Saham Unilever (UNVR) Sentuh Harga Terendah Sejak 2009, Begini Kinerja Keuangan

Saham PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) terpantau kian lesu bahkan menyentuh harga terendah. Pada perdagangan Selasa (4/2) saham UNVR ditutup terperosok 0, 95% ke level Rp 1.565 per lembar saham.

Saham Unilever (UNVR) Sentuh Harga Terendah Sejak 2009, Begini Kinerja Keuangan

Saham PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) terpantau kian lesu bahkan menyentuh harga terendah. Pada perdagangan Selasa (4/2) saham UNVR ditutup terperosok 0,95% ke level Rp 1.565 per lembar saham. Volume yang diperdagangkan tercatat 9,54 juta dengan dengan nilai transaksi Rp 15,31 miliar dan kapitalisasi pasarnya mencapai Rp 59,70 triliun. 

Apabila menilik pergerakan harga, saham UNVR terperosok 10,06% dalam seminggu terakhir. Tak hanya itu, saham emiten yang bergerak di bidang barang konsumsi ini juga merosot hingga 14,71% dalam sebulan terakhir dan anjlok 54,90% dalam setahun terakhir. 

Harga saham UNVR saat ini bahkan menjadi yang terendah sejak 2009. Pada 30 Januari 2009, harga saham UNVR tercatat Rp 1.580 dan menyentuh titik tertinggi pada 2 Februari 2018 dengan harga Rp 11.005. 

Senior Market Analyst Mirae Asset Sekuritas, Nafan Aji Gusta, menilai bahwa saham Unilever Indonesia (UNVR) masih berada dalam tren penurunan, mengingat belum adanya sentimen positif yang dapat mendorong harga sahamnya. Menurut Nafan sebagai langkah strategis UNVR telah melepas lini bisnis es krim demi mengurangi beban operasional.  

Tak hanya itu, ia mengatakan kinerja pendapatan dan laba perusahaan pun masih di bawah ekspektasi. Nafan menilai kinerja keuangan Unilever pada kuartal 2025 pertama perlu dicermati lebih lanjut untuk menentukan prospek ke depan. 

Lebih jauh ia mengakui bahwa tahun ini menjadi tantangan berat bagi Unilever, terutama karena persaingan di sektor bisnisnya sangat ketat. Meski demikian, Nafan mengatakan Unilever tetap memiliki daya saing tinggi di pasar. 

“Jadi mau enggak mau Unilever harus bisa meningkatkan kapasitas maupun kapabilitas dalam renovasi bisnis,” kata Nafan kepada Katadata.co.id, Selasa (4/1). 

Nafan juga menekankan pentingnya penerapan tata kelola perusahaan yang baik atau good corporate governance demi memperbaiki kinerja fundamental Unilever Indonesia. Ia optimistis kinerja perusahaan dapat membaik.  

Selain itu, menurutnya, dengan adanya gencatan senjata permanen antara Israel dan Hamas, isu boikot terhadap produk Unilever seharusnya mulai mereda. Namun, investor tetap menantikan perbaikan kinerja fundamental, sehingga laporan keuangan kuartal pertama 2025 menjadi faktor krusial dalam menentukan prospek UNVR ke depan.  

Dari sisi teknikal, Nafan melihat UNVR masih dalam tren penurunan dengan target harga (TP) di level Rp 1.685 jika terjadi pullback.  

Sementara itu, Analis Teknikal BRI Danareksa Sekuritas, Reyhan Pratama, menilai bahwa penurunan saham UNVR tidak semata-mata disebabkan oleh aksi boikot, melainkan lebih dipengaruhi oleh melemahnya kinerja keuangan serta persaingan yang semakin ketat. Secara teknikal, tren UNVR masih tren turun atau bearish dan hingga saat ini belum terlihat tanda-tanda pembalikan arah. 

“Sehingga rekomendasi masih jual, dengan target penurunan jangka pendek di Rp 1.545 dan Rp 1.240 untuk jangka menengah,” kata Reyhan. 

Laporan Keuangan UNVR Kuartal III 2024

PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) membukukan laba sebesar Rp 3 triliun pada triwulan ketiga 2024. Perolehan tersebut turun 28,1% secara year on year (yoy) dibandingkan periode yang sama 2023 sebesar Rp 4,18 triliun. 

Penurunan laba perusahaan ini dipengaruhi penyusutan penjualan bersih emiten produsen produk-produk konsumen (consumer goods) tersebut. Berdasarkan laporan keuangan, penjualan bersih UNVR turun 10,1% menjadi Rp 27,41 triliun dibandingkan dengan periode yang sama 2023 sebesar Rp 30,50 triliun.

Direktur Utama Unilever Indonesia, Benjie Yap, mengatakan kinerja tahun ini menunjukkan perusahaan tengah menghadapi situasi yang penuh tantangan. Namun, ia menyebut perusahaan memahami langkah-langkah yang perlu diambil untuk mengatasi hal tersebut. 

“Perseroan berkomitmen untuk bangkit lebih kuat, lebih tangguh, dan siap untuk meraih peluang ke depannya,” kata Benjie dalam keterangan resmi yang diterbitkan perusahaan. 

Menurut Benjie, Unilever tetap fokus pada inovasi berkualitas dan konsisten untuk konsumen seiring dengan beradaptasi dengan perkembangan pesat di pasar. Tak hanya itu, ia juga menyebut Unilever tengah melakukan penyesuaian, mulai dari penyempurnaan ragam produk hingga peningkatan efisiensi operasional, dengan pandangan jangka panjang. Meskipun dampaknya memerlukan waktu, Benjie optimistis Unilever akan mampu memulihkan dan meningkatkan kinerjanya di masa depan.