Saran Psikiater agar Anak Tidak Kecanduan Gawai
Psikiater mengatakan anak perlu mendapat pendampingan orang tua dalam menggunakan gawai untuk menghindari kecanduan gawai.
![Saran Psikiater agar Anak Tidak Kecanduan Gawai](https://statik.tempo.co/data/2019/01/09/id_810069/810069_720.jpg)
TEMPO.CO, Jakarta - Spesialis kedokteran jiwa Julian Raymond Irwen menyatakan ikatan emosional atau bonding yang kuat antara anak dan orang tua dapat mencegah anak .
“Ini tergantung pola asuh orang tua dan anaknya. Biasanya anak punya hobi, orang tua punya hobi. Intinya, aktivitas apapun yang bisa meningkatkan bonding antara orang tua dan anak itu sangat baik,” kata lulusan Universitas Gadjah Mada (UGM) di Tangerang, Banten, Kamis, 6 Februari 2025.
Julian mengatakan anak perlu mendapat pendampingan orang tua dalam menggunakan . Bentuk pendampingan yang diberikan pun tidak sekadar hanya menemani dan melihat tetapi lebih menjadikan penggunaan gawai seperti pembelajaran. Orang tua dapat mengajak anak melakukan aktivitas menarik seperti mendiskusikan video atau game yang sedang dimainkan. Hal ini membantu anak berlatih mendeskripsikan suatu objek yang menarik baginya.
Aktivitas di dalam ruangan lain yang dapat dilakukan yakni membaca buku kesukaan bersama-sama sehingga anak merasa waktu yang dihabiskan bersama orang tua lebih berharga. Bagi orang tua dengan anak yang gemar bermain di luar ruangan, ikatan dapat diperkuat melalui rencana bersepeda bersama, berenang, atau sekadar memburu makanan-makanan enak.
“Atau misalnya kalau memang sedang tidak punya banyak waktu, kita bisa memberikan anak kegiatan seperti les olahraga seperti berenang, bulu tangkis, dan lain sebagainya, atau les yang mungkin berkaitan dengan hobi anak seperti musik,” ucapnya.
Aplikasi kontrol orang tua
Psikiater di Rumah Sakit Hermina Bitung tersebut mengatakan
kalaupun orang tua terpaksa harus memberikan kesempatan anak
menggunakan gawai maka disarankan untuk menggunakan aplikasi
kontrol orang tua dan menyepakati lamanya durasi anak bisa
memainkannya. Aturan dan pengawasan tersebut diharapkan dapat
melibatkan pihak lain dalam keluarga seperti kakek dan nenek,
yang sama-sama berkomitmen mencegah anak kecanduan gawai.
Menurutnya, komitmen tersebut akan meminimalkan risiko anak terkena dampak buruk kecanduan gawai dan menciptakan ruang bagi anak untuk tumbuh lebih optimal. Selain itu, orang tua diharapkan dapat jadi panutan yang dapat dicontoh anak terkait bijak menggunakan gawai.
“Indonesia ini sangat kultural dan komunal. Anak enggak hanya tinggal sama ayah dan ibu, tapi ada nenek. Jadi harus ada komitmen bersama sehingga anak punya role model ideal karena pembentukan karakter dan kebiasaan ditentukan dimulai dari rumah,” papar Julian.