Menjaga Kualitas Makanan Dinilai Lebih Penting dari Hitung Kalori, Mengapa?

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menjaga kualitas yang dikonsumsi dinilai penting dalam menerapkan pola makan penting. Dokter spesialis penyakit dalam dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia-Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr Cipto...

Menjaga Kualitas Makanan Dinilai Lebih Penting dari Hitung Kalori, Mengapa?

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menjaga kualitas yang dikonsumsi dinilai penting dalam menerapkan pola makan penting. Dokter spesialis penyakit dalam dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia-Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr Cipto Mangunkusumo dr Sukamto Koesnoe mengatakan banyak orang masih terfokus pada jumlah kalori.

"Padahal yang lebih penting adalah yang dikonsumsi," kata Dr dr Sukamto Koesnoe, SpPD, K-AI, Spesialis Penyakit Dalam, Konsultan Alergi dan Imunologi Klinik Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI-RSCM, pada Kamis (13/2/2025).

Menurut dia, pola makan seimbang merupakan kunci utama untuk menjaga kesehatan. Hal ini lantaran tubuh membutuhkan yang tepat untuk berfungsi optimal.

"Secara umum dalam sehari seseorang membutuhkan karbohidrat sebanyak 45-65 persen dari total yang dikonsumsi, protein 10-35 persen, dan 20-35 persen," kata dia.

Dokter Sukamto menyarankan beberapa asupan nutrisi dalam pola makan, di antaranya memilih karbohidrat kompleks seperti beras merah atau gandum utuh, protein dengan kombinasi sumber hewani dan nabati, memprioritaskan lemak tak jenuh seperti dalam minyak zaitun, alpukat, dan ikan, serta hindari lemak trans yang ditemukan dalam makanan olahan. "Kebutuhan protein orang dewasa sehat sekitar 0,8 hingga 1 gram per kilogram berat badan per hari. Namun angka ini bisa berbeda pada kondisi tertentu, misalnya saat sakit atau untuk atlet," jelasnya.

Untuk menjaga metabolisme tubuh tetap stabil, Dokter Sukamto juga menyarankan agar seseorang mengatur waktu makan dengan baik, seperti direkomendasikan tiga kali makan utama dengan jarak 4-6 jam. Namun, pola makan tersebut juga sebaiknya disesuaikan dengan kondisi medis tertentu.

"Rekomendasi ini perlu dimodifikasi untuk kondisi medis tertentu. Misalnya, pasien dengan gangguan ginjal perlu membatasi protein, penderita diabetes harus memperhatikan beban glikemik makanan, dan pasien hipertensi perlu membatasi konsumsi garam," jelasnya.

Lebih lanjut, Dokter Sukamto mengingatkan bahwa pola makan sehat tidak berarti harus membatasi diri secara berlebihan. Namun, keseimbangan dan konsistensi menjadi hal yang terpenting. "Pada dasarnya, tidak ada pola makan yang one-size-fits-all. Setiap orang memiliki kebutuhan berbeda berdasarkan kondisi kesehatan, aktivitas fisik, dan faktor lainnya," kata dia.