Rupiah Berbalik Menguat ke Rp 16.300-an, Ini Sentimennya 

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Nilai tukar mata uang rupiah berbalik mengalami penguatan pada perdagangan Selasa (4/2/2025), setelah pada perdagangan sebelumnya hampir menyentuh level Rp 16.500 per dolar AS. Mengutip Bloomberg, rupiah menguat 97...

Rupiah Berbalik Menguat ke Rp 16.300-an, Ini Sentimennya 

Nilai tukar mata uang rupiah berbalik mengalami penguatan pada perdagangan Selasa (4/2/2025).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Nilai tukar mata uang berbalik mengalami penguatan pada perdagangan Selasa (4/2/2025), setelah pada perdagangan sebelumnya hampir menyentuh level Rp 16.500 per dolar AS. Mengutip Bloomberg, rupiah menguat 97 poin atau 0,59 persen menuju level Rp 16.351 per dolar AS pada penutupan perdagangan Selasa (4/2/2025). Rupiah berada di level Rp 16.448 per dolar AS pada perdagangan Senin (3/2/2025), terdampak eskalasi perang dagang.

“Presiden AS Donald Trump menunda rencana untuk mengenakan tarif perdagangan terhadap Kanada dan Meksiko. Namun, kenaikan mata uang regional terbatas, mengingat tarif 10 persen Trump terhadap Tiongkok masih akan berlaku di kemudian hari,” kata Pengamat Mata Uang Ibrahim Assuaibi dalam keterangannya, Selasa (4/2/2025). 

Ibrahim mengatakan, Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau dan Presiden Meksiko Claudia Sheinbaum senada mengatakan mereka telah sepakat untuk memperkuat upaya penegakan hukum perbatasan sebagai tanggapan atas tuntutan Trump untuk menindak tegas imigrasi dan penyelundupan narkoba. 

“Itu akan menghentikan sementara tarif sebesar 25 persen selama 30 hari, dengan tarif 10 persen untuk impor energi dari Kanada, yang telah ditetapkan untuk mulai berlaku pada Selasa. Sementara penundaan tarif untuk Meksiko dan Kanada telah memberi ruang bagi sentimen risiko untuk membaik dan berkontribusi pada pelemahan dolar AS,” jelasnya. 

Trump diketahui berencana untuk berbicara dengan Presiden China Xi Jinping secepatnya pada minggu ini. Gedung Putih mengatakan, karena bea masuk 10 persen untuk semua barang Tiongkok akan mulai berlaku pada Selasa.

Ibrahim melanjutkan, penguatan emerging market seperti rupiah juga dipengaruhi ekspektasi kebijakan suku bunga The Federal Reserve. Ia menyebut, ada kekhawatiran terus-menerus atas suku bunga AS yang tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama, terutama setelah data inflasi indeks harga PCE yang kuat dari minggu lalu.

“Federal Reserve telah mengisyaratkan bahwa inflasi yang kuat akan mengurangi dorongan untuk terus memangkas suku bunga. Pejabat Fed juga menandai keengganan untuk melonggarkan kebijakan di tengah ketidakpastian atas kebijakan Trump,” kata Ibrahim. 

 

Loading...