Mengenal Perayaan Jeongwol Daeboreum Bulan Purnama Pertama di Korea
Setiap lima belas hari setelah tahun baru Lunar, masyarakat Korea menggelar perayaan Jeongwol Daeboreum
![Mengenal Perayaan Jeongwol Daeboreum Bulan Purnama Pertama di Korea](https://statik.tempo.co/data/2025/02/13/id_1377240/1377240_720.jpg)
TEMPO.CO, Jakarta - Setiap lima belas hari setelah tahun baru Lunar, masyarakat Korea menggelar perayaan . Secara harafiah berarti bulan purnama pertama. Tahun ini perayaan tradisional terbesar kedua di Korea itu jatuh pada Rabu, 12 Februari 2025.
Perayaan ini berkaitan dengan aktivitas bercocok tanam yang dilakukan masyakarat Korea kuno. Setelah panen pada musim gugur sekitar bulan September hingga November, selama musim dingin mereka beristirahat. Memasuki musim semi, cuaca mulai hangat ditandai dengan munculnya yang besar pertama kali setelah tahun baru Lunar. Ini tandanya masyarakat mulai bersiap untuk menanam kembali.
Meski musim dingin di lebih panjang dan kini masyarakat yang bercocok tanam tak banyak, Jeongwol Daeboreum tetap dirayakan untuk mempertahankan tradisi dan memperuat silaturahmi. Setiap daerah di Korea memiliki tradisi yang berbeda untuk merayakannya, tapi pada umumnya mereka menyantap makanan khas, membuat permohonan panen yang baik dan melakukan permainan.
Makanan khas saat Jeongwol Daeboreum
Biasanya saat Jeongwol Daeboreum, orang Korea menyantap ogokbap. Nasi dengan campuran lima jenis kacang, yaitu kacang merah, kacang hitam, kedelai, gandum, dan millet. "Makanan ini dipercaya membawa keberuntungan setiap tahun," kata Kayla, staf Korean Cultural Center Indonesia atau KCCI, di Jakarta, Rabu 12 Februari 2025.
Kalau menyantapnya bersama tiga keluarga lagi, dipercaya semua orang juga akan mendapat keberuntungan. Makanan ini oleh masyarakat Korea kuno dianggap mewah karena hanya dimakan pada kesempatan tertentu saja. Mereka percaya dengan menyantapnya juga memiliki kekuatan untuk menjalani kehidupan setahun ke depan.
Selain ogokbap, makanan lainnya adalah namul, sayuran yang direbus lalu dibumbui dengan minyak wijen. Setiap daerah menggunakan beragam sayuran. Ada yang menggunakan bayam, kecambah, tauge, pakis, tumbuhan paku, lobak, dan masih banya lainnya. Menurut kepercayaan orang Korea, menyantap namul saat Jeongwol Daeboreum, bermanfaat untuk mengusir hawa panas berlebihan saat musim panas. Ditambah dengan ogokbap dapat bermanfaat untuk kesehatan.
Tradisi yang dilakukan saat Jeongwol Daeboreum
Ada pula tradisi-tradisi yang dilakukan saat Jeongwol Daeboreum. Beberapa di antaranya masih dilakukan hingga saat ini. Seperti bureomkkaegi atau tradisi memecahkan kacang, yang dipercaya dapar mengusir hantu dan arwah jahat, mencegah penyakit, membuat gigi kuat dan membuat tubuh sehat sepanjang tahun. Termasuk deowipalgi, menjual panas ke orang lain, dengan mengatakan 'nae deowi sagara'.
Jeongwol Deobaraeum pada dasarnya adalah membuat permohonan untuk kelancaran panen, kesejahteraan, kesehatan, dan kelimpahan rezeki. Di pedesaan warga menjalankan acara adat dengan persembahan sambil berdoa. Namun kini masyarakat membuat permohonan dan menempelkan di daljip, tumpukan jerami dan ranting-ranting pinus. Daljip dibakar saat matahari terbenam, sambil melihat bulan punama dan berdoa.
Tradisi lainnya adalah tarik tambang yang dilakukan seluruh masyarakat antar desa. Konon, kalau desa wilayah timur yang menang, hasil panenya akan berlimpah. Tapi kalau wilayah barat yang menang, sumber daya lautnya yang unggul. Sedangkan permainan yang menarik lainnya adalah jwibuinori. Permainan dilakukan dengan memainkan ember berisi barang yang dibakar diikat kuat dengan talu, lalu diputar sampai membuat cahaya berbentuk lingkaran. Ini berguna untuk mengusir tikus dan hama yang dapat merusak panen, sebelum menanam kembali.
Perayaan berbeda setiap tahun
KCCI menggelar perayaan Jeongwol Deoboreum setiap tahun untuk memperkenalkan tradisi ini kepada masyarakat di Indonesia. Kalau tahun-tahun sebelumnya digelar di mall, tahun ini digelar di kantor KCCI di Jakarta. Kegiatan yang dilakukan pun berbeda-beda setiap tahunnya. "Tahun ini kami menggelar lomba untuk masyarakat yang ingin berpartisipasi," kata Kim Hyun Joo, Project Planning & Management Manager KCCI, kepada Tempo.
Perlombaan yang diadakan adalah mendesan pin dan membuat gambar atau ilustrasi tentang jeongweol daeboreum. Selain itu, para peserta bisa mengikuti kegiatan membuat kaligrafi hangeul dengan ahli kaligrafi dari Korea, bureomkkaegi memecahkan kacang, dan memakai hanbok, pakaian tradisional Korea. Acara ditutup dengan mencicipi ogokbap yang disajikan bersama namul, aneka gorengan dan tentu saja kimchi.