Retribusi kapal pesiar di Gili Mas dapat sorotan

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi Nusa Tenggara Barat menyoroti kecilnya retribusi yang didapatkan oleh ...

Retribusi kapal pesiar di Gili Mas dapat sorotan

Lombok Barat, NTB (ANTARA) - Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi Nusa Tenggara Barat menyoroti kecilnya retribusi yang didapatkan oleh pemerintah daerah (provinsi dan kabupaten) setempat dari aktivitas kapal pesiar saat sandar di Pelabuhan Gili Mas, Lembar, Lombok Barat.Dilaporkan bahwa hal itu terungkap saat Komisi IV Bidang Infrastruktur dan Lingkungan Hidup DPRD NTB bersama Dinas Perhubungan NTB turun lapangan ke Pelabuhan Gili Mas yang dikelola PT Pelindo di Kabupaten Lombok Barat, Kamis.

Sesuai aturan, jumlah retribusi yang disetor PT Pelindo selaku pengelola Pelabuhan Gili Mas untuk sekali bongkar muat kapal pesiar sebesar 5 persen."Kami kaget, retribusi kapal pesiar ini sangat kecil hanya 5 persen sekali bongkar muat. Kami juga mempertanyakan bagaimana model dividen-nya. Sebagai daerah yang disandarkan dari NTB dan Kabupaten Lombok Barat bisa dapat apa," tegas Ketua Komisi IV DPRD NTB, Hamdan Kasim kepada General Manager PT Pelindo Kunto Wibisono.Menurut Hamdan besaran retribusi penerimaan negara bukan pajak (PNBP) dari aktivitas kapal di kawasan PT Pelindo itu dirasa cukup kecil dengan banyaknya aktivitas kapal pesiar tahun 2025 mencapai 29 kali sandar."Saya pertanyakan aturannya. Kalau 5 persen ke negara berapa ke pusat? berapa ke provinsi? berapa ke daerah Lombok Barat? Kalau segitu, pelabuhan ini buat apa? Lebih baik tidak ada," tegas Hamdan bersama Sekretaris Komisi IV Hasbullah Muis Konco bersama empat anggota komisi.Bayangan Hamdan, jika 29 kapal pesiar sandar di Pelabuhan Gili Mas, maka PT Pelindo akan menerima pendapatan Rp5,8 miliar. Maka PNBP yang diterima negara ke daerah sebesar 5 persen itu tidak lebih dari Rp300 juta."Itu sangat tipis sekali PAD (pendapatan asli daerah) yang kita dapat ini. Kalau seperti itu polanya, untuk apa kita punya pelabuhan Gili Mas ini," ujar Hamdan.General Manager PT Pelindo Kunto Wibisono mengatakan pendapatan dari kapal pesiar dan aktivitas kapal di Gili Mas ini dialokasikan untuk pengembangan Gili Mas.

Mulai dari proses pembebasan lahan, dan pembangunan dermaga serta fasilitas yang memerlukan nilai cukup besar.


"Ada juga biaya pengelolaan biaya operasional dan biaya pegawai kami ya," kata Wibisono.Menurutnya sesuai kesepakatan retribusi kapal pesiar sekali sandar di pelabuhan Gili Mas mencapai Rp200 juta. Selama tahun 2024, sebanyak 22 kapal pesiar sudah sandar di Pelabuhan Gili Mas."Tahun ini sudah ada 8 kapal pesiar yang sandar dari rencana 29 kapal sampai bulan Desember 2025," ujarnya.Ia mengatakan 5 persen retribusi kapal pesiar untuk negara itu diserahkan langsung ke Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan Kelas III Lembar Lombok Barat."Jadi pendapatan yang diterima bongkar muat ini PT Pelindo memberikan 5 persen ke KSOP Kelas III Lembar. Secara kewajiban penyerahan itu melalui perjanjian kerja sama antara PT Pelindo sebagai badan usaha pelabuhan," ujar Wibisono.Wibisono mengatakan pada 2024, Kapal pesiar membawa penumpang 72.910 penumpang ke Lombok. Rata-rata lama kapal sandar hanya 12 jam di Pelabuhan Gili Mas.Anggota Komisi IV DPRD NTB Suharto juga memberikan masukan kepada PT Pelindo untuk mewaspadai perubahan cuaca yang sewaktu-waktu terjadi di daerah kawasan pelabuhan Gili Mas."Ini juga perlu diwaspadai bagaimana kedalaman pelabuhan untuk menghindari climet change dan force mejure," tegasnya.Kepala Dinas Perhubungan NTB Lalu Moh Faozal mengatakan bahwa keberadaan Pelabuhan Gili Mas Lembar Lombok Barat tentu sangat potensial bagi NTB dan Kabupaten Lombok Barat."Pembangunan Gili Mas ini sangat potensial. Di sini ada empat aktivitas bisnis sangat potensial, ada Tugu Mas, ada Gili Mas, Pelabuhan Yacht dan peti kemas (rencana)," katanya.Awal pembangunan Gili Mas kata Faozal dilakukan dengan mereklamasi 15 hektar lebih kawasan pantai di Kecamatan Lembar. Bahkan dalam rencana, Gili Mas bakal dijadikan peti kemas seperti di pelabuhan Perak Surabaya."Keluhan pertama kenapa daerah kita tidak bisa ekspor-impor karena kita belum bisa melakukan peti kemas. Jadi ini skenario kita reklamasi awal Gili Mas untuk peti kemas," ujarnya.PT Pelindo juga mengelola khusus yacht --kapal pelesir atau lebih kecil dari kapal pesiar-- yang akan dikembangkan oleh Pelindo. Jika ini bisa dikelola bisa mendapatkan pendapatan asli daerah cukup signifikan."Dulu kita mati-matian gandeng cruise (kapal pesiar) untuk bisa sandar di sini. Jadi kami melihat lebih bermanfaat ekonomi kita ketimbang mengelola bandara karena jauh lebih besar diperoleh oleh pelabuhan," katanya.

Baca juga:

Baca juga:

Pewarta: Nur Imansyah
Editor: Iskandar Zulkarnaen
Copyright © ANTARA 2025