LPEM: Makan Bergizi Gratis harus pastikan mengandung protein tinggi
Wakil Direktur Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LPEM FEB ...
Program (MBG) ini akan tetap berjalan, tapi pastikan bahwa pelaksanaan program itu benar-benar bisa mengatasi objektif awalnya, which is eradicating stunting.
Jakarta (ANTARA) - Wakil Direktur Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LPEM FEB UI) Jahen Fachrul Rezki menekankan pentingnya untuk memastikan program Makan Bergizi Gratis (MBG) mengandung protein tinggi guna mencapai target pengurangan tengkes (stunting) secara optimal.
Hal itu merupakan bagian dari laporan bertajuk Sector Overview Report on Navigating Opportunities: Nurturing Dynamic Economic Policies in Indonesia yang dirilis oleh US-ASEAN Business Council (USABC) bekerja sama dengan LPEM UI.
"Program (MBG) ini akan tetap berjalan, tapi pastikan bahwa pelaksanaan program itu benar-benar bisa mengatasi objektif awalnya, which is eradicating stunting," kata Jahen dalam acara Peluncuran USABC Sector Overview Report on Navigating Opportunities: Nurturing Dynamic Economic Policies in Indonesia, di Jakarta, Selasa.Jahen mengungkapkan bahwa meskipun program MBG telah berjalan untuk mengurangi prevalensi stunting, beberapa target menengah terkait intervensi spesifik perlu dioptimalkan.
Dalam laporan tersebut, program MBG harus memastikan kandungan protein dalam makanan yang diberikan, terutama dari sumber hewani.
Penggunaan Pangan Olahan Berkebutuhan Medis Khusus (PKMK) atau Food for Special Medical Purposes (FSMP) diperlukan untuk anak-anak stunting.
Laporan Sector Overview Report on “Navigating Opportunities: Nurturing Dynamic Economic Policies in Indonesia” memberikan empat rekomendasi utama untuk memastikan efektivitas program MBG.
Pertama, Program MBG harus memberikan makanan dengan rasio protein tinggi, khususnya dari sumber hewani. Ini mencakup pengobatan berbasis protein untuk anak-anak stunting di bawah kategori PKMK atau FSMP.
Kedua, Program ini perlu menyasar anak balita hingga usia 10 tahun serta ibu hamil. Setelah masalah mendasar terkait stunting diatasi, cakupan program dapat diperluas untuk kelompok lain.
Ketiga, Pemerintah harus mengembangkan mekanisme yang jelas untuk melibatkan sektor swasta dalam mendukung pembiayaan, rantai pasok, dan pelaksanaan program MBG.
"Mekanisme dari partisipasi swasta dan juga sektor lainnya karena kita tahu tadi pemerintah kan akan punya keterbatasan in terms of financing, supply chain dan sebagainya. Jadi harusnya pemerintah juga berkolaborasi dengan semua pihak agar program ini bisa berjalan secara maksimal," katanya pula.
Keempat, mekanisme pemantauan dan evaluasi diperlukan untuk memastikan bahwa program berjalan sesuai dengan tujuan awalnya, yaitu memberantas stunting.
Adapun sebagai upaya lain pemenuhan gizi masyarakat, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengupayakan penerapan nutri-grade atau klasifikasi pangan dan minuman berdasarkan kandungan gula dan lemak jenuh, agar publik dapat lebih cerdas dalam memilih makanan bergizi untuk dikonsumsi.
Direktur Jenderal Kesehatan Primer dan Komunitas Kemenkes Maria Endang Sumiwi, di Jakarta, Selasa, mengatakan saat ini pihaknya masih mengadakan dialog bersama para penyedia produk makanan dan minuman untuk menentukan sistematika penerapannya.
Namun sementara belum ada kebijakan itu, pihaknya berupaya memperluas edukasi publik tentang pemilihan makanan yang sehat.
Maria mencontohkan praktik terbaik dalam pemberian makanan bergizi dengan pangan lokal oleh Ketua Tim Penggerak Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (TP PKK) Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HTS), Kalimantan Selatan (Kalsel), Cheri Bayuni Budjang, perlu direplikasi di daerah lain.
Baca juga:
Baca juga:
Pewarta: Bayu Saputra
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2025