Prabowo Susun Strategi untuk Ambil Untung dari Perang Dagang Amerika – Cina
Presiden Prabowo Subianto memanggil Dewan Ekonomi Nasional atau DEN ke Istana Merdeka. Pertemuan ini membahas strategi untuk mengambil keuntungan di tengah perang dagang Amerika Serikat dan Cina.
![Prabowo Susun Strategi untuk Ambil Untung dari Perang Dagang Amerika – Cina](https://cdn1.katadata.co.id/media/images/thumb/2018/12/13/2018_12_13-13_01_18_c0487291eed16ccac3d0c68d2bdbc361_960x640_thumb.jpg)
Presiden Prabowo Subianto memanggil Dewan Ekonomi Nasional atau DEN ke Istana Merdeka, Jakarta, pada Kamis (6/2). Pertemuan ini membahas strategi untuk mengambil keuntungan di tengah perang dagang Serikat dan yang kembali memanas.
Presiden Amerika Donald Trump mengenakan tarif 10% atas impor barang dari Cina.
Kebijakan itu disambut Cina dengan menerbitkan tarif baru atas pajak impor barang-barang AS 15% pada jenis batu bara dan gas alam cair tertentu mulai 10 Februari. Cina juga mengenakan tarif 10% pada minyak mentah, mesin pertanian, mobil berkapasitas besar, dan truk pickup.
Anggota DEN yang hadir yakni Luhut Binsar Pandjaitan, Muhammad Chatib Basri, Septian Hario Seto, Arief Anshory Yusuf, dan Firman Hidayat.
Chatib Basri menyampaikan situasi perang dagang antara Amerika - Cina cenderung mendatangkan dampak positif bagi Indonesia. Ia mencontohkan, kemungkinan perusahaan-perusahaan AS memindahkan basis produksi dari Cina ke negara-negara yang tidak terkena tarif impor, salah satunya Indonesia.
Kenaikan tarif impor yang lebih tinggi dipercaya membuat perusahaan semakin termotivasi memindahkan basis produksi ke negara lain yang tidak terkena dampak tarif dan memiliki biaya produksi lebih rendah.
"Sejauh ini penerapan tarif terhadap Indonesia belum dilakukan," kata Chatib dalam keterangan pers usai bertemu Presiden Prabowo, Kamis (6/2).
Chatib menyampaikan Prabowo berharap Indonesia dapat memanfaatkan momentum perang dagang Amerika – Cina melalui ragam perbaikan iklim investasi. Ia mencontohkan penyederhanaan izin dan pemangkasan birokrasi untuk menjamin kepastian usaha melalui implementasi Government Technology atau GovTech.
"Jika hal itu dilakukan, maka posisi Indonesia sebetulnya bisa diuntungkan. Yang paling penting itu kepastian hukum. Kemudian, peraturannya harus konsisten," ujarnya.
Mantan Menteri Keuangan itu menambahkan, Indonesia memiliki peluang besar menarik investasi, sebagai salah satu basis produksi yang kompetitif karena bebas dari tarif impor.
Potensi perpindahan investasi dari Cina itu dapat mencakup sektor manufaktur dan berbagai industri lainnya.
"Kalau tarif dinaikkan lebih tinggi, perusahaan akan cari basis yang paling murah. Jadi itu bisa terjadi pada manufaktur dan berbagai industri," kata Chatib. "Tetapi syaratnya, Indonesia harus melakukan reformasi. Tanpa itu, Indonesia belum bisa mendapatkan manfaat."
Pada kesempatan serupa, Septian Hario Seto menyampaikan efek perang dagang Amerika - Cina sudah terasa di Indonesia. Sudah ada perusahaan Asia yang merelokasi fasilitas produksi dengan membangun pabrik di Jawa Barat.
"Ada groundbreaking pabrik di Jawa Barat. Itu dengan ekspor 100% ke Amerika Serikat. Jadi trennya sudah kelihatan," kata Seto.