3 Opsi Sekolah Libur Ramadan Sebulan Penuh, Mana yang Terbaik?
Ada tiga opsi mengenai wacana sekolah libur Ramadan selama sebulan yang disampaikan Mendikdasmen. Lantas mana opsi yang terbaik?
TEMPO.CO, Jakarta - Wacana sekolah sebulan penuh disampaikan oleh Wakil Menteri Agama (Wamenag), Muhammad Syafi’i pada Senin, 30 Desember 2024 saat ditemui di Kompleks Parlemen, Jakarta Pusat.
Namun, Abdul Mu'ti, Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah menyampaikan bahwa tidak ada istilah libur sekolah saat Ramadan. Istilah yang tepat, menurut dia adalah pembelajaran di bulan Ramadan.
Abdul Mu'ti mengatakan bahwa ia belum merinci konsep pembelajaran di bulan puasa yang dimaksud. Namun rencananya, ia akan mengajukan usulan tersebut kepada Presiden Prabowo Subianto. Rincian mengenai pembelajaran selama Ramadan ini pun telah ia bahas lebih dulu dengan Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Menteri Agama, Menteri Dalam Negeri, serta Kantor Staf Kepresidenan.
“Jadi bahasanya bukan libur Ramadan ya. Karena ada yang menulis libur Ramadan. Bahasanya pembelajaran di bulan Ramadan,” kata Abdul Mu’ti pada Jumat, 17 Januari 2025 di Istana Kepresidenan, Jakarta.
Ada tiga opsi yang diusulkan Abdul mengenai kebijakan libur sekolah selama Ramadan 2025 ini:
Opsi pertama, libur sekolah dilakukan secara penuh selama satu bulan Ramadan. Namun, libur ini tetap disertai dengan kegiatan-kegiatan keagamaan di lingkungan masyarakat.
Opsi kedua mengacu pada kebijakan libur Ramadan yang telah diterapkan pada tahun-tahun sebelumnya. Dalam skema ini, siswa hanya mendapatkan libur pada awal dan akhir bulan Ramadan. Biasanya, libur ini berlangsung selama dua hingga tiga hari, termasuk setelah periode mudik Lebaran.
Sementara itu, opsi ketiga tidak memberikan libur khusus selama Ramadan. Dengan kata lain, kegiatan belajar mengajar tetap berjalan seperti biasa, dengan jadwal libur mingguan yang sudah berlaku sebelumnya. Dalam opsi ini, siswa tetap bersekolah dengan jadwal normal.
Tiga opsi ini, kata Abdul, adalah hasil dari menampung usulan-usulan dari masyarakat. Ia mengatakan bahwa tetap memantau aspirasi publik karena merupakan bagian dari konteks demokasi.
“Nah, tapi intinya itu semua usulan-usulan yang ada di masyarakat. Kami tentu memantau usulan-usulan itu sebagai bagian dari aspirasi publik yang dalam konteks demokrasi itu sehat karena ada partisipasi masyarakat dalam pengambilan kebijakan publik,” ujarnya pada Senin, 13 Januari 2025 di Jakarta Pusat.
Abdul sebelumnya juga telah berencana melakukan diskusi mengenai wacana libur sekolah ini dengan Kementerian Agama. Namun, masih belum ada keputusan lebih lanjut dari pemerintah mengenai wacana ini. Pernyataan ini disampaikan pada Minggu, 12 Januari 2025 “Akan diputuskan dalam rapat lintas kementerian. Minimal dengan Kementerian Agama,” begitu ucap Abdul Mu’ti.
Heru Purnomo, Sekretaris Jenderal Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) turut memberikan pandangannya mengenai kebijakan sekolah libur selama satu bulan penuh di bulan Ramadan. Ia juga mempertimbangkan di antara tiga pilihan terkait libur Ramadan yang disampaikan oleh Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Abdul Mu’ti.
Heru menilai opsi kedua, yang disebut oleh Mendikdasmen dimana kebijakan libur Ramadan diberlakukan seperti yang telah diterapkan pada tahun-tahun sebelumnya, adalah pilihan yang terbaik. Sebab, melihat pada mekanisme yang telah diterapkan selama ini, opsi kedua adalah jalan keluar yang terbaik. “Selama ini itu adalah jalan keluar yang terbaik,” ujarnya pada Rabu, 15 Januari 2025, ketika dihubungi melalui sambungan telepon.
Alasan Heru memilih opsi ini adalah karena; Pertama, kebijakan tersebut menghormati keberagaman dalam beragama; Kedua, kebijakan ini berkaitan dengan pentingnya menjaga target capaian akademik. Heru menekankan bahwa pencapaian akademik memiliki peran penting dalam menentukan kesuksesan siswa-siswa di masa depan.
Serta alasan ketiga yang Heru jelaskan adalah tidak ada jaminan semua siswa benar-benar akan menumbuhkan keterampilan ibadahnya meskipun telah diliburkan penuh selama satu bulan. “Oleh karena itu, dengan libur di awal dan libur di akhir, itu adalah solusi selama ini agar siswa di dalam kegiatan selama di bulan Ramadan pun akan terpantau di sekolahan,” ungkapnya.
Dari ketiga opsi ini, meskipun wacana sekolah sebulan memang ditujukan untuk memberikan kesempatan siswa untuk fokus beribadah, wacana ini tetap perlu untuk kembali dipertimbangkan. Sebab, selain menghormati keberagaman agama dan teman-teman non muslim, menjaga target akademik dan efektivitas pembelajaran, seperti yang telah disebutkan, juga penting menjadi bahan pertimbangan.
Hanin Marwah dan Linda Lestari berkontribusi dalam penulisan artikel ini.