Toyota akan bangun pabrik kendaraan listrik baru di Shanghai

Dalam sebuah langkah strategis untuk mendukung kehadirannya di pasar otomotif terbesar di dunia, produsen mobil Jepang ...

Toyota akan bangun pabrik kendaraan listrik baru di Shanghai

Shanghai/Tokyo (ANTARA) - Dalam sebuah langkah strategis untuk mendukung kehadirannya di pasar otomotif terbesar di dunia, produsen mobil Jepang Toyota Motor Corp. pada Rabu (5/2) mengumumkan pihaknya akan membangun sebuah pabrik manufaktur kendaraan listrik (electric vehicle/EV) baru yang sepenuhnya dimiliki oleh perusahaan itu di Shanghai.

Berlokasi di Distrik Jinshan, Shanghai barat daya, pabrik tersebut akan mengembangkan kendaraan listrik baterai baru di bawah merek Lexus, dengan produksi direncanakan dimulai pada 2027, demikian menurut rilis pers yang disampaikan oleh produsen mobil terlaris di dunia itu.Kapasitas produksi awal akan mencapai sekitar 100.000 unit per tahun dan pembukaan pabrik itu diharapkan akan menciptakan sekitar 1.000 pekerjaan baru selama tahap perintisan, sebut pernyataan itu.Pabrik baru tersebut menandai investasi yang signifikan dalam meningkatkan kapabilitas penelitian dan pengembangan (litbang) serta produksi Toyota yang secara khusus disesuaikan untuk sektor EV di China, eksportir mobil terbesar di dunia.Dalam rilis persnya, Toyota menyatakan langkah baru itu didasarkan pada keyakinan bahwa pasokan produk yang lebih cepat dan memenuhi kebutuhan pelanggan adalah hal yang penting di China, yang memiliki permintaan tinggi akan kendaraan energi baru.Distrik Jinshan mengatakan dalam sebuah pernyataan resmi bahwa pihaknya menyambut para investor global, termasuk perusahaan Jepang dan akan terus menumbuhkan lingkungan bisnis taraf dunia yang berorientasi pada pasar, berdasarkan hukum, dan terinternasionalisasi, sembari menyediakan layanan dengan kualitas yang lebih tinggi, lebih efisien, dan tertarget bagi perusahaan untuk berinvestasi dan berkembang.Industri kendaraan energi baru China telah mengalami pertumbuhan secara eksponensial, yang didorong oleh dua hal utama, yaitu inovasi teknologi yang kuat dan dedikasi pemerintah yang tak tergoyahkan untuk pengembangan hijau dan transformasi berkelanjutan. Sinergi yang strategis tersebut tidak hanya mengatalisasi permintaan pasar yang belum pernah terjadi sebelumnya, tetapi juga mengakselerasi ekspansi yang dinamis dari industri tersebut.Menggaungkan inisiatif serupa, para produsen EV global telah memperkuat investasi di pasar China.Pada Desember 2024, produsen mobil Amerika Serikat (AS) Tesla memulai uji coba produksi di pabrik keduanya di Shanghai, hanya tujuh bulan setelah pembangunan dimulai. Pabrik tersebut dikhususkan untuk memproduksi baterai penyimpanan energi Tesla, Megapack, dengan produksi massal diperkirakan akan sepenuhnya dimulai pada kuartal pertama 2025.Pada Januari, produsen EV China XPENG dan raksasa otomotif Jerman Volkswagen mengumumkan bahwa mereka telah menandatangani sebuah nota kesepahaman (Memorandum of Understanding/MoU) untuk kolaborasi strategis dalam hal jaringan pengisian daya super cepat di China.Melalui kerja sama strategis tersebut, XPENG dan Volkswagen Group China menargetkan untuk menyediakan kepada pelanggan sebuah jaringan pengisian daya super cepat yang memiliki 20.000 tiang pengisian daya dan mencakup 420 kota di seluruh China, menurut pernyataan dari XPENG.Dengan munculnya China sebagai kekuatan dominan di sektor manufaktur otomotif global, keunggulan rantai industri dan pasokannya semakin nyata terlihat, kata Bai Ming, peneliti di Akademi Kerja Sama Perdagangan dan Ekonomi Internasional China (Chinese Academy of International Trade and Economic Cooperation/CAITEC) di bawah Kementerian Perdagangan China."Mulai dari Volkswagen hingga Tesla, dan proyek baru Toyota, investasi yang berlanjut dari para produsen otomotif terkemuka menggarisbawahi daya tarik keterbukaan tingkat tinggi China dan kekuatan industri manufakturnya yang solid," kata Bai.Toyota pada Rabu juga meningkatkan perkiraan laba bersih untuk tahun fiskal yang berakhir pada Maret 2025 menjadi 4,52 triliun yen (1 yen = Rp106) dari estimasi sebelumnya 3,57 triliun yen di tengah produksi yang mulai pulih dan nilai yen yang lebih lemah.

Pewarta: Xinhua
Editor: Benardy Ferdiansyah
Copyright © ANTARA 2025