Nasib Pilu Warga Gaza, Bergegas Pulang ke Rumah, tapi Kampung Halaman Sudah Hancur
Warga Palestina kembali ke rumah mereka di Rafah, Gaza, berharap dapat melanjutkan hidup normal setelah perjanjian gencatan senjata diumumkan.
TRIBUNNEWS.COM - Warga kembali ke rumah mereka di , e.
Mereka berharap dapat melanjutkan hidup normal setelah perjanjian diumumkan.
Sayangnya, mereka justru dihadapkan dengan kenyataan pahit.
Rumah mereka hancur menjadi puing-puing.
Kampung halaman yang dulu mereka kenal kini telah luluh lantak.
Dikutip dari Al Jazeera, berikut ini kisah warga yang bermimpi bisa hidup normal lagi meski harus mulai dari nol.
Kisah Abd al-Sattari
Abd al-Sattari merupakan seorang petani berusia 53 tahun yang tinggal di , , memiliki dua rumah.
Ia bersama keluarganya yang lain mengungsi di tenda.
Setelah sembilan bulan mengungsi akibat serangan pasukan , Abd berharap satu rumah yang selamat dapat menjadi tempat tinggal kembali setelah perang berakhir.
Ketika gencatan senjata diumumkan pada Minggu (19/1/2025) pagi, Abd segera bergegas pulang bersama putra sulungnya, Mohammed, ke dua rumahnya yang selama ini ia harapkan tetap berdiri.
Baca juga:
Pilunya, Abd mendapati bahwa kedua rumahnya – yang berada di daerah Shaboura dan Mirage – hancur menjadi puing-puing.
"Rafah yang kami kenal sudah tidak ada lagi," keluhnya.
"Jalan-jalan tempat kami tumbuh besar, tempat-tempat tempat kami bekerja—sekarang tidak dapat dikenali lagi."
Keluarga Abd yang terdiri dari enam anak, berharap hari itu akan menandai akhir dari penderitaan pengungsian mereka.