Viral ASN PPPA Sumut Siram Air Panas ke Anak Tiri, Kepala Dinas Tutupi Kronologi, Lindungi Pelaku?

Viral video oknum ASN Pemprov Sumut inisial FSH aniaya anak tiri berusia 10 tahun dengan cara siramkan air panas ke korban hingga melepuh dan trauma.

Viral ASN PPPA Sumut Siram Air Panas ke Anak Tiri, Kepala Dinas Tutupi Kronologi, Lindungi Pelaku?

TRIBUNNEWS.COM - Viral video seorang anak perempuan berusia 10 tahun di , Sumatra Utara (Sumut), menangis kesakitan diduga akibat disiksa oleh ibu tirinya, FDSH.

Usut punya usut, FDSH ternyata seorang Aparatur Sipil Negara (ASN) Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Provinsi Sumatra Utara.

Oknum ASN Pemprov itu diduga tega menganiaya dan menyiram air panas ke korban sampai kulitnya melepuh dan mengalami trauma.

Adapun video aksi FDSH menyiram air panas ke anak tirinya itu pun kini viral di media sosial.

Tersiar kabar, FDSH sendiri adalah saudara ipar Pj Bupati Padang Lawas Utara, Patuan Hasibuan.

Menanggapi kasus video viral dugaan penyiksaan anak tiri ini, Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Keluarga Berencana (P3AKB) Provinsi , Sri Suriani mengaku sudah memeriksa FDSH. 

"Sudah kami panggil dan sudah proses, dia pun belum dipanggil sudah datang duluan," kata Sri, Selasa (11/2/2025), dilansir Tribun-Medan.com

Baca juga:

Ditanya soal hasil pemeriksaan, Sri masih enggan membeberkan kronologi dan hasil pemeriksaan terhadap FDSH.

"Ya adalah kenakalan yang dilakukan anaknya, cuma ya kami gak berani ekspose dulu, itu pihak terkait harus dipanggil. Sama bapak kan gak disebut penyebab, kami sudah dapat, tapi baru satu pihak," jelas Sri.

"Dari ayahnya (keterangan) cuma menyiram, apa yang menyebabkan menyiram gak ada disebutkan. Kami melindungi hak anak juga, jadi belum bisa ekspose, nanti pemeriksaan selesai baru bisa. Kami baru sepihak dari ibu. Bapak dan anak belum dengar, " lanjutnya.

Sri juga mengatakan pihaknya belum berhasil menemui anak korban karena terkendala alamat korban yang berada di Siantar.

"Anak sama keluarga ayahnya, mau asesmen, belum dapat alamatnya, orangtua gak ngasih alamatnya," bebernya.

"Ini menunjukan ketidakharmonisan, ibu tidak tahu anaknya dimana. Pas kejadian satu rumah, anak satu di Siantar, satu anak di Labuhanbatu, satu anak di Sidempuan. Yang korban anak kedua suaminya," sambungnya.

Baca juga:

Saat dicecar kembali pertanyaan soal pernyataan Sri yang menyinggung dugaan kenakalan anak, dia membantah mencoba melindungi FDSH.