Aguan-Salim Alokasikan Rp2,29 Triliun dari IPO untuk Akuisisi Perusahaan MICE
PT Bangun Kosambi Sukses Tbk (CBDK) resmi mengambil alih saham atau mengakuisisi PT Industri Pameran Nusantara (IPN).
Anak usaha PT Pantai Indah Kapuk Dua Tbk (PANI), yakni PT Bangun Kosambi Sukses Tbk (CBDK) resmi mengambil alih saham atau mengakuisisi PT Industri Pameran Nusantara (IPN) menggunakan dana yang diraup dari hasil initial public offering (IPO) pada Senin (13/1).
Emiten kongsi Aguan-Salim mengakuisisi PT IPN dengan menyertakan ekuitas dalam bentuk 135.035.675 saham baru seri B yang akan diterbitkan oleh PT IPN. Saham ini mewakili 99,9926% dari total modal yang ditempatkan dan disetor penuh setelah peningkatan modal disetor PT IPN.
Manajemen Bangun Kosambi Sukses mengungkapkan bahwa total nilai transaksi mencapai Rp 2,29 triliun.
“Tanggal Transaksi yang dimaksud adalah 16 Januari 2025,” tulis manajemen dalam keterbukaan informasi BEI, Senin (20/1).
Manajemen CBDK menggatakan bahwa saat ini perusahaan tengah menjalankan usaha di bidang real estat dan aktivitas perusahaan holding. Akuisisi ini diharapkan membawa dampak positif bagi pengembangan CBD PIK 2, sekaligus meningkatkan nilai bagi para pemegang saham dan pemangku kepentingan.
Perseroan memutuskan untuk menyertakan modal di PT IPN karena perusahaan ini telah memulai pembangunan Proyek MICE dan didirikan khusus untuk fokus pada pengembangan bisnis meetings, incentives, conferences, dan exhibitions (MICE).
Dana yang diperoleh dari penerbitan saham baru akan digunakan oleh PT IPN untuk membiayai pembangunan gedung yang akan digunakan untuk Proyek MICE.
“Proyek ini diharapkan menjadi salah satu fasilitas yang mendukung pengembangan CBD PIK2 dalam jangka panjang,” ujarnya.
Setelah mempertimbangkan aksi korporasi tersebut, CBDK yakin bahwa transaksi dengan pihak terafiliasi akan memungkinkan pelaksanaan yang lebih efisien dan menawarkan harga yang lebih kompetitif dibandingkan jika dilakukan dengan pihak lain yang tidak terafiliasi.
Rencana Usai IPO
Emiten kongsi Agung Sedayu dan Salim Group, PT Bangun Kosambi Sukses Tbk (CBDK) resmi mencatatkan saham perdana di Bursa Efek Indonesia (BEI), Senin (13/1) llau.
Perusahaan menjadi emiten keenam yang melantai di bursa pada Januari 2025. Pada debut perdananya, saham CBDK dibuka menyentuh batas tertinggi atau auto reject atas (ARA) 25% ke level Rp 5.075 per lembar. Volume saham yang diperdagangkan tercatat 48,60 ribu dengan nilai transaksinya Rp 264,64 juta.
Bangun Kosambi Sukses mematok harga penawaran saham perdan sebesar Rp 4.060. Harga IPO calon emiten berkode saham CBDK ini ditetapkan merupakan harga batas atas dari harga bookbuilding di Rp 3.000–4.060.
Berdasarkan informasi di laman e-initial public offering, CBDK akan melepas 566,89 juta saham atau 10% dari modal disetor dan ditempatkan usai IPO. IPO CBDK ini sekaligus menjadi jalan bagi kongsi konglomerat Sugianto Kusuma atau dikenal Aguan dan Salim Group melebarkan sayap bisnis di BEI.
Melalui IPO, CBDK meraup dana segar sebesar Rp 2,3 triliun. Adapun penjamin pelaksana efek perusahaan yakni PT Trimegah Sekuritas Indonesia Tbk
Presiden Direktur Bangun Kosambi Sukses, Steven Kusumo, mengatakan perusahaan oversubscribed sekitar 344,28 kali, dengan sekitar 168.874 investor yang berpartisipasi dalam penawaran saham CBDK. Ia menyatakan bahwa tujuan utama dari IPO CBDK adalah menghimpun dana dari masyarakat guna mempercepat pengembangan CBD PIK2.
Hasil dari IPO CBDK akan digunakan untuk penyertaan modal kepada afiliasi, yaitu PT Industri Pameran Nusantara (IPN). Dana ini akan digunakan untuk membiayai proyek pembangunan gedung MICE.
Merujuk prospektus, jika dana tersisa setelah proyek MICE selesai, akan digunakan untuk biaya promosi, operasional, dan kebutuhan lain yang menunjang keberlangsungan usaha MICE.
Selain itu, perusahaan juga merencanakan kebijakan pembagian dividen hingga 40% dari laba bersih mulai tahun buku 2024, bergantung pada persetujuan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) dan kondisi keuangan perusahaan.
Setelah IPO, bangun Kosambi berencana membagikan dividen tunai dengan rasio hingga 40% dari saldo laba positif, mulai tahun buku 2024.