Tergeser Jerman, Indonesia Berada di Posisi Empat Eksportir Produk Olahan Kakao Dunia
pertumbuhan industri tidak sejalan dengan ketersediaan biji kakao yang terus menurun, apa dampaknya?
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Industri makanan dan minuman menjadi sektor paling subur pertumbuhannya. Investasi sektor ini juga terus tumbuh dan diminati oleh para investor.
Hal ini terlihat dari perkembangan realisasi investasi di Industri Makanan dan Minuman yang mencapai Rp 30,23 triliun pada triwulan III tahun 2024.
Kebijakan hilirisasi dan kemampuan manufaktur industri telah berhasil menarik investasi dengan tumbuhnya 20 produsen industri pengolahan kakao nasional pada tahun 2010 yang memproduksi cocoa butter, cocoa liquor, cocoa powder dan cocoa cake.
Baca juga:
Namun, pertumbuhan industri tidak sejalan dengan ketersediaan biji yang terus menurun, sehingga menjadikan posisi Indonesia dari produsen ke empat dunia menjadi peringkat ke tujuh.
Industri pengolahan pun ikut terdampak dengan penurunan jumlah industri dari 20 industri menjadi 11 industri pengolahan yang masih eksisting.
Kemampuan daya saing industri pengolahan kakao Indonesia menjadikan Indonesia sebagai eksportir produk kakao olahan terbesar ke empat di dunia dengan pangsa pasar utama antara lain India, Amerika Serikat, Uni Eropa, Tiongkok dan Malaysia.
Baca juga:
"Ekspor kita di dunia tahun lalu kita menempati posisi ketiga, sekarang dikalahkan jadi nomor empat. Kita 70-80 persen hasil dari industri hasil pengolahan ekspor hampir ke 100 negara. Negara-negara lain memanfaatkan hasil olahan kita, ini dampak sangat besar kalau kita dorong industrinya," ungkap Direktur Jenderal Industri Agro Kementerian Perindustrian dalam acara Lokakarya Nasional Strategi Transformasi Nilai Kakao, Jakarta, Rabu (15/1/2025).
Pada tahun 2023, nilai ekspor produk olahan Indonesia mencapai lebih dari 1,2 miliar dolar AS dan berkontribusi pada share market global sebesar 3,92 persen.
Untuk mendongkrak ekspor produk olahan kakao, Kementerian Perindustrian mendorong pertumbuhan industri cokelat artisan bean to bar di dalam negeri.
Baca juga:
Industri cokelat artisan bean to bar menunjukkan perkembangan yang menggembirakan. Pada tahun 2023 terdapat 15 industri cokelat artisan dan meningkat menjadi 47 industri pada tahun 2024.
"Hal ini menunjukkan sinyal positif bahwa industri cokelat premium mempunyai potensi untuk berkembang di masa depan. Sejalan dengan meningkatnya kesadaran konsumen terhadap produk cokelat berkualitas," jelas Putu.
Cokelat artisan bean to bar mengedepankan kualitas bahan baku dan hanya menggunakan biji terfermentasi.
"Keistimewaan biji Indonesia adalah memiliki keragaman cita rasa yang khas pada setiap daerah penghasil , seperti Jembrana dengan karakter honey, Nusa Tenggara Timur dengan karakter nutty dan Sulawesi dengan floral-nya yang khas. Saat ini terdapat 600 cita rasa cokelat Indonesia yang bisa dieksplorasi untuk promosi dan branding," ungkapnya.