Risiko Besar Perang Dagang Trump Jilid 2 yang Mengintai Ekonomi Dunia
Presiden AS Donald Trump memicu perang dagang melalui kebijakan tarif terhadap barang-barang Cina, Kanada, dan Meksiko.
Presiden Amerika Serikat Donald Trump memantik perang dagang dengan tiga mitra dagang terbesarnya melalui kebijakan tarif impor meski baru menjabat kurang dari dua pekan. Kebijakan ini dikhawatirkan justru dapat memukul ekonomi Amerika Serikat dan global.
Mengutip CNN.com, Trump berencana mengenakan tarif impor sebesar 10% terhadap barang-barang Cina, serta tarif sebesar 25% atas barang-barang Kanada dan Meksiko. Ini adalah pertaruhan yang sangat besar, bahkan dapat dikatakan lebih besar daripada kebijakan ekonomi apa pun yang diberlakukan Trump selama lebih dari empat tahun di era pemerintahan pertamanya.
Peneliti senior di Peterson Institute for International Economics Mary Lovely menilai, kebijakan tarif Trump dapat menjadi bumerang bagi ekonomi AS. Kebijakan tarif impor dapat menaikkan harga konsumen yang sudah tinggi di toko kelontong, mengguncang pasar saham yang goyah, hingga menghapus lapangan kerja baru dalam perang dagang besar-besaran.
"Ini mungkin gol bunuh diri terbesar sejauh ini. Ini adalah pertaruhan besar. Ini adalah resep untuk memperlambat ekonomi dan meningkatkan inflasi," ujar Lovely kepada CNN dalam sebuah wawancara telepon.
The Wall Street Journal bahkan menggambarkan kebijakan Trump ini dengan judul artikel "Perang Dagang Terbodoh dalam Sejarah." pada akhir pekan lalu. Artikel opini itu berpendapat bahwa pembenaran Trump atas "serangan ekonomi" terhadap Kanada dan Meksiko "tidak masuk akal" dan memperingatkan bahwa strategi itu dapat berakhir dengan bencana.
Kebijakan Mirip, Kondisi yang Berbeda
Trump memandang tarif sebagai alat negosiasi yang ajaib, cara ampuh untuk mendapatkan pengaruh atas teman dan sekutu AS. Ia berpendapat bahwa tarif diperlukan untuk mengatasi masalah utama, termasuk defisit perdagangan, imigrasi ilegal, dan aliran obat-obatan terlarang.
Trump dan para pendukungnya sering menunjukkan bahwa kebijakan tarif selama masa jabatan pertamanya tidak menyebabkan inflasi yang bermasalah. Namun, itu adalah tarif yang berbeda, yang diterapkan di dunia yang sangat berbeda pada waktu yang sangat berbeda.
Menurut perkiraan dari Tax Foundation, Trump rencananya akan memberlakukan tarif pada barang impor senilai US$1,4 triliun mulai Selasa (4/2). Ini lebih dari tiga kali lipat dari barang asing yang dikenakan tarif selama masa jabatan pertama Trump senilai US$380 miliar.
Selama masa jabatan pertama Trump, inflasi sedang tidak menjadi masalah. Namun, kondisi di AS saat ini berbeda. Biaya hidup jauh lebih mahal, terutama setelah inflasi tinggi di era Covid-19. Konsumen, investor, dan pejabat Federal Reserve kini jauh lebih sensitif terhadap kenaikan harga yang moderat sekalipun.
Seperti "Membakar Rumah Sendiri"
Gedung Putih berpendapat tarif Trump tidak akan menimbulkan masalah bagi ekonomi AS. Namun, beberapa ekonom dan pakar perdagangan sangat khawatir karena pungutan ini ditujukan pada tetangga terdekat Amerika, Kanada dan Meksiko.
Selama masa jabatan pertamanya, Trump mengancam, tetapi tidak pernah mengenakan tarif pada Kanada dan Meksiko. Ia dibujuk untuk tidak melakukan tindakan tersebut oleh para penasihatnya.
Pengenaan tarif impor secara menyeluruh terhadap barang-barang dari Kanada dan Meksiko dapat menyebabkan kekacauan rantai pasokan dalam ekonomi Amerika Utara yang saling terkait erat, yang menyebabkan harga lebih tinggi.
"Menerapkan tarif setinggi 25% pada mitra dagang terdekat berisiko menghancurkan pusat kekuatan ekonomi Amerika Utara, yang diandalkan AS. Mengapa Anda ingin membakar rumah Anda sendiri?" kata Christine McDaniel, mantan pejabat perdagangan di pemerintahan Presiden George W. Bush yang sekarang menjadi peneliti senior di Mercatus Center, Universitas George Mason.
Hal itu terutama berlaku di industri otomotif, di mana suku cadang sering kali melewati perbatasan beberapa kali sebelum mobil tiba di dealer. Wolfe Research memperkirakan, harga mobil biasa yang dijual di Amerika Serikat dapat meningkat sebesar US$3.000 karena tarif.
Memangkas Pertumbuhan Ekonomi AS dan Dunia
Tarif Trump terhadap Meksiko, Kanada, dan Tiongkok juga akan memicu tarif balasan dari negara-negara tersebut. Kepala ekonom EY Gregory Daco memperkirakan, kondisi itu akan menghapus potensi pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) AS sebesar 1,5% pada 2025 dan 2,1% pada 2026.
Dampak lainnya yang juga menjadi kekhawatiran investor adalah bagaimana The Fed akan merespons kondisi ini. Meskipun Ketua Fed Jerome Powell dan rekan-rekannya mungkin bersedia mengabaikan pukulan satu kali terhadap harga, tarif impor dapat memaksa bank sentral AS untuk menunda lebih lanjut pemotongan suku bunga.
Kebijakan Bank Sentral AS akan mempengaruhi pasar keuangan, termasuk aliran dana di negara-negara berkembang.
Kunci sebenarnya bagi pejabat Fed adalah bagaimana tarif mengubah psikologi konsumen. "Jika tarif mendorong ekspektasi inflasi lebih tinggi, The Fed mungkin merasa tertekan untuk mempertahankan suku bunga ketat lebih lama, memperketat kondisi keuangan dan membebani momentum pertumbuhan," kata Daco dalam risetnya.
Bank Dunia telah memperingatkan, ekonomi global akan tumbuh stagnan tahun ini di tengah kekhawatiran termasuk tarif baru AS yang dapat memukul perdagangan dunia. lembaga ini memperkirakan, pertumbuhan dunia hanya akan mencapai 2,7%, kinerja terlemah sejak 2019 di luar kondisi Covid-19.
Wakil Kepala Ekonom bank Ayhan Kose menjelaskan, angka pertumbuhan global itu tingkat yang dapat "diterima" oleh dunia. Namun, pertumbuhan itu tidak akan cukup untuk meningkatkan standar hidup masyarakat di negara-negara kaya dan miskin.