VIDEO Kisah Perjuangan Dua Pengrajin Terakhir Caping Kalo: Bertahan demi Warisan Budaya Kudus

Saat ini, hanya tersisa dua pengrajin yang masih bertahan di Desa Gulang, Kecamatan Mejobo, Kabupaten Kudus, yakni Kamto dan Rudipah.

VIDEO Kisah Perjuangan Dua Pengrajin Terakhir Caping Kalo: Bertahan demi Warisan Budaya Kudus

TRIBUNNEWS.COM, KUDUS - Caping Kalo merupakan perempuan khas , Jawa Tengah.

Berbeda dengan caping pada umumnya yang berbentuk kerucut, memiliki bentuk bulat datar yang unik.

Pada masa lalu, sering digunakan oleh perempuan saat pergi ke sawah, ke pasar, hingga menghadiri hajatan.

Namun, seiring perkembangan zaman, penggunaan mulai berkurang dan tergeser oleh yang lebih praktis.

Selain itu, proses pembuatannya yang rumit juga menjadi faktor semakin langkanya .

Saat ini, hanya tersisa dua pengrajin yang masih bertahan di Desa Gulang, Kecamatan Mejobo, Kabupaten Kudus, yakni Kamto dan Rudipah.

ILUSTRASI CAPING KALO
ILUSTRASI CAPING KALO - Pentas budaya Caping Kalo lewat seni tari Cahya Nojorono dari Kudus yang dibawa ke Pentas Duta Seni 2024 di Taman Mini Indonesia Indah (TMII) Jakarta, Sabtu - Minggu (11-12/5/2024).

Lantas, apa yang membuat tetap bertahan hingga kini? Bagaimana keberadaannya di era modern?

Warisan Budaya yang Terus Diperjuangkan

Kamto mengisahkan keterampilannya dalam membuat diwariskan dari orang tuanya.

Meskipun proses pembuatannya tidak mudah, ia bertekad terus melestarikan tradisi ini selama masih mampu.

"Saya tahu persis sistem pengerjaan caping ini memang sulit."

"Berhubung saya dikasih wasiat sama orangtua saya agar caping ini tidak punah," ucap Kamto pada Sabtu (9/11/2024) lalu, seperti diberitakan Tribun Jateng.

Pembuatan membutuhkan waktu sekitar satu minggu, bahkan lebih, dan melalui beberapa tahap.

Tahap pertama adalah menganyam bagian atas caping menggunakan anyaman bambu yang telah dipotong tipis seperti benang.