Erdogan: Genosida Israel Gagal Patahkan Perlawanan Palestina
REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan memuji perlawanan yang diperlihatkan rakyat Palestina di Jalur Gaza. Dia menyebut, meski Israel dengan mencolok melakukan genosida, hal itu tak mematahkan tekad...
Warga Palestina merayakan pengumuman kesepakatan gencatan senjata antara Hamas dan Israel di Deir al-Balah, Jalur Gaza tengah, Rabu, 15 Januari 2025.
REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Presiden Turki Recep Tayyip memuji perlawanan yang diperlihatkan rakyat di Jalur Gaza. Dia menyebut, meski Israel dengan mencolok melakukan genosida, hal itu tak mematahkan tekad perlawanan rakyat Palestina.
"Meskipun terjadi genosida dan pembantaian selama 467 hari, Israel telah gagal untuk mematahkan keinginan perlawanan saudara-saudari kita di Gaza," kata Erdogan, Sabtu (18/1/2025), dikutip laman kantor berita Turki, Anadolu Agency.
Erdogan pun mengomentari kesepakatan gencatan senjata yang telah dicapai Israel dan Hamas. Dia mengingatkan bahwa Israel dan perdana menterinya saat ini, Benjamin Netanyahu, memiliki sejarah melanggar kesepakatan gencatan senjata.
Erdogan mengatakan, tindakan pelanggaran tersebut tak boleh dibiarkan terjadi dalam kesepakatan gencatan senjata di Gaza. "Israel, khususnya Netanyahu, memiliki catatan pelanggaran gencatan senjata yang signifikan, ini seharusnya tidak dibiarkan kali ini (di Gaza)," ujar Erdogan.
Erdogan kemudian menegaskan kembali komitmen Turki untuk meminta pertanggungjawaban para pelaku kejahatan perang di Palestina. "Upaya kami untuk meminta pertanggungjawaban para pelaku perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan satu per satu akan terus meningkat," katanya.
Tercapainya kesepakatan gencata Hamas-Israel diumumkan oleh Qatar pada Rabu (15/1/2025). Qatar berperan sebagai mediator dalam kesepakatan yang dijadwalkan mulai diberlakukan pada Ahad (19/1/2025) tersebut.
Agresi Israel ke Jalur yang dimulai pada Oktober 2023 telah menyebabkan lebih dari 45 ribu warga Palestina di sana wafat. Saat ini krisis kemanusiaan masih berlangsung di Gaza karena sebagian besar infrastruktur-infrastruktur vital, seperti rumah, sekolah, dan fasilitas kesehatan, telah hancur terhantam serangan Israel.