Pemerintah Sambut Pengoperasian Fly Jaya, Tapi Belum Beri Izin Operasi
Menteri Perhubungan Dudy Purwagandhi memastikan belum ada berkas pengajuan izin operasi oleh Fly Jaya di mejanya.
Menteri Perhubungan Dudy Purwagandhi mengatakan PT Surya Mataram Nusantara atau Fly Jaya belum memiliki izin operasi. Ia memastikan belum ada berkas pengajuan izin operasi oleh Fly Jaya di mejanya.
Fly Jaya telah memiliki sertifikat standar angkutan udara pada Desember 2024. Maskapai ini telah memiliki izin untuk terbang di dalam negeri, tetapi armada maupun pilot Fly Jaya belum mendapatkan izin operasi berupa Aircraft Operation Certificate.
"Namun hadirnya maskapai baru harus kami sambut dengna baik apapun jenisnya itu. Dengan demikian, kami bisa melayani lebih baik ke masyarakat," kata Dudy di Kantor Kementerian BUMN, Selasa (21/1).
Plt Direktur Jenderal Perhubungan Udara Kemenhub Lukman F Laisa mengatakan, ada lima tahap sebuah maskapai mendapatkan AOC. Lukman menyampaikan Fly Jaya baru memasuki tahap pertama.
Karena itu, Lukman memproyeksikan izin operasi untuk Fly Jaya dapat terbit paling cepat pada awal Juni 2025. Namun Lukman menekankan kecepatan penerbitan AOC akan bergantung pada kecepatan respon Fly aya.
"Penerbitan AOC tergantung aplikan, dalam hal ini adalah Fly Jaya. Kalau respon Fly Jaya bagus, penerbitan AOC bisa cepat," ujarnya.
Lukman mencatat, Fly Jaya baru mendaftarkan dua rute penerbangan, yakni Jakarta-Yogyakarta dan Jakarta-Balikpapan. Maskapai ini rencananya menggunakan Bandara Halim Perdanakusuma di Jakarta dan menggunakan pesawat ATR.
Menteri BUMN Erick Thohir mengatakan, pihaknya menyambut kehadiran Fly Jaya di dalam negeri. Menurutnya, Fly Jaya tidak akan memperketat kompetisi industri maskapai domestik lantaran kebutuhan armada pesawat yang masih tinggi.
Erick mendata, jumlah kebutuhan pesawat di dalam negeri mencapai 750 unit pesawat, sedangkan pesawat yang mengudara baru mencapai 480 unit. Dengan demikian, Erick menilai pasar industri penerbangn udara masih cukup besar untuk diisi.
"Kalau pasar penerbangan domestik dengan pasar penerbangan di Amerika Serikat dan Cina, saya rasa potensi Indonesia luar biasa," ujarnya.
Pada saat yang sama, Erick menekankan maskapai milik negara telah berencana menambah jumlah armada pada tahun ini. Maskapai yang dimaksud adalah PT Garuda Indonesia Tbk, PT Citilink Indonesia, dan PT Pelita Air Service.
Direktur Utama Garuda Indonesia Wamildan Tsani Panjaitan sebelumnya mengatakan, pihaknya akan menambah 20 armada pesawat di tahun 2025. Ia menjelaskan, pengadaan pesawat akan dilakukan secara bertahap mulai Januari dengan kedatangan dua armada pesawat Boeing.
Wildan mengaku kesulitan memperoleh pesawat, baik baru maupun bekas karena ketersediaan di pasar saat ini. Meski begitu, dia mengaku tetap berkomitmen untuk memaksimalkan pemanfaatan pesawat yang diperoleh selama tahun 2025, dengan tetap memperhatikan jenis dan kapasitas armada yang akan digunakan.
Garuda Indonesia juga menekankan pentingnya menambah kapasitas pesawat agar dapat melayani seluruh rute yang telah tersedia, sebagai bagian dari upaya meningkatkan efisiensi operasional.
Peningkatan armada pesawat Garuda Indonesia juga menjadi prioritas utama manajemen untuk mengatasi kekurangan kapasitas, guna meningkatkan kualitas layanan dan daya saing maskapai tersebut di pasar penerbangan global.
"Rute kita itu sudah banyak. Yang kurang pesawatnya. Jadi, inilah kenapa prioritas utama dari saya saat ini dan juga tim kita tambah kapasitas pesawatnya. Harapannya nanti bisa meng-cover semua rute yang ada," tutur Wamildan.
Reporter: Andi M. Arief