Rivalitas Amerika dan Tiongkok, Bagaimana Posisi Indonesia-Malaysia?
Rivalitas Amerika dan Tiongkok, Bagaimana Posisi Indonesia-Malaysia?. ????Paramadina Graduate School of Diplomacy bekerja sama dengan Paramadina Public Policy Institute, Bait Al Amanah, dan Forum Sinologi Indonesia sukses mengadakan seminar bertajuk “Dancing With The Dragon? -- Ikuti kami di ????https://bit.ly/392voLE #beritaviral #jawatimur #viral berita #beritaterkini #terpopuler #news #beritajatim #infojatim #newsupdate #FYI #fyp
Jakarta (beritajatim.com) – Paramadina Graduate School of Diplomacy bekerja sama dengan Paramadina Public Policy Institute, Bait Al Amanah, dan Forum Sinologi Indonesia sukses mengadakan seminar bertajuk “Dancing With The Dragon? Indonesia and Malaysia Policies Towards China” pada Kamis (16/1/2025).
Acara berlangsung di Trinity Tower, Kampus Kuningan Universitas Paramadina, dan menghadirkan sejumlah pakar terkemuka.
Analisis Strategi Malaysia terhadap Tiongkok
Prof. Cheng-Chwee Kuik, seorang Profesor Hubungan Internasional di Institute of Malaysian and International Studies (IKMAS), Universiti Kebangsaan Malaysia, memberikan wawasan mendalam mengenai kebijakan luar negeri Malaysia dalam menghadapi dinamika geopolitik global.
“Pertumbuhan ekonomi Tiongkok sebagai kekuatan global memberikan peluang besar bagi Malaysia,” ujar Prof. Kuik, menyoroti peran penting Tiongkok sebagai mitra dagang terbesar Malaysia.
Program seperti Belt and Road Initiative (BRI) juga disebutnya sebagai katalis dalam memperkuat kerja sama ekonomi bilateral.
Namun, Prof. Kuik menekankan bahwa Malaysia tetap mengutamakan diversifikasi ekonomi dengan menjaga hubungan perdagangan dengan Amerika Serikat, Jepang, dan negara lain.
“Dari hubungan bilateral hingga kolaborasi strategis dalam kerangka ASEAN, pendekatan Malaysia membuktikan pentingnya adaptasi dalam membangun kemitraan yang relevan di era modern,” jelasnya.
Indonesia dan Strategi ‘Equal Distance’ dalam Diplomasi
Ahmad Khoirul Umam, Ph.D, Managing Director Paramadina Public Policy Institute, menggarisbawahi pentingnya kebijakan luar negeri Indonesia yang seimbang.
Ia menekankan bahwa prinsip ‘equal distance’ menjadi strategi utama Indonesia untuk menjaga stabilitas dan otonomi nasional di tengah rivalitas kekuatan besar seperti Tiongkok dan Amerika Serikat.
“Keseimbangan hubungan dengan kekuatan besar adalah kunci untuk melindungi stabilitas dan kepentingan nasional di tengah dinamika Indo-Pasifik,” tegas Umam. Ia juga memuji langkah Indonesia yang mengadopsi strategi ‘hedging’, sebuah pendekatan pragmatis yang memadukan prioritas domestik dengan tantangan eksternal.
Indonesia, lanjutnya, terus memainkan peran strategis di forum internasional seperti ASEAN Summit dan G20. “Komitmen terhadap hukum laut internasional UNCLOS menunjukkan upaya Indonesia dalam memperkuat stabilitas kawasan,” tambahnya.
Kolaborasi dan Riset untuk Kebijakan Luar Negeri
Umam juga menyoroti pentingnya penguatan kapasitas riset dalam mendukung kebijakan luar negeri Indonesia.
“Paramadina Public Policy Institute siap menjadi pusat kajian dan kolaborasi untuk penelitian terkait studi Tiongkok,” tuturnya, menegaskan komitmen institusi tersebut dalam mendukung diplomasi berbasis prinsip dan data.
Seminar ini tidak hanya memperkuat pemahaman tentang strategi diplomasi Indonesia dan Malaysia tetapi juga membuka peluang kolaborasi untuk membangun kebijakan luar negeri yang lebih adaptif di tengah dinamika geopolitik global. (ted)