Harga Saham Bank Mandiri (BMRI) Melorot 15% Ytd, Simak Rekomendasi dari Analis
Saham emiten pelat merah PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) bergerak fluktuatif sejak awal tahun. Meski sempat mengalami penguatan pada pekan terakhir Januari, sejak awal tahun saham melorot 15, 56%
![Harga Saham Bank Mandiri (BMRI) Melorot 15% Ytd, Simak Rekomendasi dari Analis](https://cdn1.katadata.co.id/media/images/thumb/2024/09/28/Gedung_Bank_Mandiri-2024_09_28-20_46_29_abd3f7b21693b92f7acd820f5f0869eb_960x640_thumb.jpg)
Saham emiten perbankan pelat merah PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) bergerak fluktuatif sejak awal tahun. Meski sempat mengalami penguatan pada pekan terakhir Januari, sejak awal tahun atau year to date (ytd) saham BMRI telah turun 15,56%.
Pada perdagangan Rabu (12/2) saham BMRI ditutup pada harga Rp 4.940 melorot dari Rp 5.850 pada penutupan perdagangan Selasa (2/1). Dalam sepekan terakhir harga saham bank pelat merah itu turun 8,94%.
Titik balik mulai terlihat setelah saham BMRI ditutup di zona hijau pada perdagangan hari ini. Bursa Efek Indonesia mencatat kapitalisasi Bank Mandiri per hari ini mencapai Rp 461,07 triliun.
Penurunan harga saham BMRI dalam sebulan terakhir menjadi sorotan lantaran menjadi salah satu yang menentukan laju IHSG. Tak hanya BMRI, saham sejumlah emiten perbankan juga turut rontok dan kembali menunjukkan titik balik hari ini. Hal ini cukup membuat investor terutama pemegang saham BMRI khawatir.
Senior Market Analyst dari Mirae Asset Sekuritas, Nafan Aji Gusta, menjelaskan bahwa gejolaknya harga saham BMRI lebih dipengaruhi oleh faktor global. Hal itu karena perkembangan ekonomi dan politik internasional yang cenderung mengarah pada kebijakan proteksionisme.
Menurut Nafan, kebijakan Trump menyebabkan terjadinya fragmentasi perdagangan antarnegara. “Ini juga kebijakan dari Trump dengan America Trade Policy, ini akan memicu trade war 2.0 ya,” ujar Nafan kepada Katadata.co.id, Rabu (12/2).
Selain itu Nafan menjelaskan bahwa faktor kedua lebih dipengaruhi oleh kondisi makroekonomi Indonesia. Ia menilai pertumbuhan kredit Indonesia masih belum optimal karena dipengaruhi oleh kebijakan suku bunga tinggi yang diterapkan oleh Bank Indonesia.
Nafan menilai situasi makro di dalam negeri juga berkaitan dengan faktor global, seperti fragmentasi perdagangan (trade fragmentation) dan dinamika pertahanan (defense dynamics). Situasi ini menyebabkan ketidakpastian ekonomi politik global.
“Yang menyebabkan terjadi ketidakpastian tentunya membuat The Fed lebih cenderung hati-hati untuk menerapkan kebijakan program moneter seperti itu, ini juga mempengaruhi Bank Indonesia,” kata Nafan.
Tak hanya itu, Nafan mengatakan Bank Indonesia memperhatikan depresiasi Rupiah terhadap Dolar AS hingga aliran dana asing keluar. Menurutnya, diperlukan kebijakan makroekonomi dan makroprudensial demi mengurangi tekanan dari capital outflow.
Prospek Saham BMRI
Sebelumnya, penurunan harga saham BMRI secara drastis disebut-sebut berkaitan dengan pembentukan Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara atau BPI Danantara yang sudah direstui Dewan Perwakilan Rakyat lewat revisi UU BUMN. Pada tahap awal terdapat 7 BUMN yang disebut bakal melebur dalam Danantara dan salah satunya adalah Bank Mandiri.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, bahkan mengatakan bahwa Presiden Prabowo Subianto telah meminta Bank Mandiri bersiap menjadi bank pemerintah yang akan turut mendanai proyek hilirisasi. Merujuk draft RUU BUMN, Danantara nantinya akan mendapat alokasi modal senilai Rp 1.000 triliun. Angka ini berdasarkan modal konsolidasi BUMN tahun buku 2023 yakni Rp 1.135 triliun.
“Jadi ini saya kasih bocoran kepada investor, segera bangun pabrik, tapi jangan lupa ketemu sama Menteri ESDM dulu, sebelum kepada dirut banknya (Bank Mandiri),” ucap Bahlil di Mandiri Investment Forum 2025 (MIF), Jakarta, Selasa (11/2).
Nafan tidak berkomentar soal faktor Danantara di balik merosotnya saham BMRI. Dia lebih banyak membahas bahwa penurunan harga saham BMRI lebih banyak terimbas sentimen global seperti yang juga terjadi pada saham perbankan lainnya. Bahkan menurut Nafan, kinerja BMRI sebetulnya cukup solid sehingga seharusnya tak berdampak buruk pada harga saham.
“Jadi faktor-faktor inilah yang mempengaruhi daripada sentimen kelemahan kinerja saham BMRI,” tambah Nafan.
Ia pun menilai prospek saham BMRI cukup menjanjikan sebagai pilihan investasi. Ia merekomendasikan untuk akumulasi beli di target harga Rp 4.990. Kemudian target harga kedua adalah di Rp 5.475
Kinerja Bank Mandiri
Sebelumnya Bank Mandiri mencatatkan kinerja keuangan solid sepanjang 2024 dengan membukukan laba bersih sebesar Rp 55,8 triliun. Capaian ini naik 1,3% secara tahunan (year on year/yoy) dibandingkan laba sepanjang 2023 yakni Rp 55,1 triliun.
Merujuk laporan resmi yang dirilis Bank Mandiri dalam corporate snapshot, tingginya laba ini mendorong Return on Equity (ROE) Bank Mandiri mencapai 21,2%. Capaian ROE ini mencerminkan profitabilitas yang kuat di tengah kondisi ekonomi yang dinamis.
Analis Investasi Stocbit, Everson Sugianto mengatakan capaian kinerja Bank Mandiri sepanjang 2025 memberi sinyal positif bagi investor. “Hasil ini in-line dengan ekspektasi, setara 99% estimasi FY24 konsensus,” ujar Everson seperti dikutip, Rabu (12/2).
Bank Mandiri juga melaporkan total aset berdasar tahun buku 2024 mencapai Rp 2.427 triliun yang mengukuhkan posisinya sebagai salah satu bank terbesar di Indonesia. Adapun kredit yang disalurkan sepanjang tahun mencapai Rp 1.670 triliun, dengan rasio kredit bermasalah (Non-Performing Loan/NPL) gross yang turun dari 1,02% pada 2023 menjadi 0,97%, serta NPL net yang sebesar 0,33% per Desember 2024.