Survei KIC: 83,6 Persen Masyarakat Indonesia Familiar Dengan AI
AI telah menjadi bagian integral dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia.
Survei terbaru dari Katadata Insight Center mengungkap fakta bahwa mayoritas masyarakat Indonesia telah akrab dengan perkembangan teknologi terkini yakni kecerdasan buatan (AI).
Dalam laporan hasil survei bertajuk Kedaulatan AI Untuk Memberdayakan Indonesia, 83,6 persen masyarakat mengaku tidak hanya pernah mendengar tentang AI, tetapi juga familiar dengan teknologi tersebut.
Temuan tersebut merujuk pada penjelasan tentang AI sebagai teknologi yang memungkinkan mesin meniru kecerdasan manusia. Dengan begitu, AI dapat melakukan beberapa pekerjaan, seperti pembelajaran, pemecahan masalah, pengenalan pola, sampai pengambilan keputusan.
Lebih jauh, KIC turut meminta responden untuk mengidentifikasi berbagai produk teknologi turunan AI. Hasilnya, 36,9 persen responden menyebut chatbot, aplikasi yang membantu menjawab pertanyaan pengguna.
Keberadaan aplikasi chatbot seperti ChatGPT, Gemini, dan DeepSeek belakangan memang tengah mengalami perkembangan pesat terutama sejak dua tahun terakhir. Dengan demikian, wajar jika chatbot menjadi pilihan produk turunan AI teratas.
“Beberapa perkembangan pada 2023 yaitu terobosan AI Generatif (GenAI), penerbitan regulasi AI di beberapa negara, dan pertemuan global berkaitan AI, semakin menyoroti perubahan dan potensi yang dibawa oleh teknologi ini,” demikian laporan KIC.
Adapun produk turunan AI lainnya pilihan responden adalah cctv yang mampu mengidentifikasi orang tidak dikenal (34,6 persen), aplikasi penghasil artikel otomatis (33,9 persen), smartwatch yang merekam pola olahraga dan tidur (32,7 persen), dan situs web yang merekomendasikan produk berdasarkan histori (31,8 persen).
Survei KIC ini melibatkan 1.255 orang dengan metode random sampling, serta dilaksanakan secara tatap muka pada 25 September-15 November 2024.
Persepsi dan Optimisme terhadap AI
Survei KIC menemukan bahwa penggunaan AI di masyarakat mencerminkan transformasi digital yang sedang berlangsung. Itu terjadi karena AI bukan lagi konsepsi teknologi yang abstrak, melainkan telah memberikan pengalaman nyata bagi masyarakat.
Pasalnya, 64,7 persen responden mengaku telah menggunakan AI dalam kehidupan sehari-hari. Secara terperinci, mayoritas responden yang memakai AI untuk mencari informasi sebanyak 81,2 persen. Selain itu, responden yang memakai AI untuk berbelanja online sebanyak 46,7 persen, mengedit foto/video (44,8 persen), mencari bantuan navigasi perjalanan (34,9 persen), dan menerjemahkan bahasa (34,6 persen).
Terkait persepsi terhadap teknologi AI, survei KIC menemukan bahwa 78 persen responden menyatakan AI aman untuk digunakan. Namun, pada saat bersamaan, terdapat 69,3 persen responden mengaku khawatir akan penyalahgunaan AI. Menurut KIC, hal tersebut menunjukkan kesadaran responden mengenai risiko yang terkandung di dalam AI.
Dengan sejumlah aplikasi nyata dari AI, secara keseluruhan sekitar 93,1 persen responden melihat dampak positif dari penggunaan teknologi ini. Mereka juga menaruh harapan terhadap manfaat penggunaan AI, di antaranya peningkatan efisiensi dan produktivitas (61,1 persen), inovasi di industri kreatif (26,9 persen), dan pemecahan masalah kompleks (25,7 persen).
Di saat yang sama, terdapat sejumlah risiko AI yang telah diidentifikasi responden, seperti AI mengambil alih pekerjaan manusia (39,8 persen), AI digunakan untuk menyebar konten berbahaya (33,4 persen), masalah privasi (28,7 persen), dan serangan siber (26,5 persen).
Meskipun terdapat kontradiksi soal keamanan dan risiko, saat ini 85 persen masyarakat Indonesia optimistis terhadap manfaat AI. Demikian pula ada 81,7 persen responden yang mengaku antusias dengan teknologi tersebut.
Laporan lengkap dari studi KIC ini bisa diakses di tautan berikut: