Makin Turun, Target Bauran Energi Baru Terbarukan Capai 16% pada 2025
Wakil Menteri ESDM, Yuliot Tanjung, mengatakan target bauran energi baru terbarukan (EBT) sebesar 16 persen pada 2025.
Wakil Menteri ESDM, Yuliot Tanjung, mengatakan target bauran (EBT) sebesar 16 persen pada 2025. Target tersebut turun dari sebelumnya mencapai 17-19 persen.
Target bauran EBT bahkan sempat ditetapkan mencapai 23 persen pada 2025, yang sebelumnya ditetapkan oleh Dewan Energi Nasional.
Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, Yuliot Tanjung, mengatakan bauran ebt akan terus meningkat menjadi 74 persen 2060. Pada 2044, porsi EBT ditargetkan mencapai 52 persen atau lebih besar dari bauran energi fosil.
Dia mengatakan emisi karbon diproyeksikan terus menurun sampai dengan 0 emisi pada 2060. “Jika dibandingkan dengan baseline akan turun signifikan mencapai 2 miliar ton pada 2060,” katanya saat Rapat Kerja dengan Komisi XII terkait rencana umum ketenagalistrikan nasional (RUKN) hingga 2060, di Jakarta, Kamis (23/1).
Menurut Yuliot, super grid akan menjadi langkah strategis kembangkan EBT. Super grid akan menghubungkan antara pusat energi baru terbarukan, dengan pusat konsumsi listrik yang saat ini seringkali tidak sama.
"Selain itu, akan dibangun juga interkoneksi antara Sumatera - Jawa, dan Kalimantan - Sulawesi," ujarnya.
Butuh Investasi US$ 1,1 Triliun
Yuliot mengatakan dibutuhkan nilai investasi sebesar US$ 1,1 triliun atau Rp16.260 triliun untuk merealisasikan rencana umum ketenagalistrikan nasional (RUKN) hingga 2060. Jumlah ini terdiri dari dua jenis kebutuhan.
“Untuk memenuhi kebutuhan listrik sekitar US$ 1 triliun dan untuk transmisi mencapai US$ 104 miliar,” kata Yuliot.
Total investasi ini terdiri atas berbagai jenis pembangkit. Mulai dari batu bara, gas, diesel, panas bumi, bioenergi, air, bayu, surya, nuklir, ocean, pump storage, energy storage system (ESS), amonia, dan hidrogen.
RUKN sebelumnya telah ditetapkan melalui Keputusan Menteri ESDM No 314.K/TL.01/MEM.L/2024 pada 29 November 2024. Yuliot menyebut dari total US$ 1,1 triliun, proyeksi besaran kebutuhan investasi untuk RUKN mencapai US$ 30 miliar atau Rp487,8 triliun per tahunnya.
RUKN sebelumnya disusun untuk periode 2019-2038. Namun, Yuliot mengatakan perlu penyesuaian RUKN dengan mempertimbangkan target-target pemerintah. Diantaranya target pertumbuhan ekonomi nasional dan target bauran energi pembangkit tenaga listrik.
Dia menyebut, pemerintah lalu menyusun dan menetapkan RUKN 2025-2060 yang merupakan pemutakhiran dari RUKN 2019-2038.
“RUKN memuat Kebijakan Keterangan Listrik Nasional, Kondisi Penyediaan Keterangan Listrik Nasional, Proyeksi Kebutuhan dan Penyesuaian Tenaga Listrik Nasional sampai 2060, dan Rencana Pengembangan Sistem Penyediaan Tenaga Listrik Nasional,” ujarnya.