Tiga Rekomendasi Koaksi Indonesia Agar Hilirisasi Nikel Ciptakan Green Jobs
Koaksi Indonesia memberikan tiga rekomendasi yang dapat mendorong hilirisasi nikel dapat berkontribusi pada penciptaan lapangan pekerjaan hijau.
Organisasi nirlaba program pembangunan berkelanjutan, Koaksi Indonesia, memberikan tiga rekomendasi yang dapat mendorong dapat berkontribusi pada penciptaan lapangan pekerjaan hijau atau green jobs.
Manajer Riset dan Pengelolaan Pengetahuan Coaction Indonesia, Ridwan Arif, mengatakan rekomendasi tersebut dikeluarkan agar kebijakan hilirisasi dapat meningkatkan nilai tambah produk Indonesia, serta mempertimbangkan aspek berkelanjutan dan ramah lingkungan.
Ridwan mengatakan, rekomendasi pertama adalah pemerintah ataupun perusahaan smelter nikel harus meningkatkan kolaborasi dan koordinasi multi pihak. Misalnya saja kolaborasi saat mendukung nikel berkelanjutan
"Tidak hanya dari pemerintah, tapi juga pelaku usaha dan organisasi masyarakat sipil," ujar Ridwan dalam konfrensi pers, di Jakarta, Selasa (21/1).
Ridwan mengatakan Koaksi Indonesia juga merekomendasikan agar pemerintah mempertimbangkan kebijakan insentif dan disinsentif untuk mendorong praktik industri nikel yang lebih ramah lingkungan dan berkajalan sosial.
Rekomendasi ketiga yaitu semua pihak harus menghindari greenwashing upaya hilirisasi dengan meningkatkan akuntabilitas dan transparansi industri nikel, termasuk dalam konteks dampak lingkungan.
"Jadi kita harus sejalan dengan agenda transisi energi dan hilirisasi nikel ini bisa menjadi salah satu cara untuk kita bertransisi energi itu sendiri," ujarnya.
Urgensi Ekosistem Green Jobs di Indonesia
Pada 2022, Koaksi Indonesia melakukan penelitian terkait potensi Green Jobs di Indonesia, khususnya pada sektor energi. Dalam hasil penelitiannya yang berjudul "Green Jobs dan Potensinya dalam Transisi Energi di Indonesia", Koaksi Indonesia menyebutkan sektor energi terbarukan memiliki potensi menciptakan lapangan pekerjaan langsung sekitar 432 ribu tenaga teknik pada tahun 2030 dan 1,12 juta tenaga teknik pada tahun 2050. Perhitungan tersebut didasarkan pada target Rencana Umum Energi Nasional (RUEN).
Identifikasi ini dilakukan berdasarkan pada sektor yang menjadi target Pembangunan Rendah Karbon Indonesia atau yang biasa dikenal dengan Low Carbon Development Indonesia (LCDI), yaitu sektor kehutanan dan lahan gambut, pesisir dan kelautan, pertanian, transportasi, industri, dan limbah.
"Proyeksi penciptaan pekerjaan pada sektor tersebut adalah 15,3 juta hingga tahun 2045," tulis Ridwan dikutip dari laman resmi Coaction.
Berdasarkan kedua penelitian tersebut, potensi penciptaan lapangan kerja hijau yang besar ini harus segera disiapkan dari sekarang.
Langkah strategis yang perlu disiapkan adalah membangun ekosistem yang membutuhkan partisipasi aktif dari berbagai pemangku kepentingan, mulai dari kementerian, masyarakat umum, akademisi, media massa, hingga sektor swasta. Selain itu, diperlukan media sosialisasi peluang Green Jobs khususnya bagi anak muda.