Retribusi kapal pesiar di Gili Mas dapat sorotan
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi Nusa Tenggara Barat menyoroti kecilnya retribusi yang didapatkan oleh ...
![Retribusi kapal pesiar di Gili Mas dapat sorotan](https://img.antaranews.com/cache/1200x800/2025/02/13/1000648374.jpg)
Lombok Barat, NTB (ANTARA) - Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi Nusa Tenggara Barat menyoroti kecilnya retribusi yang didapatkan oleh pemerintah daerah (provinsi dan kabupaten) setempat dari aktivitas kapal pesiar saat sandar di Pelabuhan Gili Mas, Lembar, Lombok Barat.Dilaporkan bahwa hal itu terungkap saat Komisi IV Bidang Infrastruktur dan Lingkungan Hidup DPRD NTB bersama Dinas Perhubungan NTB turun lapangan ke Pelabuhan Gili Mas yang dikelola PT Pelindo di Kabupaten Lombok Barat, Kamis.
Sesuai aturan, jumlah retribusi yang disetor PT Pelindo selaku pengelola Pelabuhan Gili Mas untuk sekali bongkar muat kapal pesiar sebesar 5 persen."Kami kaget, retribusi kapal pesiar ini sangat kecil hanya 5 persen sekali bongkar muat. Kami juga mempertanyakan bagaimana model dividen-nya. Sebagai daerah yang disandarkan dari NTB dan Kabupaten Lombok Barat bisa dapat apa," tegas Ketua Komisi IV DPRD NTB, Hamdan Kasim kepada General Manager PT Pelindo Kunto Wibisono.Menurut Hamdan besaran retribusi penerimaan negara bukan pajak (PNBP) dari aktivitas kapal di kawasan PT Pelindo itu dirasa cukup kecil dengan banyaknya aktivitas kapal pesiar tahun 2025 mencapai 29 kali sandar."Saya pertanyakan aturannya. Kalau 5 persen ke negara berapa ke pusat? berapa ke provinsi? berapa ke daerah Lombok Barat? Kalau segitu, pelabuhan ini buat apa? Lebih baik tidak ada," tegas Hamdan bersama Sekretaris Komisi IV Hasbullah Muis Konco bersama empat anggota komisi.Bayangan Hamdan, jika 29 kapal pesiar sandar di Pelabuhan Gili Mas, maka PT Pelindo akan menerima pendapatan Rp5,8 miliar. Maka PNBP yang diterima negara ke daerah sebesar 5 persen itu tidak lebih dari Rp300 juta."Itu sangat tipis sekali PAD (pendapatan asli daerah) yang kita dapat ini. Kalau seperti itu polanya, untuk apa kita punya pelabuhan Gili Mas ini," ujar Hamdan.General Manager PT Pelindo Kunto Wibisono mengatakan pendapatan dari kapal pesiar dan aktivitas kapal di Gili Mas ini dialokasikan untuk pengembangan Gili Mas.
Mulai dari proses pembebasan lahan, dan pembangunan dermaga serta fasilitas yang memerlukan nilai cukup besar.
"Ada juga biaya pengelolaan biaya operasional dan biaya pegawai
kami ya," kata Wibisono.Menurutnya sesuai kesepakatan retribusi
kapal pesiar sekali sandar di pelabuhan Gili Mas mencapai Rp200
juta. Selama tahun 2024, sebanyak 22 kapal pesiar sudah sandar
di Pelabuhan Gili Mas."Tahun ini sudah ada 8 kapal pesiar yang
sandar dari rencana 29 kapal sampai bulan Desember 2025,"
ujarnya.Ia mengatakan 5 persen retribusi kapal pesiar untuk
negara itu diserahkan langsung ke Kantor Kesyahbandaran dan
Otoritas Pelabuhan Kelas III Lembar Lombok Barat."Jadi
pendapatan yang diterima bongkar muat ini PT Pelindo memberikan
5 persen ke KSOP Kelas III Lembar. Secara kewajiban penyerahan
itu melalui perjanjian kerja sama antara PT Pelindo sebagai
badan usaha pelabuhan," ujar Wibisono.Wibisono mengatakan pada
2024, Kapal pesiar membawa penumpang 72.910 penumpang ke
Lombok. Rata-rata lama kapal sandar hanya 12 jam di Pelabuhan
Gili Mas.Anggota Komisi IV DPRD NTB Suharto juga memberikan
masukan kepada PT Pelindo untuk mewaspadai perubahan cuaca yang
sewaktu-waktu terjadi di daerah kawasan pelabuhan Gili Mas."Ini
juga perlu diwaspadai bagaimana kedalaman pelabuhan untuk
menghindari climet change dan force mejure,"
tegasnya.Kepala Dinas Perhubungan NTB Lalu Moh Faozal
mengatakan bahwa keberadaan Pelabuhan Gili Mas Lembar Lombok
Barat tentu sangat potensial bagi NTB dan Kabupaten Lombok
Barat."Pembangunan Gili Mas ini sangat potensial. Di sini ada
empat aktivitas bisnis sangat potensial, ada Tugu Mas, ada Gili
Mas, Pelabuhan Yacht dan peti kemas (rencana),"
katanya.Awal pembangunan Gili Mas kata Faozal dilakukan dengan
mereklamasi 15 hektar lebih kawasan pantai di Kecamatan Lembar.
Bahkan dalam rencana, Gili Mas bakal dijadikan peti kemas
seperti di pelabuhan Perak Surabaya."Keluhan pertama kenapa
daerah kita tidak bisa ekspor-impor karena kita belum bisa
melakukan peti kemas. Jadi ini skenario kita reklamasi awal
Gili Mas untuk peti kemas," ujarnya.PT Pelindo juga mengelola
khusus yacht --kapal pelesir atau lebih kecil dari
kapal pesiar-- yang akan dikembangkan oleh Pelindo. Jika ini
bisa dikelola bisa mendapatkan pendapatan asli daerah cukup
signifikan."Dulu kita mati-matian gandeng cruise (kapal pesiar)
untuk bisa sandar di sini. Jadi kami melihat lebih bermanfaat
ekonomi kita ketimbang mengelola bandara karena jauh lebih
besar diperoleh oleh pelabuhan," katanya.
Baca juga:
Baca juga:
Pewarta: Nur Imansyah
Editor: Iskandar Zulkarnaen
Copyright © ANTARA 2025