Wall Street Jeblok Pekan Lalu Terseret Rencana Tarif Trump

Wall Street anjlok pada penutupan perdagangan Jumat (31/1), tertekan kabar baru soal kebijakan tarif agresif Presiden AS Donald Trump.

Wall Street Jeblok Pekan Lalu Terseret Rencana Tarif Trump

Bursa saham Amerika Serikat, anjlok pada penutupan perdagangan Jumat (31/1), tertekan kabar baru soal kebijakan tarif agresif Presiden Donald Trump terhadap mitra dagang utama AS yang akan berlaku mulai Sabtu (1/2).

Indeks S&P turun 0,50% dan ditutup di level 6.040,53 dan Dow Jones Industrial Average anjlok 337,47 poin atau 0,75% ke level  44.544,66, sedangkan Nasdaq Composite yang didominasi saham teknologi melemah 0,28% ke 19.627,44.  

Kinerja saham-saham di Amerika Serikat merosot setelah Sekretaris Pers Gedung Putih, Karoline Leavitt, mengumumkan pada Jumat (31/1) sore bahwa kebijakan tarif presiden akan dipublikasikan pada Sabtu (1/2). Trump berencana menaikkan tarif 25% untuk Kanada dan Meksiko serta bea masuk 10% untuk Cina. 

Sebelum muncul kabar itu, indeks blue-chip Dow sempat naik lebih dari 170 poin pada titik tertingginya atau all time high (ATH) hari itu. Adapun saham yang paling terdampak kebijakan tersebut, antara lain Constellation Brands, produsen bir Corona, dan jaringan restoran Meksiko Chipotle yang masing-masing turun hampir 2% dan 1% setelah pengumuman tersebut. 

Pakar Strategi Investasi Senior di U.S. Bank Asset Management Group, Tom Hainlin mengatakan, situasi ini mirip dengan yang terjadi sebelumnya, terutama dengan DeepSeek. Menurutnya, berita tentang tarif langsung memicu aksi jual di pasar. 

Hainlin menyampaikan, belum ada kejelasan mengenai besaran tarif, apakah bersifat sementara atau permanen, serta bagaimana reaksi dari Kanada, Meksiko, atau Cina. 

“Perspektif kami adalah kami akan menunggu dan mencari tahu kapan kebijakan yang sebenarnya diterapkan,” kata Hainlin, dikutip CNBC, Senin (3/2). 

Kinerja saham Apple yang berada di atas ekspektasi tak cukup menangkal dampak buruk kebijakan tarif. Selain itu, data penjualan iPhone yang mengecewakan dan pendapatan dari layanan yang lemah  justru menjadi sorotan. Saham Apple tetap melemah 0,7% pada akhir sesi.

Saham Chevron dan Exxon Mobil masing-masing anjlok 4,6% dan 2,5% gara-gara laporan kinerja kuartal keempat kurang memuaskan.  

Pergerakan pasar ketiga indeks utama berfluktuatif pada Jumat (31/1) kemarin. Sepanjang minggu lalu, sektor teknologi menjadi perhatian utama investor, terutama setelah aksi jual besar-besaran pada Senin yang dipicu oleh perkembangan dari startup kecerdasan buatan DeepSeek di Cina, serta laporan keuangan dari perusahaan-perusahaan besar.

CEO Infrastructure Capital Advisors Jay Hatfield menilai, aksi jual besar-besaran di pasar terlalu berlebihan dan euforia terhadap DeepSeek mulai mereda. Ia optimistis tren tersebut bakal terus berkurang, terutama laporan keuangan dari Amazon dan Google yang dijadwalkan minggu depan, serta Nvidia setelahnya.  

“Biasanya, akan lebih baik untuk mengambil posisi beli selama laporan keuangan, jadi kami akan terus bullish hingga Februari,” ujarnya.

Nasdaq Composite mencatat penurunan mingguan hingga 1,6%, S&P 500 turun 1%, sedangkan  indeks Dow yang berisi saham-saham blue-chip justru naik 0,3%. Saham Nvidia, yang jatuh hampir 17% pada awal pekan, mencatat kerugian mingguan sekitar 16%.  

Hatfield mencatat bahwa Jumat menjadi hari terakhir perdagangan di Januari yang penuh gejolak bagi para investor. Meski demikian, ketiga indeks utama tetap naik secara bulanan.  S&P 500 naik 2,7%, Nasdaq bertambah 1,6%, dan Dow melonjak 4,7%.

Amerika Serikat pada pekan lalu juga merilis data inflasi Desember yang naik 0,3% secara bulanan dan 2,6% secara tahunan. Data inflasi menjadi acuan bagi bank sentral, Amerika Serikat menaikkan suku bunga. 

Meskipun data inflasi tahunan sesuai dengan perkiraan ekonom, kenaikannya yang lebih tinggi dibandingkan bulan lalu menimbulkan kekhawatiran bagi investor. Adapun data inflasi AS yang tidak mencakup harga makanan dan energi naik 0,2% secara bulanan dan 2,8% secara tahunan.