Qatar Berharap Otoritas Palestina Kembali Memerintah di Jalur Gaza

Perdana Menteri Qatar berharap Otoritas Palestina kembali memerintah di Jalur Gaza setelah perjanjian gencatan senjata Israel-Hamas.

Qatar Berharap Otoritas Palestina Kembali Memerintah di Jalur Gaza

TRIBUNNEWS.COM - Perdana Menteri dan Menteri Luar Negeri Mohammed bin Abdul Rahman Al Thani berharap Otoritas (PA) akan kembali memerintah Jalur untuk mengatasi permasalahan di sana.

"Kami berharap PA kembali ke . Kami berharap melihat pemerintahan yang benar-benar akan menangani masalah rakyat di sana. Dan masih ada jalan panjang yang harus ditempuh untuk menangani dan kehancurannya," katanya pada pertemuan tahunan Forum Ekonomi Dunia di Swiss, Selasa (21/1/2025).

Al Thani menekankan perjanjian gencatan senjata di Jalur yang dimulai pada 19 Januari 2025 adalah langkah pertama menuju pencapaian stabilitas di wilayah tersebut.

“Kami berharap perjanjian ini akan menjadi awal untuk mengakhiri konflik yang telah berlangsung selama beberapa dekade," katanya.

"Kita harus memastikan setiap langkah perjanjian dilaksanakan dengan itikad baik, dan semua pihak yang berkonflik mematuhi semua ketentuannya," lanjutnya, merujuk pada Hamas dan Israel.

Ia menegaskan dampak serangan Israel di Jalur mulai terlihat jelas dan menekankan tidak ada negara yang dapat mendikte apa pun kepada .

Perdana Menteri juga berharap kesepakatan di Jalur akan menghasilkan gencatan senjata permanen.

“Ada banyak hal baik yang sedang terjadi dan kita harus mengembangkannya," katanya.

Selain itu, ia menekankan ada banyak peluang untuk bekerja sama dengan Presiden AS Donald Trump untuk mencapai stabilitas di Timur Tengah.

“Saya melihat utusan Donald Trump sebagai mitra sejati, dan dia memberikan tekanan pada (Perdana Menteri Israel Benjamin) Netanyahu," katanya.

“Kami ingin mengembalikan kawasan Timur Tengah ke kejayaannya sebelumnya," tambahnya, seperti diberitakan Al Mayadeen.

Baca juga:

Jalur memasuki hari ketiga perjanjian gencatan senjata pada Selasa (21/1/2025), di tengah terus masuknya truk bantuan kemanusiaan ke Jalur .

Sementara proses pengembalian pengungsi ke rumah mereka yang hancur terus berlanjut, dengan kru pertahanan sipil terus melakukan pemulihan jenazah para korban dari bawah reruntuhan.

Otoritas , yang didominasi oleh faksi Fatah yang dibentuk oleh mantan pemimpin Yasser Arafat, menghadapi pertentangan dari faksi saingannya Hamas, yang mengusir PA dari pada tahun 2007 setelah perang singkat.

Jumlah Korban di Jalur

Jumlah kematian warga meningkat menjadi lebih dari 46.916 jiwa dan 110.760 lainnya terluka sejak Sabtu (7/10/2023) hingga Senin (20/1/2025) menurut Kementerian Kesehatan , dan 1.147 kematian di wilayah Israel, dikutip dari Anadolu Agency.

Sebelumnya, Israel mulai menyerang Jalur setelah gerakan perlawanan , Hamas, meluncurkan Operasi Banjir Al-Aqsa pada Sabtu (7/10/2023), untuk melawan pendudukan Israel dan kekerasan di Al-Aqsa sejak pendirian Israel di pada 1948.

Israel mengklaim ada 101 tahanan yang hidup atau tewas dan masih ditahan Hamas di Jalur , setelah pertukaran 105 tahanan dengan 240 tahanan pada akhir November 2023.

(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

Berita lain terkait