Respon cepat itu selamatkan ribuan nyawa dari amukan Gunung Ibu

Ribuan orang  di Kabupaten Halmahera Barat, Maluku Utara, mengawali kehidupan di awal tahun 2025 dengan cobaan ...

Respon cepat itu selamatkan ribuan nyawa dari amukan Gunung Ibu

Jakarta (ANTARA) - Ribuan orang di Kabupaten Halmahera Barat, Maluku Utara, mengawali kehidupan di awal tahun 2025 dengan cobaan yang berat. Mereka harus diungsikan dari desanya akibat meletusnya Gunung Ibu, belum lama setelah warga setempat memunajatkan doa syukur dalam acara perayaan pergantian tahun.

Keputusan untuk mengevakuasi warga diambil segera oleh Pemerintah Kabupaten Halmahera Barat dan Komando Distrik Militer 1501/ Ternate kurang dari lima jam setelah menerima rekomendasi atas peningkatan aktivitas vulkanis Gunung Ibu dari Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) – Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) pada 15 Januari.

Gunung Ibu merupakan gunung api bertipe strato dan memiliki tinggi puncak 1.340 meter di atas permukaan laut dan berada dalam wilayah administrasi Kecamatan Ibu, Kabupaten Halmahera Barat, Maluku Utara.

Status aktivitas Gunung Ibu ditingkatkan menjadi Awas (Level IV), 15 Januari siang. Kenaikan status dari sebelumnya berada pada Level III Siaga tersebut dilakukan setelah tim Badan Geologi mendeteksi adanya lonjakan aktivitas vulkanis Gunung Ibu yang signifikan pada periode 1-14 Januari.

Petugas Pos pengamatan Gunung Ibu di Desa Gam Ici, Halmahera Barat, mencatat pada periode Januari 2025 ketinggian kolom erupsi cenderung fluktuatif dan teramati gejala peningkatan tinggi kolom erupsi menjadi maksimal 4 kilometer dari atas puncak, dengan kejadian erupsi mencapai rata-rata 70 kejadian per hari.

Dalam rentang waktu tersebut dilaporkan pula ada sebanyak 748 kali gempa letusan, 70 kali gempa guguran, 1.643 gempa hembusan, 6.976 kali gempa vulkanik dangkal, 346 kali gempa vulkanik dalam, 60 kali gempa tektonik lokal dengan amplitudo dominan 3 milimeter.

Badan Geologi dalam rekomendasinya mengimbau masyarakat di sekitar Gunung Ibu maupun wisatawan agar tidak beraktivitas di dalam radius 5 kilometer dan perluasan sektoral berjarak 6 kilometer ke arah bukaan kawah di bagian utara dari kawah aktif Gunung Ibu.

Untuk memaksimalkan upaya kedaruratan yang direkomendasikan maka Pemerintah Kabupaten Halmahera Barat menetapkan status tanggap darurat selama 14 hari yang mulai berlaku efektif pada 15 Januari 2025. Atau masa tanggap darurat ini dapat diperpanjang mengikuti hasil analisa yang dilakukan para tim ahli vulkanologi.

Dengan ditetapkanya status tanggap darurat itu maka sejumlah kendaraan truk taktis milik TNI-Polri di Pulau Halmahera, Maluku Utara dikerahkan untuk mengangkut 2.000-3.000 orang dari enam desa dalam wilayah administrasi di Kecamatan Tabaru; Desa Sangaji Nyeku, Sosangaji, Tuguis, Togoreba Sungi, Borona dan Todoke.

Proses evakuasi ini dilakukan secara bertahap mengikuti rekomendasi yang diterima, tetapi sampai dengan Minggu (19/1) sudah sebanyak 664 orang yang dipindahkan dan selebihnya melakukan evakuasi secara mandiri dalam pengawalan tim petugas gabungan di bawah komando Dandim 1501/Ternate untuk menempati pengungsian yang sudah disiapkan pemerintah.

Evakuasi ini dilakukan sebagai respons cepat pemerintah supaya warga selamat dari dampak bahaya lontaran material erupsi Gunung Ibu berupa abu vulkanis, bebatuan kerikil - lava pijar yang aktivitasnya masih fluktuatif setidaknya sampai dengan 20 Januari telah terjadi lebih dari enam kali letusan.

Merujuk data yang dikeluarkan Pos Komando Penanganan Darurat Erupsi Gunung Ibu para warga tersebut dievakuasi ke pengungsian yang tersebar di enam lokasi yang dipastikan aman dari jangkauan lontaran material vulkanis dan sudah dilengkapi fasilitas pengungsian seperti kasur, selimut, hingga dapur umum dengan pasokan logistik yang proporsional selama masa tanggap darurat.

Posko pengungsian ini menempati Kantor Desa Tongute Sungi, Gereja Tongute Sungi, dan Gereja Akesibu, Gedung fasilitas pendidikan SMK Akesibu, dan SD Akesibu, hingga gedung SD Inpres Tongute Goin di Kecamatan Ibu, Halmahera Barat atau berada pada sisi barat bukaan kawah Gunung Ibu.

Direktur Bidang Sistem dan Strategi BNPB Raditya Jati mengungkapkan bahwa peta jalan pelaksanaan tanggap darurat yang dilakukan terhadap warga yang bermukim di kaki Gunung Ibu ini sudah disiapkan setidaknya sejak pertengahan tahun 2024, dimana saat itu gunung bertatus Waspada (Level II) terus kemudian dinaikan menjadi Siaga (Level III).

Pemindahan warga sejak dini atau beberapa saat setelah status gunung api ditingkatkan juga dilakukan sebagai refleksi dari beberapa pengalaman penanganan dua peristiwa kebencanaan serupa di Indonesia tahun lalu.

Belum hilang dalam ingatan bagaimana erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki meluluhlantahkan tiga kecamatan di Flores Timur, Nusa Tenggara Timur dan banjir bandang bercampur lahar dingin Gunung Marapi yang berimbas lima kabupaten/kota di Sumatera Barat. Kedua peristiwa bencana itu menimbulkan dengan dampak kerusakan yang sangat besar hingga ditetapkan sebagai bencana nasional pada 2024.

BNPB mencatat ada lebih dari 3.650 orang warga dievakuasi, 67 orang meninggal dunia, 20 orang hilang, dan sedikitnya 44 orang mengalami luka-luka akibat banjir bandang bercampur lahar dingin dan bebatuan berukuran besar lebih dari dua meter dari puncak Gunung Marapi.

Peristiwa ini melanda Kabupaten Agam, Tanah Datar, Padang Pariaman, Kota Padang dan Padang Panjang, di Provinsi Sumatera Barat. Total ada 35 unit jembatan dan lebih dari 150 meter panjang jalan yang rusak hingga sempat melumpuhkan jalur transportasi darat dari Padang-Bukittinggi-Padang Panjang-Tanah Datar-Solok-Lima Puluh Kota dan wilayah lainnya.

Selanjutnya lontaran material vulkanis Gunung Lewotobi Laki-Laki mengakibatkan sembilan orang meninggal dunia dan satu orang luka berat, dimana salah satu kakinya harus diamputasi.

Total 13 ribu lebih orang terdampak dalam peristiwa ini, sekitar 6 ribu di antaranya harus dipindahkan untuk menempati tempat tinggal dan lingkungan yang baru karena alasan keselamatan. Para korban ini merupakan warga dari 14 desa dalam wilayah administrasi Kecamatan Ile Bura, Titehena, dan Walanggitang di Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur.

Oleh karena itu, BNPB bersama Badan Geologi Kementerian ESDM, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) berkolaborasi memadupadankan segala sumber daya teknologi dan para kemampuan para tim ahlinya sehingga jangan sampai penyelamatan bagi warga di sekitar Gunung Ibu terlambat dilakukan.

Raditya mengungkapkan bahwa analisa para tim ahli mitigasi bencana geologi dan hidrometeorologi mengklasifikasikan setidaknya ada dua potensi ancaman bahaya bagi warga di Halmahera Barat. Yaitu, selain bahaya yang ditimbulkan oleh muntahan material vulkanik, juga terdapat potensi bahaya ikutan lainnya berupa banjir lahar dingin.

Merujuk hasil survei lapangan yang dilakukan para tim ahli memperkirakan ada lebih dari 300- 500 ribu meter kubik ketebalan material vulkanik yang mengendap di sekitaran kawah aktif Gunung Ibu. Bahkan, kubah lava di Gunung Ibu saat ini telah melampaui dinding kawah sehingga mengakibatkan terjadinya guguran lava ke arah utara dan barat laut.

Endapan material vulkanis berupa lava, abu ataupun bebatuan kerikil tersebut berpotensi melimpah ketika hujan mengguyur dari bukaan kawah Gunung Ibu ke sepanjang aliran sungai dan meluap hingga ke area yang memiliki morfologi seperti lembah sungai dan melanda lokasi-lokasi yang telah ada bangunan pemukiman.

Hasil analisa dan survei itu juga mendapati sejumlah desa di Kabupaten Halmahera Barat yang patut waspada, antara lain Desa Sangaji Nyeku, Goin, Tokuoko, Dunono, Tuguis, dan Desa Togoreba Sungi karena lokasi desa be-irisan dengan aliran sungai dari hulu Gunung Ibu.

Merespons kondisi tersebut BNPB telah memasang petunjuk arah evakuasi dan papan informasi potensi bahaya erupsi dan membangun sebanyak empat alat peringatan dini (Early Warning System/EWS) di empat lokasi aliran sungai yang berhulu dari Gunung Ibu.

Setiap alat EWS sudah dilengkapi sensor getaran bagian lahar, sensor lidar, hingga kamera pengawas (CCTV) dan sirene yang akan berbunyi ketika ada peningkatan volume aliran sungai. Keberadaan alat tersebut dinilai efektif dalam membantu menginformasikan kepada masyarakat setempat bila volume air meningkat yang bercampur dengan material sisa endapan erupsi Gunung Ibu, maka warga setempat diarahkan untuk mengevakuasi diri.

Apa yang dilakukan pemerintah patut diapresiasi. Tetapi dalam kondisi seperti ini diharapkan masyarakat bisa terus mempedomani arahan dari pemerintah pusat dan daerah, sehingga respons cepat mitigasi bencana yang sudah dilakukan sedemikian rupa ini bisa berhasil yakni untuk semakin memperkecil risiko kerawanan bencana dan menyelamatkan banyak nyawa dari aktivitas Gunung Ibu yang belum tahu kapan akan berakhirnya.

Editor: Sapto Heru Purnomojoyo
Copyright © ANTARA 2025