisi teknis. Kajian ini melingkupi kesiapan daripada industri automotif untuk siap mengimplementasikan B50 pada mesinnya.

Ketua Tim Kerja Pemasaran Internasional Kementerian Pertanian, Muhammad Fauzan Ridha, mencatat Indonesia membutuhkan lebih dari 20 juta CPO untuk merealisasikan program B50. Sementara kapasitas terpasang industri biodiesel Indonesia baru mencapai sekitar 17-18 juta kiloliter.

Dengan demikian, Fauzan mengatakan, Indonesia perlu menggenjot kapasitas produksi biodiesel jika ingin mengimplementasikan B50. Kementan tengah berkoordinasi dengan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral untuk mengkaji kesiapan pemerintah dalam program B50.

Reporter: Andi M. Arief