Dunia Diminta Tekan Israel Ijinkan Tim Medis Masuk ke Gaza

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA — Direktur Jenderal Kementerian Kesehatan Palestina di Jalur Gaza, Dr Munir al-Bursh, mendesak agar dunia internasional meningkatkan tekanan terhadap penjajah Israel untuk mengizinkan tim medis memasuki Gaza utara...

Dunia Diminta Tekan Israel Ijinkan Tim Medis Masuk ke Gaza

Tim MER-C tiba di RS Indonesia Gaza Utara pada Jumat (9/8/2024) dan akan bertugas selama 1 bulan.

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA — Direktur Jenderal Kementerian Kesehatan Palestina di Jalur Gaza, Dr Munir al-Bursh, mendesak agar dunia internasional meningkatkan tekanan terhadap penjajah Israel untuk mengizinkan memasuki Gaza utara demi menyelamatkan nyawa penduduk setempat, dilansir dari Palestina Chronicle, Kamis (6/2/2025).

Dalam wawancara dengan Al-Jazeera, al-Bursh menyoroti dampak mematikan akibat penghancuran rumah sakit yang telah menyebabkan kematian puluhan ribu orang. Al-Bursh menjelaskan bahwa penjajah Israel terus menunda ketentuan kemanusiaan yang diuraikan dalam perjanjian gencatan senjata, khususnya masuknya pasokan medis penting, obat-obatan, peralatan, dan generator listrik ke Gaza.

Dia menekankan, keterlambatan dalam memindahkan rumah sakit lapangan dan peralatan medis dari Gaza selatan ke utara memperburuk krisis kesehatan, di mana layanan medis hampir sepenuhnya terhenti. Al-Bursh secara khusus menyerukan masuknya delegasi medis. Dia mencatat bahwa keberadaan tim medis akan sangat penting dalam melakukan operasi khusus yang sangat dibutuhkan selama perang.

Ia menekankan, kehadiran para delegasi medis ke Gaza jauh lebih mendesak daripada mengevakuasi yang terluka mengingat peralatan yang dibutuhkan untuk melakukan operasi penyelamatan nyawa tidak tersedia di wilayah tersebut. Ia juga menjelaskan bahwa banyak dari delegasi ini dapat membantu melatih staf medis setempat dalam melakukan prosedur yang rumit ini, sebuah langkah yang dapat secara signifikan meringankan krisis kesehatan yang sedang berlangsung.

Selain meminta tim medis, al-Bursh menggarisbawahi perlunya jalur yang aman untuk mengevakuasi pasien terluka. Meskipun perjanjian gencatan senjata mengizinkan keluarnya 300 orang yang terluka per hari, hanya sebagian kecil dari mereka yang dapat pergi. Banyak dari mereka yang dievakuasi adalah anak-anak dan bukan korban yang sebenarnya.

Ia menyampaikan bahwa daftar 400 anak di bawah usia enam tahun telah diserahkan untuk dievakuasi tetapi berulang kali ditolak oleh pendudukan Israel, dengan alasan alasan keamanan. Kelambanan ini telah menyebabkan konsekuensi yang memilukan, dengan sedikitnya 100 anak meninggal dalam beberapa bulan terakhir karena penolakan pendudukan untuk mengizinkan evakuasi mereka, meskipun mereka memenuhi syarat untuk menyeberang.

 

Loading...