Festival keluarga bahas tips finansial hingga Gen Z atasi luka batin

Festival Keluarga Indonesia digelar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) di Mal Kota Kasablanka, Jakarta, menghadirkan ...

Festival keluarga bahas tips finansial hingga Gen Z atasi luka batin
Mengatur keuangan ini menjadi bagian dari merekatkan hubungan yang baik antara suami dan istri saat membina rumah tangganya

Jakarta (ANTARA) - Festival Keluarga Indonesia digelar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) di Mal Kota Kasablanka, Jakarta, menghadirkan bincang santai yang membahas berbagai topik tentang keluarga, mulai tips cerdas pengelolaan finansial hingga cara Gen Z atasi luka batin.

CEO & Lead Financial Trainer QM Financia Ligwina Hananto menyampaikan cerdas finansial menjadi kunci utama mewujudkan keluarga yang maslahat. Menurutnya, peran suami dan istri menjadi hal yang penting dalam mengatur keuangan untuk membina rumah tangga.

"Mengatur keuangan ini menjadi bagian dari merekatkan hubungan yang baik antara suami dan istri saat membina rumah tangganya," kata Ligwina dalam keterangannya di Jakarta, Senin.

Menurutnya, belajar mengatur keuangan dalam keluarga merupakan bentuk ibadah dalam agama Islam. Menurutnya, keluarga yang sukses merupakan keluarga yang pandai mengatur keuangan dan bisa mencukupi kebutuhan rumah tangga.

"Jadi yang sukses itu bukan orang atau keluarga yang uangnya banyak, tapi orang atau suatu keluarga yang merasa cukup," katanya.

Baca juga:

Direktur Departemen Ekonomi dan Keuangan Syariah (DEKS) Bank Indonesia (BI) Rifki Ismail mengatakan penting dalam keluarga untuk cerdas finansial dimulai dari mengatur keuangan.

"Kita perlu menjaga stabilitas keuangan keluarga itu melalui financial planning, harus diatur itu,” katanya.

Menurut dia, ada tiga cara mengatur agar keuangan dapat dikelola dengan baik. Pertama, uang untuk memenuhi kebutuhan sekarang, seperti konsumsi dan kebutuhan sehari-hari.

Kedua, uang untuk antisipasi, seperti sakit, kebutuhan anak, dan belanja. Ketiga, investasi jangka panjang dengan cara menjadikannya sebagai aset fisik, simpan di lembaga keuangan, dan pasar keuangan.

Baca juga: Selain keuangan, ada topik tentang upaya membangun relationship goals atau tujuan ideal yang ingin dicapai pasangan.

Sementara itu psikolog keluarga sekaligus Ketua PBNU Alissa Wahid menyampaikan relationship goals bisa diwujudkan dengan banyak faktor, yakni kesiapan diri tiap individu, kematangan diri, dan kemampuan membina hubungan dengan orang lain, terutama dengan pasangan.

"Sebetulnya kalau diri kita siap dengan diri sendiri, maka kita akan paham karakter diri, pasangan, dan keterampilan untuk mengelola hubungan. Tapi hubungan itu tidak secara otomatis mudah dibangun," kata Alissa.

Alissa menyebut ada tiga segitiga cinta dalam membangun hubungan bersama pasangan dalam perkawinan, yaitu kedekatan emosi, hasrat, dan komitmen.

Baca juga:

"Kalau tiga ini ada satu yang bolong, tidak jadi langgeng karena komitmennya ada, gairah seksualnya tinggi, tapi tidak ada kedekatan emosi itu berarti partner sharing tidak ada bukan pasangan atau sebaliknya," katanya.

Sementara perihal mengatasi luka batin, Praktisi Kesehatan Mental Adjie Santosoputro menegaskan mengurangi ego antargenerasi dalam pola asuh dapat meredam konflik antara orang tua dan anak, juga konflik antargenerasi.

“Untuk meredam konflik antargenerasi, kita perlu mewaspadai ego generasi. Generasi Z sering menganggap berbeda dengan generasi sebelumnya, bahwa generasi tua itu kolot, sementara generasi tua menganggap generasi mereka lebih kuat dan lebih hebat," katanya.

Ia menegaskan selama ego antargenerasi itu terus berlanjut maka keakraban dalam pola asuh akan sulit terbentuk, sehingga penting bagi orang tua dan anak keluar dari ego antargenerasi.

Adjie juga menjelaskan kecenderungan orang tua yang menerapkan pola pengasuhan masa kecilnya yang tidak sesuai dengan zaman anak-anaknya yang sudah berubah.

Baca juga:

Pewarta: Asep Firmansyah
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2025