Klaster Awan Pembawa Hujan Deras Kembali Mendatangi Jawa Tengah
Peneliti klimatologi BRIN menjelaskan sebab di balik hujan deras setiap hari di Jawa Tengah.
TEMPO.CO, Jakarta - Klaster awan kumulonimbus atau Mesoscale Convective Complex (MCC) telah terdeteksi di Laut Jawa utara Jawa Barat dan Jawa Tengah. Berpotensi membawa lebat disertai angin kencang dan petir di permukaan, klaster-klaster awan itu dapat bergabung karena angin baratan (Monsun Asia) yang kuat.
Selain di utara, ada pula MCC yang terbentuk di laut selatan Jawa Tengah. "Fenomena MCC di laut yang long-lived dan menjalar ke darat dengan cepat inilah proses yang bikin hujan deras tiap hari di Jawa Tengah," kata klimatolog di , Erma Yulihastin, lewat update yang diberikannya lewat akun media sosial pada Jumat siang 24 Januari 2025, yang diizinkannya untuk dikutip.
Dalam penjelasan tambahan yang diberikannya, Erma menyebut kondisi saat ini sedang aktif pembentukan Mesoscale Convective Complex (MCC) di atas lautan. Saat ini juga ada sistem propagasi hujan yang kuat pada Januari-Februari yang membuat hujan dari laut itu masuk ke darat dengan cepat.
Siklus MCC yang sangat lama, minimal enam jam, dan adanya mekanisme cold pool di permukaan (ketinggian kurang dari 0,5 kilometer) membuat awan-awan diilustrasikannya tumbuh agresif. Dengan kondisi itu, MCC di lautan dipastikannya tak akan terbendung masuk ke daratan dan semakin besar.
Di Pulau Jawa, angin baratan berperan mendorongnya terus ke timur. Ini sebabnya, hujan deras terus terjadi di Jawa Tengah dan Jawa Timur belakangan ini.
Hujan intensitas tinggi antara lain berdampak banjir di sejumlah wilayah, termasuk Kabupaten Grobogan. Pembatalan sejumlah perjalanan kereta api karena banjir sudah memasuki hari keempat di wilayah ini karena jalur rel yang tergerus.
Kepala BNPB Letjen TNI Dr. Suharyanto S.Sos., M.M., (baju rompi hijau) saat meninjau lokasi jalur rel kereta api yang terdampak banjir di Desa Papanrejo, Kecamatan Gubug, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah, Kamis, 23 Januari 2025. (BNPB)
"Penerapan pola operasi KA memutar dan pembatalan beberapa perjalanan KA masih diperlukan untuk mengurai kepadatan di lintas pada hari ini, sehingga perjalanan KA secara bertahap akan normal kembali," kata Manajer Humas PT Kereta Api Indonesia Daerah Operasi 4 Semarang, Franoto Wibowo.
Terpisah, Kementerian Pekerjaan Umum, melalui Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pemali Juana, Direktorat Jenderal Sumber Daya Air menyatakan terus menangani titik-titik jebolan tanggul dan banjir di Kabupaten Demak dampak hujan yang sama. Penanganan darurat dilakukan di dua titik jebolan Sungai Tuntang, yakni aliran di Desa Tinanding dan Desa Baturagung.
Kepala BBWS Pemali Juana Fikri Abdurrachman mengatakan, penanganan darurat dilakukan dengan mempertebal dan mempertinggi tanggul. Tujuannya, untuk menutup titik jebolan tanggul Sungai Tuntang. “Setelah tertutup dilanjutkan penguatan dan peninggian tanggul," ujar Fikri dalam keterangan resminya, Kamis, 23 Januari 2025.
Relawan gabungan mengevakuasi warga dengan perahu karet akibat terjebak banjir di Karanganyar, Demak, Jawa Tengah, Jumat, 9 Februari 2024. Hingga Jumat (9/2) dini hari relawan gabungan masih mengevakuasi ratusan warga yang terjebak banjir, sementara BPBD Kabupaten Demak hingga Kamis (8/2) malam mendata 30 desa di tujuh kecamatan terendam banjir sejak Senin (5/2) akibat jebolnya tanggul Sungai Jratun, Sungai Wulan, Sungai Tuntang, dan Sungai Cabean dampak dari hujan deras dari wilayah hulu. ANTARA FOTO/Yusuf Nugroho
Untuk mempercepat penutupan darurat tanggul jebol Sungai Tuntang di Desa Tinanding, BBWS Pemali Juana mengerahkan 3 ekskavator dan material tanah, jumbo bag, glugu, bambu, sesek serta didukung 25 personil tanggap darurat. BBWS Pemali Juana juga didukung 40 personil tanggap darurat.
Intensitas hujan yang tinggi di wilayah Jawa Tengah pada beberapa hari terakhir mengakibatkan debit air Sungai Tuntang terus meningkat. Sungai menjadi tidak mampu menampung air dan tanggul di Desa Tinanding dan Baturagung jebol pada Selasa, 21 Januari 2025, lalu.
Akibat tanggul jebol, banjir merendam 1.006 rumah dan berdampak bagi 4.024 jiwa. Banjir juga merendam 15 fasilitas ibadah, 1 balai desa, 5 sekolah, serta 943 hektare lahan pertanian.
Han Revanda berkontribusi dalam penulisan artikel ini.