Sulbar soroti produksi cabai Majene rendah
Penjabat Gubernur Sulawesi Barat menyoroti produksi cabai di Kabupaten Majene Sulbar masih rendah sehingga menyebabkan ...
![Sulbar soroti produksi cabai Majene rendah](https://img.antaranews.com/cache/1200x800/2025/02/11/IMG-20250211-WA0021_copy_1280x854_1.jpg)
Mamuju (ANTARA) - Penjabat Gubernur Sulawesi Barat menyoroti produksi cabai di Kabupaten Majene Sulbar masih rendah sehingga menyebabkan harga otomatis melonjak, padahal sebentar lagi kebutuhan warga meningkat jelang Ramadhan 2025.
"Inflasi cabai yang terjadi di Kabupaten Majene, akibat di stok persediaan cabai yang dijual pedagang terbatas karena produksi petani cabai Majene rendah," kata Penjabat Gubernur Sulbar Bahtiar Baharuddin di Mamuju, Selasa.
Kabupaten Majene Provinsi Sulawesi Barat mengalami inflasi harga pada komoditi cabai yang dijual pedagang di pasaran akibat produksi petani yang rendah.
Ia mengatakan, harga cabai yang dijual pedagang di pasaran di kabupaten Majene kini melonjak menjadi Rp70 ribu per kilogram. Padahal sebelumnya hanya Rp55 ribu per kilogram.
Menurut dia, produksi petani cabai di Majene hanya sekitar 749 ton per tahun, dan terbatas memenuhi kebutuhan masyarakat Majene yang berpenduduk sekitar 181 ribu jiwa sehingga harganya mengalami kenaikan.
Pemprov Sulbar sudah menggelar gerakan pasar pangan murah di Kabupaten Majene, sebagai strategi untuk mengatasi inflasi cabai tersebut agar tidak membebani ekonomi menjelang bulan suci Ramadhan 1446 hijriah.
Pemprov Sulbar juga berupaya mendorong agar masyarakat petani di Kabupaten Majene dapat memanfaatkan lahan untuk mengembangkan komoditi cabai agar produksinya dapat meningkat.
"Kalau masyarakat menanam cabai hingga 1000 pohon, maka akan menghasilkan pendapatan Rp4 juta dalam sebulan, sehingga akan meningkatkan produksi cabai, mencegah inflasi serta meningkatkan pendapatan masyarakat," katanya.
Ia mengatakan, Pemprov Sulbar akan berupaya menyiapkan bibit cabai yang dapat dikembangkan masyarakat meningkatkan kesejahteraannya.
Pewarta: M.Faisal Hanapi
Editor: Iskandar Zulkarnaen
Copyright © ANTARA 2025