Dua Studi Baru Tunjukkan Target Iklim Paris Jaga Suhu 1,5C Sudah Terlewati
Kedua laporan tersebut menekankan, aksi iklim yang cepat dan kuat masih dapat mengurangi kemungkinan pelanggaran terhadap tujuan Perjanjian Paris dalam beberapa tahun dan dekade mendatang.
![Dua Studi Baru Tunjukkan Target Iklim Paris Jaga Suhu 1,5C Sudah Terlewati](https://cdn1.katadata.co.id/media/images/thumb/2023/11/09/Suhu_terpanas_di_Jakarta-2023_11_09-18_40_34_c12ef960962c772476005e52cb166d6e_960x640_thumb.jpg)
Sebagian wilayah di Amerika Serikat (AS) sedang bergulat dengan cuaca yang sangat dingin. Namun, bagi planet ini secara keseluruhan, rekor panas sedang dilenyapkan. Dua studi baru menyimpulkan hal ini merupakan sinyal bahwa planet ini kemungkinan besar akan melanggar target kesepakatan iklim Paris untuk membatasi pemanasan global hingga 1,5 derajat Celcius.
Kedua studi yang diterbitkan di jurnal Nature Climate Change, pada Senin (10/2), merupakan bukti terbaru bahwa dunia gagal mengatasi krisis iklim. Kedua studi ini muncul hanya beberapa minggu setelah peringatan yang lebih keras dari ilmuwan iklim terkenal James Hansen, yang mengatakan planet ini akan melampaui 2 derajat pemanasan global dalam dua dekade mendatang.
sangat simbolis. Pada 2015, hampir semua negara di dunia sepakat untuk menjaga pemanasan global di bawah 2 derajat di atas periode praindustri. Perjanjian Paris berambisi untuk membatasi pemanasan hingga 1,5 derajat Celcius.
Para ilmuwan mengatakan panas yang semakin ekstrem, kekeringan, banjir, dan kebakaran akan menjadi sulit untuk diadaptasi oleh manusia dan ekosistem. Pada suhu 2 derajat, jutaan nyawa akan terancam dan bahaya meningkat secara signifikan karena memicu titik kritis, seperti mencairnya lapisan es dan matinya terumbu karang dunia.
Sejak tahun 2015, batasan 1,5 derajat Celcius menjadi identik dengan upaya mencegah perubahan iklim yang lebih dahsyat. Namun, suhu global terus meningkat. Tahun lalu adalah tahun kalender pertama yang menembus 1,5 derajat.
Target Perjanjian Paris mengacu pada rata-rata selama sekitar dua dekade, bukan hanya dalam satu bulan atau tahun. Hal ini berarti pelanggaran perjanjian hanya dapat dipastikan di kemudian hari, ketika semuanya sudah terlambat.
Jadi, para ilmuwan di balik dua studi baru ini mencoba untuk menentukan apakah dunia sudah berada dalam periode jangka panjang pertama pemanasan 1,5 derajat. Temuan mereka membawa kabar buruk.
Studi yang dilakukan oleh Alex Cannon, seorang ilmuwan peneliti di Lingkungan dan Perubahan Iklim Kanada, menemukan ada kemungkinan 60% hingga 80% ambang batas Paris telah terlampaui. Hal ini berdasarkan data dalam 12 bulan berturut-turut suhu bumi telah mencapai 1,5 derajat.
Jika dunia mengalami suhu di atas batas 1,5 derajat Celcius selama 18 bulan berturut-turut, hampir dapat dipastikan Perjanjian Paris telah dilanggar.
Anomali Kenaikan Suhu Global (Databoks)
Studi lainnya, yang dipimpin oleh Emanuele Bevacqua, seorang ilmuwan iklim di Helmholtz Center di Jerman, menggunakan data iklim dunia nyata dan pemodelan iklim. Dengan melihat tren pemanasan historis, mereka menemukan tahun pertama yang menembus ambang batas suhu juga terjadi pada periode 20 tahun pertama ketika suhu rata-rata mencapai ambang batas yang sama.
Laporan tersebut menyimpulkan, jika tren ini terus berlanjut, hampir dapat dipastikan tahun 2024 akan berada dalam periode 20 tahun pertama pemanasan 1,5 derajat Celcius.
Kedua laporan tersebut menekankan, aksi iklim yang cepat dan kuat masih dapat mengurangi kemungkinan pelanggaran terhadap tujuan Perjanjian Paris dalam beberapa tahun dan dekade mendatang.
“Untuk semua maksud dan tujuan, melanggar ambang batas 1,5 derajat adalah hal yang pasti,” kata Richard Allen, seorang profesor ilmu iklim di University of Reading, yang tidak terlibat dalam penelitian ini, seperti dikutip CNN.
Ia mengatakan dunia perlu melipatgandakan upaya untuk menghindari ambang batas 2 derajat Celcius yang lebih berbahaya dengan memotong emisi gas rumah kaca secara cepat dan masif.
Pemanasan Global Melaju Lebih Cepat
Namun, bagi sebagian orang, upaya tersebut sudah terlambat. Ilmuwan iklim James Hansen, yang merupakan salah satu orang pertama yang memperingatkan dunia secara terbuka tentang perubahan iklim, mengatakan tahun lalu bahwa target 1,5 derajat Celcius itu sangat berat.
Bulan ini ia ikut menulis makalah yang menyimpulkan pemanasan global melaju lebih cepat dari yang diperkirakan, sebagian besar disebabkan oleh peraturan untuk mengurangi polusi pelayaran. Meskipun polusi ini membahayakan kesehatan manusia, polusi ini juga memiliki efek memantulkan sinar matahari menjauh dari Bumi.
Akibatnya, pemanasan global kemungkinan akan melebihi 2 derajat dalam beberapa dekade ke depan dengan konsekuensi yang menghancurkan, termasuk mencairnya lapisan es dan naiknya permukaan air laut.
Meskipun banyak ilmuwan mengatakan tingkat pemanasan ini dapat dihindari dengan pengurangan emisi yang cepat dan segera, peluang untuk melakukan hal ini tampaknya semakin kecil. Pasalnya, aksi iklim internasional semakin melemah.
Salah satu tindakan pertama Presiden adalah menarik AS keluar dari perjanjian iklim Paris dan sekarang negara-negara lain, termasuk Argentina dan Indonesia, dilaporkan sedang mempertimbangkan untuk menarik diri.
"Tidak diragukan lagi, studi baru ini merupakan berita buruk," kata Daniela Schmidt, Profesor Ilmu Bumi di University of Bristol. Namun, ia memperingatkan agar tidak terpaku pada angka 1,5 derajat Celcius. Hal ini memiliki risiko nyata untuk mengurangi tindakan nyata dalam penanganan iklim.
Kurangnya ambisi akan membuat dunia tetap berada pada lintasan pemanasan saat ini sekitar 3 derajat Celcius. “Pemanasan seperti itu memiliki konsekuensi yang sangat besar, dan sebagian tidak dapat dipulihkan, bagi alam dan manusia,” ujar Schmidt.